PEKANBARU - Kasus HIV AIDS di Riau sudah terbilang memprihatinkan. Sampai dengan September 2019, total keseluruhan HIV AIDS di Riau berjumlah 2.607 kasus.
Dari jumlah HIV AIDS di Riau tersebut, Pekanbaru yang terbanyak, dengan 1.767 kasus. Disusul oleh Dumai 197 kasus dan Inhil 179 Kasus.
Berikut rincian datanya, total kabupaten kota sampai dengan September 2019 :
- Pekanbaru : 1.767
- Dumai : 197
- Inhil : 179
- Pelalawan : 106
- Rohil : 91
- Bengkalis : 68
- Rohul : 59
- Meranti : 49
- Siak : 46
- Kuansing : 24
- Kampar : 15
- Inhu : 6
Total seluruhnya : 2.607 orang
Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution mengungkapkan bahwa angka kasus HIV AIDS di Provinsi Riau sudah terbilang memprihatinkan. Dia meminta kasus ini menjadi perhatian semua pihak.
"Dan yang sudah diobati ataupun minum obat secara rutin itu baru sebesar 44,3 persen. Ini masih sangat jauh dari apa yang menjadi target kita semua," kata dia.
Pihaknya akan terus menyampaikan informasi kepada masyarakat, kepada remaja dan kaum ibu. Bahkwa para penderita Orang Dengan HIV Adis (Odha) bukan untuk dijauhi, apalagi dimusuhi.
"Perlu dilakukan penyampaian informasi secera terus menerus, yang selama ini terkesan menakutkan, bahkan ada yang menunjukkan reaksi berlebihan dengan memusuhi para Odha. Ini yang perlu kita sadarkan, karena kalau ini terus terjadi, kita akan kesulitan untuk membangun komunikasi dengan para Odha," katanya.
Edy mengatakan, karakteristik temuan kasus HIV AIDS di Riau sudah mengarah ke populasi umum. Dimana jumlah temuan kasus HIV Aids ditemukan di Pekanbaru dengan jumlah kasus sebanyak 1.767 orang.
"Temuan kasus pada ibu rumah tangga menduduki peringkat ketiga terbesar. Sedangkan dalam kelompok usia, kasus HIV AIDS di Riau banyak ditemukan pada usia 20 sampai 45 tahun, ini usia yang sangat produktif," ujarnya dinukil dari tribunnews.
Edy menjelaskan, perlu ada pembicaraan untuk mencarikan formulasikan cara yang paling tepat untuk penanganan kasus HIV Aids. Pola dan cara pegangannya masing-masing wilayah berbeda. Tapi kalau untuk obatnya dimana-mana sama.
"Banyak sekali temuan di lapangan kasus-kasus HIV Aids ini ditutupi, karena masyarakat masih beranggapan bahwa HIV Aids ini sebuah aib yang tidak pantas untuk diketahui oleh orang lain. Padahal untuk menangani itu kan kita harus bisa menjalin komunikasi dengan para Odha," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir, menambahkan kasus HIV AIDS di Riau faktor resiko yang paling banyak disebabkan akibat dari heteroseksual.
Kemudian homoseksual, penggunaan narkotika alat suntik, ibu ke anak serta melalui transfusi darah.
"Sedangkan dari sisi wilayah yang paling banyak itu di Kota Pekanbaru dan Dumai," ujarnya.
Mimi mengungkapkan, dari sisi pekerjaan, ibu rumah tangga menempati posisi ketiga penderita HIV Aids. Sedangkan yang terbanyak adalah karyawan kemudian wiraswasta, serta PNS, Petani dan Peternak. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
BERITA LAINNYA |
|
|
Pemkab Gelar Pembinaan Khafilah MTQ Inhu, Ini Targetnya Mau Beli Toyota Fortuner, Segini Bayar Pajak Tahunannya Tak Sekadar Budaya Leluhur, Ayi Ayo Onam Menjadi Wisata Religi di Riau Nyetir Mabuk, Anggota Polres Pelalawan, Dinas Peternakan Riau Bayern Vs Arsenal: Die Roten Menang Tipis 1-0, Melaju ke Semifinal
|
|
Titik Api di Riau Nihil, Hotspot Sumatera Terdeteksi di 3 Provinsi Pagi Ini Tahapan Pilkada Serentak 2024: Pendaftaran 27 Agustus, Coblosan 27 November XL Axiata Catat Trafik Data Naik 16% pada Momen Lebaran Man City Vs Real Madrid: Menang Adu Penalti, El Real ke Semifinal Banyak Kejanggalan Dalam Dokumen LKPJ Pemko 2023, Pansus DPRD Pekanbaru: Tak Boleh Ada Nama Pj Wako
|
Komentar Anda :