www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
RAPP Dukung PIN 2024 di Pelalawan, Targetkan 62.441 Dosis Vaksin Polio
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Jagawana, Sang Penjaga Ekosistem Anggara Rimba Tanjung Padang
Sabtu, 21 Januari 2023 - 19:50:53 WIB

SELATPANJANG - Seraya semburat cahaya matahari menembus diantara dedaunan, sejumlah orang mulai menjejakkan kakinya ke bumi menyusuri lebatnya hutan.

Mereka yang berseragam krem dengan gagah mulai melangkah untuk menjelajahi hutan Pulau Padang. Hutan lebat, ragam hewan, dan tantangan sudah siap menyambut mereka.

Tak kenal lelah, mereka yang biasa disebut ranger atau jagawana mulai berpatroli di Kawasan Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti seluas 20.599 hektar yang merupakan bagian dari kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) seluas 150.693 hektar yang terletak di dua wilayah.

Dimana salah satunya area seluas 130.095 hektar berada di tengah blok hutan yang membentang 344.573 hektar di Semenanjung Kampar. Mereka melindungi hutan dari berbagai ancaman, seperti kegiatan illegal, pembakar lahan, dan pemburu gelap di wilayah tersebut.

Bukannya tanpa rintangan, kawasan ekosistem yang luas tersebut menyuguhkan medan yang penuh tantangan. Jalurnya yang dipenuhi semak dan hutan belukar bahkan harus mengarungi sungai dan kanal serta membelah rawa mereka harus membawa peralatan patroli dan logistik di masing-masing punggung mereka.

Demi mengemban tugas menjaga hutan, salah satu paru-paru dunia agar aman dari ancaman kegiatan ilegal seperti pemburuan, perambahan dan pembalakan liar mereka tak mengenal rasa takut dan lelah.

Hutan di Pulau Padang, Kepulauan Meranti memang tidak seangker hutan lainnya. Namun kebuasannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya orang yang pernah menjelajahnya saja lah yang bisa merasakan atmosfer di dalamnya.

Jika tidak hati-hati, maka beberapa kali kita bisa terjebak dalam kekubangan gambut yang agak dalam. Jika hari malam tiba, suhu terasa sangat ekstrim dengan hawa dingin yang tidak karuan. Dalam setiap masa patroli, tak jarang mereka pun harus membongkar perangkap atau jerat satwa dari pemburu liar.

Selain itu pengamatan terhadap jejak, sarang, kotoran ataupun bertemu langsung dengan satwa-satwa yang menghuni kawasan ekosistem merupakan momen yang acap kali mereka jalani. Dalam berpatroli mereka semua jagawana mengikuti jadwal kerja yang sama, yaitu 20 hari kerja dan 10 hari libur per bulan.

Jagawana RER umumnya mulai bekerja sejak pukul 8 pagi kecuali bila mereka baru menyelesaikan giliran jaga malam. Mereka melakukan patroli rutin di seputar hutan untuk mencegah kegiatan ilegal. Atau mereka bisa berjaga di pos penjagaan dan bersiaga bila terjadi sesuatu.

Kadang, para jagawana yang mendapat giliran siang perlu menginap di hutan bila patroli mereka terlalu jauh untuk kembali ke pos jaga sebelum gelap. Tim RER telah melatih para jagawana untuk mengambil keputusan dengan cepat bila mereka melihat sesuatu yang tidak benar saat mereka berpatroli.

Jagawana adalah bagian tidak terpisahkan dari Kawasan RER karena kawasan ini merupakan wilayah penting dengan berbagai keanekaragaman hayati.

Di kawasan Restorasi Ekosistem Riau ini, Jagawana turut membantu melindungi kawasan hutan, menjaga persediaan udara dan air bersih serta makanan berlimpah bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus melindungi tanaman dan satwa yang tercatat tinggal di dalam kawasan restorasi.

Hari Jagawana Sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Juli menjadi momen untuk merefleksikan keberanian dan pengorbanan para jagawana yang telah melindungi hutan dan taman di seluruh dunia.

Surya Saputro, 42 tahun, Jagawana RER yang bertugas di  di Pulau Padang adalah salah satu dari 60 jagawana di RER. Dari 60 petugas tersebut, sebanyak 34 orang bekerja di Semenanjung Kampar sedangkan sisanya yaitu 26 di Pulau Padang. Mereka dibagi menjadi tujuh tim jagawana: empat di Semenanjung Kampar dan tiga di Pulau Padang.

Jagawana yang menjalani profesi dan menjadi tulang punggung pengelolaan keanekaragaman hayati global bukanlah pekerjaan yang gampang. Namun, sangat berharga ketika menyadari bahwa pekerjaan tersebut ditujukan untuk kelangsungan generasi berikutnya.

"Menjadi ranger adalah pekerjaan yang penting. Kami merawat dan melindungi hutan yang merupakan 'paru-paru' dunia. Kami bangga berada di sini," kata Surya.

Cuaca terik dan hujan deras adalah hal biasa bagi para jagawana. Bermalam atau biasa mereka sebut manda di tengah hutan yang terisolasi karena jarak yang jauh ke pos juga lumrah dilakukan. Belum lagi, mereka harus sigap dan mengambil keputusan cepat apabila menemukan masalah atau sesuatu di luar dugaan.

"Contohnya, kalau ranger memantau adanya penangkapan ilegal, mereka harus menghentikan pelaku, menahannya, dan melaporkannya ke tim RER," tutur Surya yang juga koordinator jagawana di Pulau Padang.

Dengan kondisi hutan yang masih sangat terjaga, keanekaragaman flora dan fauna di dalam area restorasi sangat kaya. Tahun 2018 lalu, Restorasi Ekosistem Riau menjadi rumah yang nyaman bagi total 759 spesies, 119 spesies pohon dan 69 spesies non-pohon. Sebagian flora dan fauna yang berada di kawasan RER tersebut merupakan jenis yang dilindungi, baik secara global maupun nasional.

