PEKANBARU - Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, akan meningkatkan Sumber Daya Manusia nya di setiap wilayah di Riau. Hal ini guna meningkatkan upaya penanganan Karhutla.
"Sejauh ini sudah ada sekitar 900 SDM nya. Kedepannya akan diupayakan penambahan hingga mencapai 915 SDM dengan peralatannyang lengkap" ungkap Kepala Balai PPIKHL Wilayah Sumatera Israr Albar saat pemaparan di Hotel Swiss BelIn, Pekanbaru, Minggu (11/11/2018).
Menurut Israr, dampak kebakaran hutan yang paling parah dirasakan oleh masyarakat Riau di tahun 2015 silam. Dimana kondisi saat itu telah merusak jutaan hektar lahan akibat kebakaran. Namun saat ini, kebakaran hutan sudah terjadi penurunan.
"Terbesar itu tahun 2015, dimana 178 ribu lebih hotspot terpantau untuk wilayah Indonesia. Sumsel jadi yang terparah di Sumatera," katanya.
Setelah itu, mulai 2016 hingga 2018, kebakaran secara bertahap mengalami penurunan. Namun untuk tahun 2018, Riau merupakan daerah yang paling tinggi jumlah hotspotnya di Sumatera.
"Ini perlu menjadi perhatian bagi berbagai pihak di Riau. Termasuk juga jumlah luasan lahan yang terbakar. Riau merupakan daerah yang paling luas terbakar dengan 60 persen berada di lahan gambut," sambungnya.
Untuk penanganan terhadap Karhutla sendiri, PPIKHL sendiri memiliki beberapa upaya. Balai tersebut juga memiliki 17 Daerah Operasi Manggala Agni yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatra.
"Kita melakukan proses pencegahan, melibatkan masyarakat, pemantauan bersama BMKG, deteksi dini, penegakan hukum, dan pelengkapan personel dan prasarana," jelasnya.
Israr juga menegaskan bahwa dalam penanganan Karhutla, pencegahan lebih penting daripada pemadaman. Setelah itu baru dilakukan penindakan terhadap lahan yang telah terbakar.
"Jika dilihat dalam rata-rata, berdasarkan studi, kebakaran tersebut terjadi pada manusianya, jika ada niat maka akan terjadi, kalau gak ada niatnya pasti gak akan terjadi. Jadi perlu juga dipahami itu," terangnya.
Sementara itu, upaya di lapangan dengan membuat skat kanal di wilayah rawan kebakaran hutan, kata Israr akan dievaluasi kembali. Mengingat skat kanal ini dibuat semi permanen.
"Kita masih akan melakukan evaluasi kembali terhadap skat kanal yang terdapat di wilayah rawan kebakaran. Dan ini sifatnya semi permanen, itu harus diperbaharui kembali mengingat terbuat dari karung," tutupnya.
Hadir dalam kegiatan ini Kepala Balai PPIKHL, BPBD Riau, dan juga Manggala Agni Riau.
Penulis : Helmi
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :