Perjuangan RAPP Merawat Penyangga Pulau Padang, Lestarikan Hutan untuk Kemaslahatan
MERANTI - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berpartisipasi membantu memulihkan kawasan hutan di Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti, sekitar Tahun 2014.
Jika dulu jadi lokasi penebangan, kini sudah dipulihkan. Jika dulu diabaikan juga, kini sudah dijaga. Setelah hutan Pulau Padang kembali lestari, malah mendatangkan manfaat bagi negeri.
Seluas 20.450 hektar hutan yang dijaga RAPP ditambah 5.000 hektar lebih hutan konservasi yang dirawat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau jadi penjamin air Tasik Putri Puyu tetap tersedia. Makanya hingga kini tak pernah kering. Keberadaan hutan dan tasik ini jadi 'penyangga' Pulau Padang.
Saat dikunjungi 10 tahun lalu, kondisinya cukup mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, saat kami membelah hutan di jalur masuk Tasik Putri Puyu dari Desa Tanjungpadang saja, terlihat banyak bekas tebangan pohon. Berjenis Meranti. Hanya tinggal tunggul saja. Sangat miris memang, illegal logging merajalela saat itu.
Pada jalur masuk saja sudah sebanyak itu. Apalagi kawasan lain. Mungkin sudah banyak pohon yang ditebang dan membuat kawasan hutan gundul.
Untuk menjaga sebagian besar kawasan hutan di Pulau Padang, menjadi tugas RAPP. Itu menjadi amanah yang dititipkan negara kepada mereka.
Agar lebih fokus untuk menjaga dan melakukan perbaikan hutan alam di Pulau Padang, RAPP menugaskannya kepada PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN). Sebanyak 30 penjaga hutan (ranger) disiagakan untuk patroli rutin. Para ranger ini dibawah naungan Satria Elang Nusantara (SEN) yang menjadi mitra kerjasama PT GCN.
Bagian tugas dan tanggungjawab para ranger yang akrab disebut Jagawana
diantaranya, memastikan tidak ada aktivitas illegal logging di dalam kawasan hutan. Juga, mencegah terjadinya kebakaran.
Salah seorang ranger asal Kampung Jawa, Desa Bagan Melibur, Kecamatan Merbau, Said Ahmad Jufri mengaku baru bergabung menjadi penjaga hutan setahun lalu.
Pria yang akrab disapa Pak Adong ini menceritakan, cukup sulit dan membutuhkan kesabaran untuk mencegah aktivitas illegal logging terus terjadi di kawasan hutan.
Dengan menggunakan sepeda motor yang bisa terabas hutan, ranger akan berkeliling di batas kawasan hutan. Sesekali mereka juga berjalan kaki ke dalam hutan untuk memastikan ancaman pengrusakan. Termasuk juga, pemantauan titik api.
"Kami juga ikut menyosialisasikan larangan merambah hutan kepada masyarakat. Termasuk pencegahan Karhutla," ujarnya.
Di Pulau Padang, ada dua titik posko para ranger disiagakan. Satu di Desa Bandul, Kecamatan Tasikputri Puyu dan satu lagi di Sungai Kuat, Desa Lukit, Kecamatan Merbau. Pulau Padang sendiri terdiri dari dua kecamatan tersebut.
"Para ranger ini umumnya masyarakat meranti, khususnya dari pulau padang. Sehingga sangat mengenal wilayah dan karakteristik hutan gambut. Sekitar 60 persen anak tempatan," kata Adong menginformasikan.
Selain menjaga ketat, GCN juga melakukan restorasi hutan di Pulau Padang atau mengganti pohon yang sudah ditebang akibat pembalakan liar.
Jenis bibit pohon alam yang ditanam diantaranya, Meranti, Bintangur, Gelombang Sayang, Kelat dan Punak. Jenis pohon ini, merupakan tanaman asli hutan Pulau Padang.