Saat ini RER terus menunjukkan kemajuan dan secara sukses melindungi 150.693 hektare hutan lahan gambut, selain menjadi rumah bagi lebih dari ratusan spesies juga menyimpan paling tidak 688 juta ton karbon.

Tantangan yang juga dihadapi para jagawana adalah rasa rindu karena jauh dari keluarga. Durasi manda tergantung jarak lokasi patroli yang sudah diterapkan.

"Kami bisa sampai 20 hari di dalam hutan. Selama bertugas kami sulit menghubungi keluarga karena tidak ada sinyal. Maklum saja, kami kan di remote area jadi rasa rindunya harus ditampung dulu," kelakar pria berkulit putih ini.

Surya telah bergabung dengan RER sebagai jagawana semenjak tahun 2014. Sebelumnya, ia bekerja sebagai petugas keamanan di APRIL sejak tahun 2010.

Kecintaannya pada alam dan satwa menuntunnya untuk menjadi jagawana. Alasan lain yang cukup kuat mendorongnya untuk beralih profesi sebagai jagawana adalah pelajaran yang ia ambil dari profesi ayahnya ketika ia masih kecil.

"Ayah saya sempat mengambil sumber daya alam tidak secara berkelanjutan di masa lampau, dari hutan yang saya jaga hari ini, saya ingin menebus kesalahan tersebut dengan memastikan bahwa setiap pohon di hutan ini terlindungi dan dapat tumbuh sekuat dan setinggi mungkin," ungkapnya.

"Saya selalu merasa senang menghabiskan waktu di alam dengan air bersih dan udara segar di sekitar. Jadi, saya anggap itu adalah isyarat bagi saya untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar lagi sebagai garda depan yang tugas sehari-harinya selalu berkaitan dengan perlindungan hutan," lanjutnya.

"Namun, secinta apapun saya kepada alam, keadaan tidak selalu berjalan mulus ketika Anda harus bekerja di alam liar."

Surya mengungkapkan bahwa menjalani profesi impian tentu saja bukan tanpa resiko.

"Ada saat di mana kami, para jagawana, kehabisan persediaan makanan ketika berpatroli di dalam hutan yang bisa berhari-hari lamanya. Dalam situasi semacam itu, kami terpaksa menggunakan naluri bertahan hidup. Untungnya, banyak sekali sumber makanan alami di dalam hutan RER yang dapat kami manfaatkan untuk bertahan," lanjutnya.

Contohnya saja rotan, dikenal sebagai bahan untuk mebel, buah rotan pun ternyata dapat dimakan. Tiap patroli, mereka akan menjelajahi jarak sejauh 20 kilometer, oleh karena itu para jagawana harus benar-benar sehat dan bugar untuk bertugas. Mereka juga harus dibekali dengan kotak P3K dan parang, untuk berjaga-jaga bila memang diperlukan.

"Kami tahu bahwa kawasan restorasi kami letaknya terpencil dan punya keanekaragaman hayati yang begitu besar, sehingga bisa jadi kami akan berjumpa dengan satwa liar. Kemungkinan perjumpaan ini merupakan tantangan terbesar kami," ujarnya.

Akan tetapi, bagi para jagawan, berjumpa dengan satwa liar di lingkungan aslinya seperti ini merupakan salah satu hal terbaik dari pekerjaan mereka. Adapun kunci dalam menghadapi tantangan tersebut ialah dengan tetap fokus, dan jagawana didorong untuk beristirahat dan memulihkan fokus bila diperlukan.

Di sinilah Restorasi Ekosistem Riau memiliki peran yang sangat penting. Para jagawana RER yang berpatroli atau berjaga dapat mencegah dan meminimalisir potensi kerusakan alam atau pelanggaran di wilayah restorasi.

Restorasi Ekosistem Riau sendiri diinisiasi pada 2013 silam oleh APRIL Group, dengan komitmen hingga sebesar USD 100 juta untuk sepuluh tahun pertama operasinya. RER merupakan program restorasi jangka panjang untuk melindungi, mengkaji, merestorasi, dan mengelola hutan gambut beserta ekosistemnya yang telah terdegradasi.

Terdapat pembagian tugas dan shift dalam pekerjaan tersebut. Misalnya, di suatu daerah, ada enam jagawana yang ditugaskan dalam satu shift; empat diantaranya berpatroli dan dua lainnya standby di pos.

Selain itu, jagawana juga kerap bekerjasama dan melibatkan masyarakat lokal serta komunitas dalam melindungi area restorasi. Bagaimanapun juga, alam yang dijaga adalah milik bersama.

Terlepas dari segala tantangan yang dihadapi saat bertugas, para penjaga hutan ini memiliki kepuasan tersendiri dalam pekerjaan mereka. Pasalnya, mereka bisa menjadi lebih dekat dengan alam yang dicintai.

"Kami bangga bisa berperan dalam melestarikan hutan demi kebaikan generasi kini dan generasi anak-anak kami kelak," tutup Surya.

Sebelum RER beroperasi, kedua lanskap ini merupakan area yang cukup terdegradasi. Pembalakan liar, klaim lahan, perambahan hutan, praktik tebang-bakar, penebangan yang tidak lestari dan kegiatan komersial lainnya, membuat kondisinya cukup memprihatinkan.

Meski hanya mencakup sekitar 3 persen luas daratan bumi, lahan gambut merupakan salah satu ekosistem paling penting. Ekosistem ini menyediakan perlindungan bagi keanekaragaman hayati dunia, sumber air bersih, sekaligus penyimpan karbon untuk meminimalkan dampak perubahan iklim. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari sedikit tempat di dunia ini yang kaya akan lahan gambut.

RER diciptakan sejalan dengan aksi-aksi mitigasi yang dirancang oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia untuk mencapai Forest and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030.

Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit usaha APRIL Group, Sihol Aritonang mengatakan lahan yang direstorasi melalui Program Restorasi Ekosistem Riau (RER) bertambah 12.000 hektare pada 2021.

Upaya restorasi dan konservasi RER tak lepas dari dukungan pemerintah, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) untuk dikelola RER pada 2013. Izin pengelolaan ini berlaku selama 60 tahun.

Izin restorasi ekosistem tersebut berada di bawah skema unit pengelolaan hutan baru yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan ekosistem melalui pemulihan unsur biotik dan abiotik untuk mengoptimalkan fungsi ekosistem dan produktivitas dalam sistem silvikultur khusus. Dengan berjalannya waktu, proses dan fungsi ekologis dari habitat yang direstorasi tersebut menyerupai dan sesuai dengan habitat aslinya.

"RER menjadi bentuk nyata komitmen APRIL Group dalam mendukung upaya nasional di bidang keanekaragaman hayati, serta pengendalian perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon," kata Sihol.

Sihol mengatakan komitmen APRIL Group dilanjutkan dengan peluncuran komitmen APRIL2030 pada November 2020 lalu dimana perusahaan melanjutkan komitmennya di bidang lingkungan dengan menginvestasikan total 100 juta dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun.

"Ini diperkuat dengan menyisihkan 1 dolar AS dari setiap ton serat hutan tanaman industri yang dipanen per tahun untuk konservasi lanskap," katanya.

Sihol Aritonang, pria yang terpilih sebagai salah satu pejuang sustainability perusahaan di Indonesia atau Corporate Sustainability Warrior ini juga menyebutkan RER merupakan bagian dari perwujudan Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang digagas perusahaan.

"APRIL berkomitmen 1 banding 1 dimana kami mengonservasi atau merestorasi 1 hektare hutan alam untuk setiap hektare hutan tanam industri yang dikelola," katanya.

Bisnis yang baik tentu tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh perusahaan, namun juga oleh lingkungan dan masyarakat sekitar. Maka, ketika sebuah perusahaan telah mendukung sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati dan alam, langsung tidak langsung perusahaan tersebut telah memberikan sesuatu kepada kemanusiaan.

Sihol Aritonang juga menilai bahwa tindakan konservasi atau restorasi hutan akan efektif dilakukan apabila di sekeliling kawasan hutan tersebut ada operasi korporasi.

"Misalnya seperti restorasi ekosistem riau ini arealnya di kelilingi oleh areal hutan tanaman industri kami ada orang (pekerja,red) di sana yang berpatroli, helikopter yang berpatroli juga sekalian memeriksa areal hutan tanaman industri dan lahan restorasi ekosistem kami, dan termasuk tata kelola air untuk lahan gambut," ujarnya.

Sihol mengatakan proyek Restorasi Ekosistem Riau ini memberikan pengaruh terhadap bisnis pulp dan kertas yang mereka hasilkan. Dimana tahun lalu, PT RAPP memproduksi pulp dan kertas sebesar 3,9 juta ton yang terdiri atas produksi pulp sebesar 2,8 juta ton dan kertas sebesar 1,15 juta ton.

"Konsumen sekarang ingin membeli produk dari produsen yang menjalankan bisnis kehutanan yang sustainable, jadi dengan kami melakukan restorasi ekosistem riau ini dapat menunjukkan bahwa produk yang kami hasilkan berasakan dari sumber yang terbarukan, terkait hutan alam jangan khawatir kami juga komitmen menjaganya melalui restorasi ekosistem Riau," ujarnya.

Konsep untuk melakukan upaya konservasi dan keanekaragaman hayati itu dilakukan dengan pendekatan proteksi-produksi.

Proteksi produksi ini sebuah strategi perlindungan hutan dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya oleh kawasan produksi yang dijaga dengan baik sehingga kawasan hutan dan flora fauna berada dalam keadaan aman.

Sejak 2013 RER berkomitmen melindungi, merestorasi dan mengkonservasi ekosistem di lahan gambut, menjaga stok karbon serta melestarikan keanekaragaman hayati di konsesi seluas 150.693 hektare di Riau.

Hingga 2021, RER telah mengidentifikasi total 838 spesies, bertambah 12 jenis flora dan fauna di dalam kawasan restorasi dibanding tahun sebelumnya, dengan rincian, sebanyak 78 spesies mamalia, 311 spesies burung, 106 spesies amfibi dan reptil, 196 spesies pohon, 89 spesies ikan, dan 58 spesies serangga ditemukan di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Dari angka tersebut, sebanyak 69 spesies terdaftar di Daftar Merah IUCN sebagai rentan (39), hampir punah (18) atau terancam punah (12). Terdapat pula 117 spesies yang masuk dalam daftar CITES dan 99 spesies tercatat oleh Pemerintah Indonesia sebagai dilindungi.

Selain itu RER juga mengembangkan 38.000 bibit di 7 persemaian anakan alam yang tersebar di kawasan kelolaan dan restorasi hidrologis juga terus dijalankan dimana sejauh ini telah terbangun 87 bendungan untuk menutup 31 sistem kanal sepanjang 176,3 kilometer di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

RER juga mencatatkan kemajuan dalam upaya pemulihan hutan dengan merestorasi hutan seluas hampir 12.000 hektare melalui berbagai metode restorasi, seperti penanaman, pemeliharaan, regenerasi alami dengan bantuan manusia dan regenerasi alami.

Sementara itu External Affairs Director RER, Nyoman Iswarayoga mengatakan, nilai penting lanskap Semenanjung Kampar dan Pulau Padang sebagai salah satu hamparan lahan gambut utuh terluas yang masih tersisa di Sumatera.

Lanskap itu merupakan habitat bagi 759 jenis flora dan fauna, bahkan ada 55 termasuk spesies terancam berdasarkan daftar IUCN, 113 spesies masuk dalam daftar CITES Apendik I dan II, serta 73 spesies yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.

Tempat itu juga merupakan habitat bagi 50 jenis harimau, termasuk satwa terancam punah seperti harimau sumatera.

Hasil survey FFI pada 2015 menunjukkan bahwa lanskap tersebut menyimpan 693,45 juta ton karbon, serta merupakan sumber penyedia jutaan liter cadangan air bagi masyarakat di hilir.

Dikatakan, bukan sebuah perkara mudah untuk mengelola kawasan RER karena area itu sebelumnya penuh dengan perambahan dan pembalakan liar. Pengelola kini mendapat warisan kanal yang digunakan oleh pembalakan liar, dan semua itu harus dikeringkan. Total ada 39 kanal liar yang panjangnya sekitar 118 kilometer yang harus disekat maupun ditutup.

"Hingga 2018 kita melakukan penanaman tanaman asli di lahan seluas 85 hektare. Itu terlihat kecil, karena sebenarnya tutupan hutan yang ada sekitar 70 persen dalam kondisi menengah sampai baik," katanya.

Menurut Nyoman, kawasan RER dijaga khusus oleh 60 jagawana yang disebar di lima tempat. Totalnya, ada 110 orang kalau ditambah dengan personel lainnya. Mereka memastikan tidak terjadi perambahan, pembalakan liar dan juga kebakaran lahan dan hutan.

Jumlah penjaga kawasan seakan tidak sebanding dengan luas area yang dijaga. Namun, Nyoman mengatakan pengamanan sebenarnya juga secara otomatis dibantu oleh pengamanan di hutan tanaman industri yang menjadi pagar untuk RER. Sehingga, untuk orang yang berencana menebang pohon untuk mencapai RER harus melewati pengamanan yang berlapis-lapis.

"Sekarang ini sedikit sekali terjadi insiden (pembalakan liar) di RER, karena pengamanannya banyak," kata Nyoman.

Meski begitu, keberadaan RER masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Saat ini sudah ada 21 orang kelompok nelayan Sungai Serkab yang menjadi bagian tak terpisahkan untuk menjaga kelestarian kawasan RER.

Pada 2003, kawasan Semenanjung Kampar dinyatakan sebagai Important Bird Area (IBA) atau Kawasan Penting bagi Burung oleh Birdlife International. Kala itu, jumlah burung yang diidentifikasi hanya 128 spesies.

Kini, dalam catatan RER, ada 304 spesies yang menggunakan kawasan di Kampar Peninsula sebagai tempat hidup atau persinggahannya. Salah satu spesies yang teridentifikasi adalah burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang statusnya rentan punah.

Mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-15 yakni Life on Land (Ekosistem Daratan), keberhasilan RER menjaga sekaligus merestorasi wilayah di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang tak bisa dilepaskan dari kolaborasi bersama NGO dan masyarakat setempat.

Bersama-sama, RER mengkaji dan mempelajari ekosistem dan lingkungan sosial sebagai panduan dalam melakukan kegiatan konservasi. Hasilnya, dalam sembilan tahun terakhir, berkat komitmen kuat bersama masyarakat dalam merestorasi hutan dan hidrologi, tercatat tak ada kebakaran hutan dan lahan di wilayah RER di Semenanjung Kampar.

"Secara keseluruhan, upaya kami menjaga dan mengembalikan fungsi ekologis kawasan sudah terlihat dampaknya. Pada tahun 2018, sepanjang 65.400 meter kanal drainase lama di area RER telah ditutup demi upaya berkelanjutan yang direncanakan akan selesai pada 2025," kata Nyoman Iswarayoga.

Penutupan kanal, lanjut Nyoman, merupakan upaya RER merestorasi hidrologis untuk mengurangi bahaya kebakaran dan meminimalkan emisi karbon.

Dalam 6 tahun terakhir, RER sukses melakukan restorasi hutan rawa gambut seluas 112,6 hektarea baik melalui penanaman spesies pohon anakan alam maupun regenerasi alami dengan bantuan manusia (assisted natural regeneration/ANR).

Tidak hanya flora dan fauna,keberadaan RER mendapat perhatian dari masyarakat setempat di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Bagi masyarakat setempat, keberadaan RER juga terlihat manfaatnya, salah satunya, program kemitraan di bidang sosial-ekonomi. Sejauh ini, paling tidak ada 8 kelompok masyarakat yang telah diberikan fasilitas untuk mengelola lahan pertanian tanpa bakar.

RER juga mengedukasi nelayan untuk melakukan penangkapan ikan yang ramah lingkungan sehingga menghasilkan pendapatan tambahan.

Pada awal tahun 2016 ketika RER melakukan sosialisasi terkait visi, misi, dan tujuan program ini serta menerima masukan penting dari warga agar RER membuka pelatihan keterampilan dan peluang kerja. RER mencari kandidat untuk posisi di tim Perlindungan Hutan yang bertugas melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap perambahan hutan, pembalakan liar, kebakaran, dan perburuan spesies satwa liar yang dilindungi.

Sebelum RER dibentuk, nelayan setempat telah turun-menurun menangkap ikan secara tradisional di Sungai Serkap. Sayangnya, mereka menggunakan praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dan berisiko bagi ekosistem air sungai yang sehat. Parahnya lagi, terkadang para nelayan bahkan membakar vegetasi di tepi sungai untuk memudahkan akses transportasi, tanpa berpikir bagaimana tindakan tersebut dapat menyebabkan degradasi hutan.

Sejak berdiri pada tahun 2013, RER bekerja untuk melindungi dan memulihkan salah satu ekosistem hutan rawa gambut yang rapuh dan penting di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau. Upaya yang telah dilakukan RER tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari masyarakat setempat, yang ikut berpartisipasi menjaga hutan di sekelilingnya

Oleh karena itu, RER berkomitmen untuk bekerja sama dengan komunitas nelayan setempat untuk mendorong praktik penangkapan ikan berkelanjutan yang dapat meningkatkan mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat setempat tanpa mengorbankan kelestarian alam Semenanjung Kampar.

Pada 9 dan 10 Oktober 2021, RER mengadakan pelatihan budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan kepada 29 peserta dari lima desa, bekerja sama dengan empat fasilitator dari Universitas Riau.

Pelatihan ini bertujuan untuk membekali nelayan lokal dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memastikan populasi ikan yang berkelanjutan di sungai-sungai Semenanjung Kampar.

Bagi RER, keterlibatan masyarakat dalam perlindungan, perencanaan, dan pengelolaan kawasan konservasi sangat penting. Oleh karena itu, RER ingin memastikan bahwa setiap kegiatan tradisional seperti penangkapan ikan atau pemanenan madu hutan dilestarikan dengan cara yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan bagi anggota masyarakat setempat.

RER diinisiasi Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group, salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di Indonesia. APRIL berkomitmen 100 juta dollar Amerika pada fase I untuk mendukung program restorasi dan konservasi perusahaan. Lewat RER, APRIL turut serta mendukung salah satu program utama United Nation Development Programs (UNDP), yakni Sustainable Development Goals (SDGs) goal ke-15.

APRIL saat ini sedang mencari lahan seluas 40.000 - 50.000 hektare sebagai lahan restorasi atau konservasi ekosistem. Dimana sebelumnya, RAPP telah berkomitmen untuk mengambil pendekatan bentang alam dalam melestarikan hutan gambut melalui komitmen 1:1. Artinya, setiap 1 hektare lahan yang digunakan untuk produksi APRIL group, 1 hektare nya akan menjadi area konservasi.

Adapun lahan yang sudah direstorasi melalui program RER pada tahun 2021 lalu sudah bertambah 12.000 hektar.

Nyoman Iswarayoga juga mengatakan bahwa pencarian lahan tersebut merupakan perwujudan dari komitmen perusahaan dalam menjalankan Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang dijalankan APRIL. SFMP 2.0 APRIL Group berkomitmen melakukan 1:1 dalam sistem pengelolaan konsesi kawasan hutan tanaman industri miliknya.

"APRIL berkomitmen 1:1, di mana kami mengkonservasi atau merestorasi 1 hektare hutan alam untuk setiap 1 hektare hutan tanaman industri yang kami kelola, jadi nanti yang 40.000-50.000 hektare lahan itu bentuknya belum tentu izin baru, bisa dengan kami membantu restorasi atau konservasi hutan alam bersama dengan stakeholder terkait," kata Nyoman.

Nyoman melanjutkan, pihaknya berharap agar lahan seluas 40.000-50.000 hektare tersebut berada di Riau dan dekat dengan areal konsesi kawasan hutan milik APRIL. Pihaknya mengklaim sampai akhir tahun lalu APRIL telah melakukan restorasi dan konservasi ekosistem pada lahan gambut Riau seluas 150.000 hektare.

Kemudian dia menjelaskan bahwa APRIL juga berkomitmen menyalurkan dana sebesar US$100 juta yang akan digunakan selama 10 tahun ke depan untuk mendukung proyek restorasi ekosistem dan konservasi pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP 21) tahun 2015 di Paris.

Di Indonesia, salah satu upaya menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati ditunjukkan lewat Restorasi Ekosistem Riau (RER). Pertama kali diluncurkan pada 2013, program restorasi dan konservasi di lahan gambut tersebut terbukti berhasil menjaga sekaligus melindungi habitat penting bagi sejumlah flora dan fauna yang dilindungi.

RER merupakan suatu program kolaboratif yang dibentuk pada tahun 2013 oleh Grup APRIL dan terletak di pesisir timur pulau Sumatra yang menyatukan kelompok swasta dan publik untuk memulihkan dan melestarikan kawasan hutan gambut yang memiliki nilai ekologi penting di Semenanjung Kampar, Indonesia.

RER menerapkan model empat-tahap dalam melindungi (proteksi), memulihkan (restorasi), dan melestarikan (konservasi) hutan lahan gambut dengan menggunakan pendekatan lanskap.

Jika berbicara tentang konservasi, Indonesia memperingati Hari Konservasi Alam Nasional setiap tanggal 10 Agustus untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam bagi kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk menjaga keutuhan ekosistem.

Hari Konservasi Alam Nasional ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai kesempatan untuk merefleksikan upaya untuk melestarikan alam.

Sejalan dengan itu, RER mengadopsi strategi perlindungan yang mencakup patroli jagawana dan penjagaan serta berbagai skema perlindungan dan pengelolaan sumber daya masyarakat. RER bekerja sama dengan kelompok warga setempat guna mendapatkan solusi yang bersifat praktis dan efektif.

Setelah dilindungi dan ditelaah, RER dengan seksama memulihkan berbagai tapak yang rusak dengan melakukan proses penanaman kembali (restocking) menggunakan bibit tanaman dari hutan sekitar.

Dimana terlebih dahulu dibuatkan tempat pembibitan untuk menyemai bibit anakan alam sebelum melaksanakan program penanaman kembali secara bertahap. Pemulihan tinggi muka air gambut diterapkan untuk menjaga ketinggian air yang penting bagi kesehatan dan fungsi ekosistem hutan gambut, dengan senantiasa melakukan evaluasi atas efektivitas upaya yang dilakukan.

Kemitraan dengan Masyarakat

Dengan lebih dari 40.000 orang tinggal di dalam dan di sekeliling Kawasan RER - yaitu sebanyak 17.000 orang di Semenanjung Kampar dan 24.000 di Pulau Padang - tim program RER menyisihkan banyak waktu dan sumber daya untuk bekerja sama dengan masyarakat setempat guna memastikan agar kegiatan-kegiatan tradisional, seperti menangkap ikan dan mengumpulkan madu, tetap terlindungi, agar usaha kecil mendapatkan dukungan, dan agar masyarakat mendapatkan informasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Pada tahun 2018 silam, RER memfasilitasi delapan kelompok masyarakat dengan luas lahan sekitar 16 hektar untuk memelihara lahan pertanian tanpa bakar.  Di Pulau Padang, RER bersama masyarakat melakukan uji coba budidaya ikan lele. Program uji coba ini telah berhasil mencapai panen pertama. Dimana pada 2018 silam memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat dengan nilai mencapai setara 7.350 dollar AS.

Prinsip utama dari pendekatan lanskap terhadap konservasi ialah adanya pelibatan dan kerja sama dengan masyarakat. Mitra-mitra kerja RER memberikan penekanan penting pada keterlibatan masyarakat, yang penting untuk memastikan adanya kesamaan untuk mencapai tujuan yang sama dan rasa memiliki atas proyek yang dijalankan.

RER Pencegahan Kebakaran

Di hutan rawa gambut tropis, tidak ada penyebab alami kebakaran. Kebakaran terjadi bila hutan mengalami gangguan yaitu berupa penebangan pohon dan pembukaan lahan, yang mengakibatkan vegetasi menjadi cukup kering untuk terbakar, dan manusia lah yang memang sengaja memantik api untuk membuka lahan atau secara tidak sengaja mengakibatkan timbulnya api akibat sembarangan membuang puntung rokok atau meninggalkan api bekas memasak.

RER mengadopsi pendekatan berbasis masyarakat untuk melakukan pencegahan kebakaran yang disusun dan diterapkan secara sukses oleh APRIL sebagai bagian dari Program Desa Bebas Api. Upaya ini didukung dengan kemampuan pemadaman api secara cepat apabila terjadi kebakaran yang tiba-tiba di dalam kawasan RER.

Sampai saat ini tidak tercatat adanya titik panas atau kebakaran di dalam area RER sejak tahun 2015. Catatan yang baik ini diperoleh berkat gabungan beberapa faktor, termasuk penempatan secara aktif petugas penjaga keamanan di tiap titik akses masuk ke dalam kawasan RER, patroli harian untuk meredam penggunaan api untuk melakukan pembukaan lahan, implementasi program Desa Bebas Api oleh APRIL di sembilan kelompok masyarakat yang memiliki kaitan dengan RER, program Eco-Village (desa ramah lingkungan) yang dilakukan BIDARA bersama kelompok tani untuk mempromosikan metode bercocok tanam tanpa bakar dan intensif, serta kesepakatan antara RER dan para nelayan di Sungai Serkap untuk melarang penggunaan api.

Sediakan Kebutuhan Air di Kawasan RER Bagi Masyarakat

Salah satu desa di Pulau Padang yakni Desa Lukit yang berada di dalam kawasan RER terletak di daerah pesisir membuat air laut mengkontaminasi air tanah. Di musim hujan, penduduk desa bisa menampung air hujan, namun di musim kemarau yang terjadi dua kali setahun, bisa jadi hujan tidak turun sampai dengan dua bulan. Mendapatkan air bersih bisa sangat sulit bagi kebanyakan keluarga.

RER yang bermaksud meningkatkan kesehatan warga Pulau Padang menyediakan air bersih dan fasilitas kebersihan. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, RER menyerahkan sumur sedalam 75 meter serta tangki penyimpanan air berkapasitas 1.000 liter untuk memenuhi kebutuhan 50 keluarga di Desa Lukit.

Kepala Dusun Satu di Desa Lukit menyampaikan terima kasih pada RER atas pasokan air yang diberikan, yang dapat mengatasi salah satu dari sekian banyak permasalahan masyarakat.

Instalasi air tersebut dibangun pada lahan milik Desa Lukit oleh kontraktor setempat, PT Putra Asli Lukit, dengan biaya sebesar Rp 38 juta (USD2.900). Pemerintah Desa Lukit bertanggung jawab atas pemeliharaan fasilitas tersebut.

Pemantauan Curah Hujan

Pemantauan curah hujan merupakan aspek penting dalam pencegahan kebakaran. Setiap hari Tim Perlindungan Hutan RER memantau cuaca dari delapan stasiun cuaca yang dioperasikan oleh RER, PT. RAPP, serta pemasok kayu usaha patungan di sekeliling RER. Sedangkan di Pulau Padang ada empat stasiun cuaca yang digunakan.

Data cuaca dari sebagian stasiun cuaca tersebut tersedia sejak tahun 2002 yang mencakup curah hujan (mm), suhu (°C), dan kelembapan relatif (%). Informasi ini digunakan untuk memantau perubahan cuaca musiman dan membandingkannya dengan fluktuasi alami kedalaman muka air, serta dalam menghitung Peringkat Bahaya Kebakaran (Fire Danger Rating) harian. Sejak tahun 2002, total curah hujan tahunan di Semenanjung Kampar rata-rata sebesar 2.159 mm, dengan kisaran mulai dari 1.575 mm hingga 2.578 mm.

Di Pulau Padang, sejak tahun 2012 rata-rata curah hujan tahunan mencapai 1.884 mm, dengan kisaran antara 1.453 mm hingga 2.482 mm. Curah hujan bulanan di Pulau Padang berkisar antara kurang dari 50mm hingga lebih dari 360 mm, dengan rata-rata sebesar 157mm. Periode musim hujan dan musim kemarau tidak jauh berbeda dengan Semenanjung Kampar.

Pada akhirnya produsen serat, pulp, dan kertas, APRIL Group, berkomitmen untuk mendukung mitigasi perubahan iklim yang menjadi prioritas pemerintah Indonesia dan dunia dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Hal tersebut diungkapkan oleh APRIL Group Dian Novarina pada penyelenggaraan Deputy Director of Sustainability and Stakeholder Engangement Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) ke-27 di Sharm el-Sheikh, Mesir yang telah dibuka pada 7 November 2022 lalu.

"Kami mendukung pemerintah untuk mencapai net sink pada 2030 dari industri kehutanan atau Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink," ujarnya dalam siaran pers yang diterima

Sebagai informasi, dalam COP-26 yang diadakan di Glasgow pada 2021, para pemimpin negara yang hadir sepakat untuk mengupayakan pembatasan peningkatan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius melalui pengurangan separuh emisi dunia pada 2030 dan mencapai net zero emission (NZE) pada 2050.

Berbagai upaya kolaborasi dan tindakan kolektif pun mulai dilakukan untuk mencapai target ambisius tersebut. Sektor bisnis yang dinilai memainkan peran kunci dalam mitigasi perubahan iklim pun perlu dilibatkan.

Pelaku bisnis pun punya tanggung jawab menjalankan komitmen untuk berinvestasi dalam penelitian berkelanjutan, menerapkan teknologi energi yang terbarukan, dan efisiensi energi secara terpadu.

Wujudkan komitmen Sebagai produsen serat, pulp, dan kertas, yang operasionalnya berada di Pangkalan Kerinci, Riau, Dian mengatakan bahwa APRIL Group berupaya untuk mewujudkan komitmennya, baik di hulu maupun hilir.

Di hulu, komitmen tersebut dilakukan dengan melakukan konservasi kawasan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan menerapkan kebijakan zero tolerance pada deforestasi," kata Dian pada sesi "Leveraging Sustainable Forest Multibusiness for Climate Resilience" di Paviliun Indonesia dalam gelaran COP-27.

Sementara itu, lanjutnya, di hilir, APRIL Group telah beralih menggunakan bahan bakar terbarukan dan berinvestasi pada teknologi sirkular. Dian menjelaskan bahwa sebagai salah satu industri produk alam terbesar di dunia, APRIL Group punya visi keberlanjutan, yaitu APRIL2030. Adapun target dalam visi ini adalah mencapai iklim positif atau climate positive.

"Salah satunya adalah menargetkan penggunaan 90 persen energi terbarukan untuk kebutuhan pabrik. Saat ini, berdasarkan audit yang dilakukan, kami telah mencapai 87 persen," ujar Dian.

Dimana APRIL Group telah menyelesaikan pemasangan panel surya tahap pertama. Selanjutnya, perseroan menargetkan instalansi 10 megawatt (mw) panel surya lainnya untuk membantu grup besutan Sukanto Tanoto itu beralih ke energi yang lebih terbarukan.

Selain itu, APRIL Group juga memanfaatkan biomassa kayu dan black liquor, yaitu cairan yang dihasilkan dari lignin kayu dan bisa diguna ulang sebagai bahan bakar, untuk sumber energi.

Investasi pembangkit listrik tenaga surya (solar panel) juga tengah dilakukan APRIL Group. Ia menjelaskan bahwa solar panel yang dioperasikan nanti memiliki kapasitas hingga 20 megawatt (MW) dan direncanakan selesai pada 2025.

Selain mengelola konsesi hutan tanaman industri (HTI) jenis akasia dan eukaliptus seluas 480.000 hektare untuk dikembangkan menjadi pulp dan kertas, APRIL juga berkomitmen terhadap perlindungan hutan dengan menjaga hutan restorasi dan konservasi seluas 350.000 ha di sekitar wilayah operasional.

Dari jumlah tersebut, lanjutnya, sebanyak 150.693 ha telah tergabung dalam program RER yang berlokasi di Semenjang Kampar dan Pulau Padang. Adapun program tersebut bertujuan untuk merestorasi dan mengkonservasi ekosistem di lahan gambut serta menjaga stok karbon dan melestarikan keanekaragaman hayati.

Pada kesempatan tersebut, Dian juga menekankan pentingnya kolaborasi stakeholder dalam pencegahan iklim bersama. Ia mengatakan bahwa saat ini, APRIL Group tengah berkolaborasi dengan platform tingkat nasional dan global terkait dengan penanganan gas rumah kaca, seperti Science Based Targets (SBTi) hingga Kadin Net Zero Hub.

Sampai sekarang masih ada orang yang percaya bahwa industri kehutanan itu hanya bisa merusak lingkungan, menambah laju deforestasi hutan alam, berkontribusi dalam mempercepat perubahan iklim karena kerjanya hanya menebang pohon untuk diambil kayunya, kemudian lahannya diubah jadi hutan tanaman industri yang hasilnya dipanen untuk bahan baku kertas, tisu dan kayu lapis.

Siklus bisnis itu terus berulang-ulang seakan-akan karena perusahaan kehutanan, sebuah pulau bisa tenggelam. Apakah tidak ada sisi baik industri kehutanan untuk keberlanjutan ekosistem hutan?

Pemerintah Indonesia kini sudah memikirkan bahwa ketika membuka pintu bagi industri di sektor kehutanan, maka harus ada keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan konservasi lingkungan. Karena itu, diluncurkan lah program bernama Restorasi Ekosistem, yakni upaya untuk mengembalikan unsur hayati beserta non hayatinya pada ekosistem kawasan dengan jenis asli. Intinya, menyeimbangkan ekosistem yang didalamnya ada semua unsur mulai dari flora dan fauna hingga air dan tanah.

Restorasi ekosistem diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PermenLHK) Nomor P9/Menlhk-II/2015. Maka pemerintah menerbitkan apa yang disingkat dengan IUPHHK-RE, yaitu izin yang diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem penting.

Tujuannya untuk mempertahnkan fungsi dan keterwakilan ekosistem itu melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan unsur hayati serta non hayatinya.

Hingga tahun 2017, KemenLHK sudah mengeluarkan sebanyak 16 IUPHHK-RE dengan total luas 623.075 hektare. Salah satunya diberikan kepada APRIL Group, yang mewujudkannya dalam bentuk Restorasi Ekosistem Riau (RER).

"RER adalah inisiatif APRIL Group untuk pengelolaan lanskap berkelanjutan yang melibatkan masyarakat, pemerintah, pakar kehutanan dan LSM," tambah Head Conservation PT RAPP, Inra Gunawan.

Kuncinya, kegiatan konservasi dan restorasi APRIL APR juga untuk mendukung Indonesia's Folu (forest and other land use) net sink 2030.

Dimana program tersebut merupakan sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan di mana tingkat serapan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.

Sejalan dengan itu, dalam sepuluh tahun mendatang, Grup APRIL berkomitmen untuk mencapai nol emisi karbon bersih dari penggunaan lahan serta mengurangi intensitas emisi karbon produk sebesar 25 persen, komitmen ini juga akan memastikan tidak ada kawasan lindung yang hilang (zero net loss) sekaligus mencapai hasil yang terukur untuk keanekaragaman hayati dan ekosistem di kawasan restorasi dan konservasi.

Berkomitmen dalam mendukung target pemerintah tersebut  APRIL group melalui komitmen transformatifnya yang disebut APRIL2030.

Komitmen APRIL2030 terdiri dari serangkaian target spesifik berbasis sains yang dikelompokkan menjadi empat komitmen yaitu, pertama, iklim positif yang mencakup aksi aksi yang menekankan penerapan solusi berbasis sains terbaik untuk mengurangi emisi karbon secara drastis termasuk mencapai nol emisi karbon bersih dari penggunaan lahan dan mengurangi karbon emisi produk hingga 25 persen.

Kedua, Lanskap yang berkembang yang mencakup sejumlah target untuk memajukan konservasi dan keanekaragaman hayati dengan memprioritaskan pendekatan proteksi produksi Grup APRIL, salah satunya memastikan tidak adanya net zero loss di kawasan yang dilindungi.

Ketiga, Kemajuan Inklusif yang mencakup langkah langkah konkrit untuk memberdayakan masyarakat melalui serangkaian inisiatif transformatif khususnya pada aspek pelayanan kesehatan, edukasi, kesetaraan gender dan salah satu targetnya adalah memerangi kemiskinan ekstrem dalam radius 50 kilometer dari kegiatan operasional di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.

Keempat, Pertumbuhan Berkelanjutan yang bertujuan untuk mengembangkan bisnis APRIL secara berkelanjutan melalui diversifikasi, sirkularitas dan produksi yang bertanggungjawab.

Sementara itu Managing Director Royal Golden Eagle (RGE) Group Anderson Tanoto mengungkapkan pihaknya menegaskan komitmen RGE, melalui unit usahanya, yakni APRIL Group, dalam mendukung ekonomi rendah karbon dan transisi energi berkelanjutan melalui nature-based solution.

"Kami tentu saja berupaya melindungi kesehatan dan kesejahteraan pegawai dan masyarakat di sekitar kami. Dan kami juga percaya bahwa sangatlah penting untuk menjaga arah usaha ke depan dan memelihara visi jangka panjang dalam hal keberlanjutan" ujarnya.

Disebutkan, Grup APRIL, bersama dengan para pemegang saham, manajemen, dan pegawai perusahaan, mengumumkan komitmen APRIL2030. Komitmen ini dijabarkan dalam sejumlah aksi untuk memberikan dampak positif pada iklim, alam, dan masyarakat dengan tetap tumbuh sebagai penghasil serat terbarukan serta produk berbasis pulp, yang senantiasa memperhatikan aspek keberlanjutan.

"Tekad kami, di tahun 2030 kami akan dapat mencapai nol emisi karbon bersih dari penggunaan lahan dan mengurangi emisi karbon dalam proses produksi kami, mencapai perbaikan yang terukur nyata di bidang lingkungan dan menghapus kemiskinan ekstrim pada masyarakat di sekitar wilayah operasional kami, sembari melakukan upaya transformasi bisnis demi mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," tuturnya dalam sebuah pers rilis.

Seiring dengan upaya itu pihaknya mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai target iklim dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, APRIL bertekad untuk memastikan bahwa sepuluh tahun kedepan akan diisi dengan sejumlah aksi atau tindakan transformasi.

Untuk itu, pihaknya memperluas komitmen perusahaan yang mencangkup mencapai nol emisi karbon bersih dari pengunaan lahan,mengurangi 25 persen intensitas emisi karbon produk dan memenuhi sebagian besar kebutuhan energi dari sumber terbarukan dan lebih bersih.

"Selain memperkuat perlindungan, konservasi, dan restorasi alam melalui pendekatan produksi dan proteksi, dengan menjamin tersedianya dana jutaan dolar per tahun untuk kepentingan lingkungan, kami juga memastikan tidak ada kawasan lindung yang hilang (zero net loss), sekaligus mencapai hasil yang terukur dalam keanekaragaman hayati dan manfaat ekosistem lainnya. Selain itu menghapus kemiskinan ekstrim pada masyarakat di sekitar wilayah operasional kami, meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki akses pada layanan kesehatan dasar, serta mendorong kesetaraan peluang bagi perempuan," pungkasnya.(*)

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Bupati Pelalawan, H Zukri secara simbolis memberikan tetes vaksin polio kepada balita sebagai tanda dimulainya pencanangan PIN polio serentak tingkat Kabupaten Pelalawan tahun 2024.(foto: istimewa)RAPP Dukung PIN 2024 di Pelalawan, Targetkan 62.441 Dosis Vaksin Polio
Tokoh Riau, Dr Chaidir.(foto: int)Dua Tokoh Riau Dipanggil Polda Riau Terkait Dugaan Ujaran Kebencian
Peresmian Riau Creative Hub di Pekanbaru, Riau.Sah Diresmikan, RCH Diharapkan Jadi Wadah Lahirnya Karya Insan Ekraf Riau
Acara Astra Financial di GIIAS 2024.Deretan Penawaran Astra Financial di GIIAS 2024
Ketua DPW Samade Riau, Karmila Sari dalam pelatihan pengolahan lidi sawit (foto/ist)Samade Dorong UMKM Riau Olah Lidi Sawit Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi
  Sebaran titik panas di Riau.(ilustrasi/int)Jelang Akhir Pekan Hotspot di Riau Menurun, Tersisa 11 Titik Panas Pagi ini
Pemadaman Karhutla.(ilustrasi/int)Tak Ada Hujan Hari ini, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Potensi Karhutla di Riau
Spanduk bewarna putih itu bertuliskan "Rumah dinas ini milik Pemerintah Provinsi Riau Dibawah Supervisi KPK,".Rumah Dinas Pemprov Riau Dikuasai Mantan Pejabat Disita, Dipasang Spanduk 'Dibawah Supervisi KPK'
Paparkan Potensi Gula Sagu, Dua Saudara Kandung Asal Kepulauan Meranti Raih Medali Emas Ajang WICO 2024 di Korea Selatan
Heli water bombing BNPB.(foto: int)Upaya Penanganan Karhutla, BNPB Kirim Tambahan Heli Water Bombing ke Riau
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
RGE Jurnalism Workshop Perkaya Pengetahuan Wartawan
 
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved