www.halloriau.com


Ekonomi
BREAKING NEWS :
Masa Jabatan Pj Sekda Kampar yang Dikabarkan Maju Pilkada Sepekan Lagi, Dipertahankan atau Diganti?
 
Menguak Kanibalisme di Fiji, Pemerintahnya Minta Maaf
Selasa, 21 Januari 2020 - 19:37:02 WIB

SUVA - Bebas visa bagi pengguna paspor RI juga berlaku di Fiji. Di balik keindahannya, Fiji punya masa lalu yang kelam. Ada praktik kanibalisme.

Fiji merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan Oseania, di selatan Samudera Pasifik. Mirip dengan Indonesia, negara ini juga memiliki ratusan gugusan pulau. Dari 322 pulau di Fiji, hanya 106 pulau yang dihuni manusia. 

Fiji atau yang nama resminya Republik Fiji memiliki kenampakan alam yang juga mirip Indonesia seperti pegunungan, hutan hujan tropis, dan tentunya kawasan pantai. 

Di sana ada dua pulau terbesar yang dipadati penduduk yaitu Viti Levu dan Vanua Levu. Nah, ibu kota Fiji yaitu Suva terletak di Pulau Viti Levu. Mayoritas penduduk Fiji saat ini adalah imigran dari India dan Pakistan. 

Selama ratusan tahun, wilayah Fiji dihuni oleh penduduk yang awalnya berasal dari kawasan Asia Tenggara yang kemudian disebut sebagai orang Fiji. Inggris sempat menjajah Fiji pada 1874 sampai pada 1970 Fiji mendapatkan kemerdekaannya. 

Di balik eksotisme Kepulauan Fiji, ada sejarah kelam yang menyelimutinya. Penduduk Fiji pernah melakukan praktik kanibalisme yaitu memakan daging manusia. 

Dalam sebuah catatan di Museum Fiji, praktik kanibalisme ini benar adanya karena ditemukan bukti arkeologis yang menyarankan praktik memakan daging manusia sejak 2.500 tahun silam. Selain itu, ditemukan pula tulang belulang manusia dengan bekas pembantaian. Hal ini menjadi bukti brutalnya kanibalisme saat itu. 

Mengapa penduduk Fiji melakukan kanibalisme?

Dilansir dari Culture Trip, Selasa (21/1/2020) kanibalisme dilakukan sebagai praktik tribal atau kesukuan dan juga spiritual. 

Menurut kepercayaan orang Fiji, seorang pemimpin akan makan daging musuhnya sebagai alat kekuasaan, kontrol, balas dendam, dan penghinaan terakhir. Kepercayaan lain menyebutkan bahwa dengan memakan daging musuh, orang tersebut akan mewarisi pengetahuan yang dimiliki korbannya. 

Ketika memakan korbannya pun ada ritual tertentu yang dilakukan. Mereka akan menyiksa korbannya terlebih dahulu. 

Sembari makan, mereka akan menyanyi dan memukul gendang. Cara makannya pun menggunakan garpu bercabang yang khusus dipakai untuk makan daging manusia. Lebih ngerinya lagi, tubuh manusia itu akan mereka potong-potong saat orang tersebut masih hidup. 

Praktik kanibalisme ini berangsur hilang sejak 1830 ketika agama Kristen mulai masuk. Saat itu, masyarakat Fiji mulai mempercayai Tuhan lewat Kristen. 

Akan tetapi, praktik kanibalisme yang paling menghebohkan terjadi pada 1867 dimana korbannya adalah seorang misionaris, yaitu Pendeta Thomas Baker dan 6 orang Fiji yang merupakan murid Baker. Mereka dibunuh dan dimakan di Viti Levu.

Berdasarkan investigasi, dikutip dari detik, mereka dibunuh atas perintah pemimpin suku Fiji yang menolak penyebaran agama Kristen dan perpindahan keyakinan dari kepercayaan Fiji. 

Peninggalan Pendeta Baker berupa sepatu boot masih disimpan di Museum Fiji yang terletak di Suva. 

Dalam catatan sejarah, pelaku kanibalisme yang paling produktif di Fiji bernama Udre Udre. Ia merupakan kepala suku yang tinggal di dekat Rakirarki, di Vivi Levu utara. 

Diperkirakan sekitar 872-999 orang telah dimakan olehnya. Ia bahkan dinobatkan Guinnes World Record sebagai The Most Profilic Cannibal. 

Udre Udre akan menyimpan sebuah batu untuk setiap orang yang ia konsumsi. Hingga saat ini kurang lebih ada 800 batu di makamnya. Jumlah pasti berapa orang yang ia makan belum diketahui karena beberapa batu hilang. 

Meskipun terbilang punya sejarah kelam, Fiji tak menutupi fakta tersebut. Pada 2003 silam, pemerintah meminta maaf pada publik atas kematian Pendeta Barke karena kanibalisme. Jejak-jejak kanibalisme juga bisa terlihat dari pariwisatanya. 

Di sana turis bisa membeli suvenir berupa boneka kanibal yang terbuat dari tempurung kelapa. Selain itu juga ada sendok kanibal yang terbuat dari kayu. 

Turis juga bisa mengikuti tur ke Gua Naihehe yang terkenal sebagai gua kanibal. Gua ini menjadi tempat tinggal suku kanibal yang terakhir. 

Bagi turis yang ingin senang-senang juga bisa menikmati wisata ke pulau-pulau yang berpasir bersih, laut biru serta berbagai atraksi laut seperti snorkeling atau diving. 

Mau main ke gunung juga bisa. Sempatkan mengunjungi Gunung Tomanivi yang merupakan puncak tertinggi di Fiji. 

Traveler yang sudah tak sabar main ke Fiji bisa memanfaatkan fasilitas bebas visa. Untuk akses dari Indonesia, traveler bisa terbang dulu ke Singapura lalu lanjut menuju Fiji menggunakan maskapai Fiji Airways. Harga tiket pesawat pada 2018 lalu dibanderol mulai Rp 6 juta sampai Rp 10 juta. (*)



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Penjabat (Pj.) Sekretaris Daerah Kampar, Yusri Masa Jabatan Pj Sekda Kampar yang Dikabarkan Maju Pilkada Sepekan Lagi, Dipertahankan atau Diganti?
Honda Stylo 160Honda Stylo Diklaim Laris Manis, Pemesanan Capai 10 Ribu Unit
ilustrasi kebun sawitSah! Rencana Tata kelola Kelapa Sawit Era Jokowi Dilanjutkan Prabowo
  istMasa Jabatan Pj Wako Pekanbaru Muflihun Berakhir 23 Mei, Mendagri Minta Pemprov Riau Usulkan 3 Nama
ilustrasi berbuka puasa.Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Riau, 29 Maret 2024
Penjabat (Pj) Gubernur Riau, SF HariyantoLancang Kuning Carnival Angkat Fesyen Lokal Riau ke Kancah Internasional
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Sepanjang Jalan Rajawali Rusak Parah
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved