Melalui FGD, Polres Rohul Ajak Masyarakat Ikut Antisipasi Paham Radikalisme
Rabu, 20 November 2019 - 19:49:17 WIB
Para peserta foto bersama dengan Kapolres dan Kakan Kemenang, saat digelarnya Forum Group Discussion FGD yang ditaja Binmas Polres Rohul, dengan tema Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Guna Menolak Paham Radikalisme, Anti Pancasila, Terorisme dan Intoleransi.
PASIR PANGARAIAN - Polres Rokan Hulu (Rohul), ajak seluruh elemen masyarakat agar ikut mengantisipasi paham radikalisme di daerahnya.
Itu disampaikan juga oleh Kapolres Rohul AKBP Dasmin Ginting SIK, saat berikan amanat di Forum Group Discussion (FGD), dengan tema 'Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Guna Menolak Paham Radikalisme, Anti Pancasila, Terorisme dan Intoleransi', di Convention Hall Masjid Agung Islamic Center Pasir Paangaraian, Selasa (20/11/2019).
Kapolres Rohul AKBP Dasmin Ginting, melalui Kasat Binmas Polres Rohul AKP Hermawan mengatakan, giat FGD diikuti para Camat, Kepala Desa, lurah, Kapolsek, Kanit Binmas, Bhabinkamtibmas, serta para Tokoh Masyarakat se- Rohul, yang dibuka Kapolres Rohul.
AKP Hermawan mengaku, pihaknya menghadirkan dua narasumber yakni Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Rohul Drs H Syahrudin M.Sy, dan pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Tandun H Ahmad Suhada.
Di FGD tersebut kata AKP Hermawan, dibahas berbagai hal tentang radikalisme, kebangsaan, empat pilar yang dipaparkan langsung oleh Kapolres Rohul AKBP Dasmin Ginting, dan lainnya.
Katanya, kepolisian belum bisa mengatakan, ada tidaknya paham radikal di wilayah hukumnya. Namun jelasnya, Satuan Binmas Polres Rohul terus mengimbau masyarakat melalui berbagai kegiatan untuk mengantisipasi paham dilarang di Indonesia ini, termasuk salah satu contohnya melalui FGD.
Hermawan berharap, seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Rohul ikut menjaga keutuhan NKRI, dan tidak terpengaruh dengan pemahaman-pemahaman anti Pancasila.
"Mari bersama kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa ini," harap AKP Hermawan.
Kakan Kemenag Rohul Syahrudin mengatakan, bahwa secara langsung dan laporan resmi, Kemenag belum menemukan ada gerakan paham radikal di daerah berjuluk Negeri Seribu Suluk.
Dalam mengantisipasi munculnya paham radikalisme, Kemenag dengan program terbarunya yang dirancang oleh Menteri Agama Fachrul Razi, menerapkan lima prioritas aksi, pertama soal deradikalisasi yaitu mengantisipasi paham radikal seperti melakukan pendekatan dengan kelompok-kelompok umat beragama.
"Melalui pendekatan itu nanti bisa mengantisipasi berbagai paham, terutama yang menjurus radikalisme," jelas Syahrudin.
Jelasnya, paham radikalisme biasanya terselubung, atau tidak dilakukan terangan-terangan dalam menyebarkan pahamnya, sehingga dibentuk kelompok-kelompok tertentu untuk menyebarkannya.
"Sehingga kita sampaikan ke masyarakat, kalau ada kelompok-kelompok pengajian yang tertutup dengan orang lain, misalnya dia mengadakan pengajian tapi ditutup pintunya semuanya ini perlu dicurigai, karena Islam itu harus disyiarkan, harus dipahami oleh semua orang, tak boleh disembunyi-sembunyikan," imbaunya.
Syahrudin juga mengungkapkan, bahwa penyebab munculnya paham radikalisme sebagian besar karena pemahaman agama yang setengah-setengah, dan bukan belajar dari ahlinya, ditambah lagi beban ekonomi dan beban politik, sehingga paham terselubung ini bisa berkembang.
"Dia hanya percaya dengan seseorang yang langsung diserap oleh fikirannya, sehingga terjadi pencucian otak. Setelah ada pencucian otak, dia tidak mau lagi menerima yang lain, bahkan gurunya itu sudah dianggapnya seperti nabi. Apa yang diperintahkan oleh gurunya itu dia sudah tahan mati dia akan menjalankannya," ujarnya.
Syahrudin juga menerangkan, pemahaman radikal juga diindikasi karena seseorang yang tidak banyak membaca kitab (buku), padahal dalam Islam harus dipelajari banyak buku.
"Kata beberapa ulama kalau belum baca seratus kitab jangan coba-coba membuat doktrin. Jadi ini yang belum dilakukan, tiba-tiba dia sudah konsumsi sebuah ajaran, lalu dipelihara ajaran tersebut dalam dirinya lalu apa yang diperintahkan oleh yang mengajarkannya maka dia lakukan," ungkap Syahrudin, dan mengaku paham radikal tidak terfokus pada satu agama saja.
Syahrudin juga menambahkan, upaya mengantisipasi paham radilisme ini, Kemenag Rohul berdayakan sekira 130 penyuluh agama yang ada di setiap desa dan mereka telah diberikan materi dan Diklat bagaimana cara mencegah radikalisme. Penulis: Feri Hendrawan Editor : Yusni Fatimah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)