SIAK - Dr Afni Zulkifli menegaskan pentingnya kolaborasi para pihak mengawal aksi iklim di tingkat tapak. Hal ini disampaikannya Dr Afni saat hadiri konferensi PBB tentang perubahan iklim atau COP27 di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Acara tersebut berlangsung 6-18 November 2022 ini. Dr Afni yang merupakan Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning (Unilak) hadir bersama ribuan delegasi dari berbagai negara di dunia. Utusan saling berbagi pengalaman mereka dalam agenda mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"Sebagai seorang akademisi, misalnya, kami dari FIA Unilak telah turut mengawal program kampung iklim atau Proklim. Ini sebagai wujud kontribusi akademisi untuk ambisi iklim di tingkat tapak, khususnya di riau. Inilah yang harus terus diperkuat bersama unsur pendukung lainnya," kata tokoh muda Siak itu pada Halloriau.com, Rabu (9/11/2022).
Civitas Akademik FIA Unilak bersama Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan pendampingan untuk enam lokasi Proklim di tiga kabupaten/kota yakni Siak, Kampar dan Pekanbaru. Selain itu juga aktif dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan tema mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"Melalui ajang COP27 ini alhamdulillah dapat bertemu para pihak yang mendukung, serta siap berkolaborasi untuk kerja mitigasi dan adaptasi iklim. Ini isyarat bagus guna meningkatkan aksi iklim secara konkret di tingkat tapak," kata Afni.
"Aksi iklim harus dilakukan kolektif dengan konsep kolaboratif. Tidak ada yang bisa jalan sendiri-sendiri, karena dampak iklim memerlukan kolaborasi dan sinergisitas aksi mitigasi dan adaptasi yang perlu didukung semua pihak, " tambah Afni.
Dikatakan Afni, perihal pentingnya aksi dan kolaborasi untuk implementasi komitmen perubahan iklim, juga disampaikan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin saat mengunjungi Paviliun Indonesia.
"Mengatasi perubahan iklim harus memperkuat kolaborasi berlandaskan dialog dan kepercayaan. Demi mewujudkan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan," pesan Wapres.
Indonesia sendiri dalam COP27 telah leading by example (memimpin dengan contoh) melalui berbagai upaya positif. Seperti peningkatan target penurunan emisi Indonesia dalam Enhanced Nationally Determined Contribution, menjadi 31,89% dengan kemampuan sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional.
Salah satu kontribusi terbesar untuk pencapaian NDC adalah penurunan deforestasi terendah dalam sejarah selama dua dekade, menjadi 114 ribu ha per tahun pada 2019-2020 dan 2020-2021.
Sebelumnya Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan Indonesia telah mendapatkan, reward pengakuan pembayaran berbasis hasil termin pertama dari kesepakatan iklim dengan Norwegia sebesar 56 juta dolar. Serta World Bank sebesar 20,9 juta dolar.
"Semua ini bisa dilakukan dengan pelibatan peran pemerintah pusat dan daerah, akademisi, NGO, swasta dan kemitraan lintas sektoral. Semua elemen Bangsa harus bekerja sama menyelamatkan bumi dengan mengembangkan aksi iklim nyata dan komitmen yang lebih kuat, serta jejaring yang lebih luas," ajaknya.
Penulis: Diana Sari
Editor: Riki
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :