Banyak Pelajar Tak Punya Android Belajar Online, Guru SLB di Meranti Ini Pilih Sambangi Rumah Siswanya
SELATPANJANG - Masa pandemi Corona Virus Disaese 2019 (Covid-19) sangat banyak merubah situasi, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Jika kebanyakan sekolah di Provinsi Riau mengedepankan metode belajar lewat jaringan internet, maka berbeda apa yang dilakukan Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti, Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti.
Dimana metode pembelajaran yang dibuat oleh pihak sekolah selama pandemi Covid-19 adalah dengan cara mengunjungi siswa langsung ke rumah. Para guru mengunjungi rumah siswa untuk melakukan proses belajar-mengajar.
"Dimasa pandemi Corona ini guru lah yang berkeliling dari desa ke desa lainnya setiap hari mendatangi setiap rumah siswa memberikan pelajaran selama 45 menit setiap satu siswa," kata Kepala Sekolah SLB Sekar Meranti, Safrizal, Senin (20/7/2020) siang.
Dikatakan hal ini dilakukan karena banyak siswa yang tidak memiliki ponsel pintar android dan koneksi internet untuk mengikuti pembelajaran daring.
Ia mengakui, sudah ada anjuran agar siswa belajar secara online. Namun, pihaknya sangat memahami kondisi tersebut.
Dengan segala keterbatasan fasilitas itu, dia mengatakan, tak memungkinkan proses pembelajaran siswanya akan berjalan dengan maksimal. Karena itu, tak ingin menambah beban para orangtua siswa Safrizal berinisiatif menyambangi rumah siswanya.
"Kalau untuk pembelajaran secara daring sangat sulit dilakukan karena banyak yang tidak memiliki android dan membeli paket data secara berkala. Jangankan untuk membeli, untuk makan saja orang tua siswa disini susah, makanya kita mengambil kebijakan seperti ini. Selain itu kendala lainnya adalah keterbatasan akses internet, dan saya pikir pembelajaran dengan tatap muka di rumah ini sangat efektif dan orang tua juga puas," ujar Safrizal.
Safrizal juga menceritakan, butuh waktu setengah hari untuk mengajarkan siswa di rumah. Ada 9 guru yang ditugaskan mendatangi setiap rumah untuk mengajar siswanya yang berjumlah 45 orang tersebut, tentunya sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah selama masa pandemi Covid-19.
Diceritakannya lagi, para guru disana mesti berjuang menempuh jarak yang cukup jauh dari rumah guru untuk mengunjungi rumah siswanya. Mereka sering khawatir ketika harus menggunakan sepeda motor melewati jalan rusak yang tidak jarang menyebabkan sepeda motor macet seperti kebocoran ban.
"Setiap guru mendapatkan kuota mengajarkan siswa dirumah sebanyak lima siswa. Bagi guru yang rumahnya berjauhan ditugaskan mengajar di desa yang berdekatan dengan rumahnya. Proses belajar dimulai pukul 8 pagi dan pukul 12 siang sudah selesai," kata Safrizal.
Ditambahkan, dalam seminggu para guru hanya mengajar selama tiga hari, sementara tiga hari lainnya digunakan untuk menyiapkan materi agar pelajaran yang diajarkan bisa diulangi siswa bersama orang tuanya.
"Dalam seminggu pelajaran di rumah ada tiga kali, di selang waktu dimanfaatkan para guru untuk menyiapkan materi dan tugas pelajaran agar bisa singkron dengan orang tua dan pelajaran tersebut bisa diulangi lagi, dengan begitu pembelajaran bisa cepat mencapai target," ujarnya lagi.
Mengajar ke rumah, diakui Safrizal jadi inisiatif sendiri. Ia merasa punya tanggung jawab untuk tetap memberikan pelajaran ke muridnya. Pihak sekolah pun menurut dia, tak menginstruksikan untuk mengajar siswa secara langsung.
Safrizal berharap, para guru tetap memerhatikan siswanya belajar di rumah, bukan semata mengandalkan teknologi. Apalagi masa belajar di rumah kemungkinan bisa diperpanjang selama pandemi corona belum berakhir.
Penulis : Ali Imron
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :