Tradisi Fang Shen untuk Membuang Sial Bagi Warga Tionghoa
Senin, 30 Januari 2017 - 11:14:25 WIB
SELATPANJANG - Perayaan Imlek pada tahun baru China 2568 atau tahun ayam api 2017 ini dimanfaatkan sejumlah pedagang burung dari Propinsi Sumatera Selatan yang mulai berdatangan ke Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti.
Biasanya habis sembahyang, keturunan Tionghoa di Kota Sagu tersebut melakukan tradisi melepas burung atau lebih dikenal dengan tradisi Fang Shen.
Melepas burung di perayaan Imlek merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh warga Tionghoa setelah melakukan sembahyang yang memiliki makna untuk membuang sial dan menjauhkan dari bencana.
Seorang pedagang burung pipit, Angga (25) yang ditemui di halaman Vihara Sejahtera Sakti di Jalan Ahmad Yani Selatpanjang, Minggu (29/1/2017) mengatakan, dirinya sengaja datang ke Kota Selatpanjang dari Palembang, Sumatera Selatan hanya untuk berjualan burung. Untuk perayaan Imlek kali ini, Angga bersama tiga orang temannya membawa sekitar dua ribu ekor burung Pipit.
Menurut Angga, biasanya habis sembahyang di vihara tertua di Selatpanjang itu, keturunan Tionghoa melakukan tradisi melepas burung, istilahnya buang sial dan mohon ampun. Biasanya burung pipit dijual seharga Rp10.000 untuk satu ekor dan Rp15000 untuk 2 ekor, ada juga di jual per paket 15 ekor dengan harga Rp100 ribu.
Pemuda Desa Jawi Jawi Kecamatan Oki, Sumatera Selatan ini sudah melakoni profesi musimannya sebagai pedagang burung sudah cukup lama. Sudah tiga tahun terakhir ini, ia dan rekannya datang ke Selatpanjang untuk berdagang burung pipit. Sementara pada hari hari biasanya dirinya hanya bekerja disawah. Dia mengaku, dalam menjual burung pada Imlek ini mendapat keuntungan yang sangat besar.
"Pada hari pertama saya mendapat keuntungan Rp700 ribu, kalau tahun lalu kami ber tiga mendapat untung mencapai Rp7-8 juta, itu sudah ditotal semuanya, biasanya burung- burung ini akan habis menjelang hari terakhir. Burung ini juga saya beli dari para pemburu, harganya Rp3000 per ekor," kata Angga.
Di Kota Selatpanjang sendiri tidak semua kelenteng melaksanakan tradisi Fang Shen atau lepas burung. Hanya di Vihara tertua di Kota Selatpanjang Kelenteng Hoo Ann Kiong atau vihara sejahtera Sakti.
Kelenteng ini umurnya diperkirakan sudah mencapai 150 tahun, di dalam kelenteng itu juga bersemayam patung dua dewa yang memilki arti khusus bagi warga Tionghoa Meranti itu yakni Dewa Cho Se Kong dan Tua Pek Kong.
Dari pantauan, di Vihara Sejahtera Sakti sejak pagi masyarakat keturunan Tionghoa terus berdatangan untuk sembahyang. Dimana para umat beragama Budha mendatangi untuk berdoa meminta rezki dan pengharapan yang baik di tahun mendatang.
Pada pagi hari suasana vihara ini semakin ramai dengan pengunjung. Warga keturunan Tionghoa yang tengah merayakan Imlek berdatangan untuk melakukan ibadah. Di antaranya juga terlihat ada yang melakukan ritual lepas burung.
Kepercayaan tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil warga Tionghoa. Umumnya, mereka melepaskan jenis burung pipit dalam jumlah puluhan ekor.
Salah satu warga Tionghoa bernama Kartini yang melakukan ritual tersebut menjelaskan, pelepasan burung ini sebagai simbol membuang kesialan di tahun sebelumnya.Tradisi ini sudah turun-menurun dilakukan dari keluarganya, dengan harapan di tahun baru Imlek bisa lebih mudah dan dilancarkan rezeki.
"Saya melepas burung ini untuk melepaskan kesialan di tahun lalu, dan semoga mendapat keberuntungan yang lebih," akunya.
Kata Kartini, setelah melepas burung sehingga terbang bebas diharapkan pada tahun ini dirinya mendapat keberuntungan, dan dijauhkan dari kesialan.
"Mudah-mudahan tahun ini dapat hoki di tahun baru," harapnya.
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Kabupaten Kepulauan Meranti, Karjono mengatakan Burung burung itu di lepaskan setelah selesai sembahyang di vihara tersebut dalam artian untuk Kebebasan dan Kesejahteraan seluruh makhluk Tuhan.
"Melepas burung itu adalah sebagai simbol untuk melepaskan berbagai kesialan akibat kelakuan kita sendiri, agar menjadi lebih baik dari sebelumnya, ritual ini juga tidak menjadi sebuah kewajiban," kata Karjono.
Penulis: Ali Imroen
Editor : Yusni Fatimah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :