PEKANBARU - Upaya perburuan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), diperkirakan akan berlanjut dalam waktu yang belum dipastikan. Bahkan, tidak tanggung-tanggung Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sengaja mendatangkan ahli bahasa satwa ke Kabupaten Indragiri Hilir.
"Dia sudah berada di lokasi dan bergabung dengan tim," ujar Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo kepada halloriau.com, Rabu (4/4/2018).
Ia menjelaskan didatangkannya ahli bahasa satwa atau "animal communicator" ini guna melacak
harimau Bonita. Ia bernama Shakti Wolvers Teegh seorang wanita asal Kanada, pernah aktif bergabung dengan yayasan peduli satwa lokal.
"Jadi, Sakti akan mendengar auman harimau dan berupaya menerjemahkan posisinya, seperti menggunakan gelombang. Ini ilmiah, bukan magic," sebut Mulyo.
Selain itu,
tim pencari dan penyelamat Bonita turut menambah personel penembak bius. Saat ini tim gabungan terdiri dari TNI, Polri, dan pemerintah setempat masih terus berusaha melacak, dan menyelamatkan harimau itu.
Bonita sudah lebih dua bulan mondar - mandir di areal perkebunan sawit perusahaan Malaysia tersebut. Tim belum mampu mengevakuasikannya, namun dalam sepekan Bonita menyingkir dari kawasan perkebunan dan masuk jalur hijau.
Hal itu seiring tim gagal mengeksekusi predator tersebut saat
ditembak bius pada akhir Maret 2018 lalu. Lalu kini diduga Bonita telah kembali, yang sempat dilihat warga. Saat ini belum dipastikan apakah itu Bonita atau harimau lainnya.
Jumiati korban pertama Harimau Bonita meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Terakhir,
Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
Penulis : HelmiEditor : Yusni Fatimah