Selain Langka, Harga Tepung Sagu di Meranti Naik Empat Kali dalam Seminggu, UMKM Menjerit
SELATPANJANG - Dua tahun terpuruk akibat pandemi, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Kepulauan Meranti mulai bangkit. Namun, kembali terpukul karena harga sejumlah bahan baku sagu meroket hingga berlipat-lipat.
UMKM yang bergerak di bidang
olahan khusus mie sagu misalnya, mengeluhkan adanya kenaikan bahan baku yang terjadi beberapa kali dalam seminggu.
Hal tersebut di ungkapkan salah seorang pelaku usaha di Selatpanjang, Darmizun. Dia mengatakan, saat ini bahan baku yang digunakan untuk pembuatan mie harganya meningkat.
Menurutnya, dengan adanya kenaikan harga bahan pokok pembuatan mie sagu secara tidak langsung sangat memberatkan bagi pengusaha UMKM.
"Apalagi saat ini kami para UMKM baru mau bangkit akibat pandemi Covid-19, sehingga tidak seimbang naiknya harga bahan baku dengan pemasaran," ujarnya, Senin (4/4/2022).
Dikatakan, tepung sagu yang sebelumnya seharga Rp 280 ribu perkarung meningkat menjadi Rp 320 ribu perkarung, selanjutnya naik menjadi Rp 350 ribu dan terakhir menjadi Rp 380 ribu perkarung. Selain harganya yang melonjak, keberadaan sagu di Kota Selatpanjang juga langka.
"Dalam satu Minggu harganya naik terus, selain itu tepung sagu di Kota Selatpanjang juga langka sehingga para pengusaha UMKM saat ini sudah seminggu tidak melakukan produksi. Agak aneh, kita dijuluki sebagai produksi sagu terbesar nasional, tapi kita malah sulit mendapatkan tepung sagu," ungkap Darmizun.
Ketua Asosiasi Meranti Bersagu yang bergerak di bidang olahan khusus mie sagu ini juga berharap adanya peran aktif pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepulauan Meranti, untuk memberikan solusi dengan meningkatnya barang-barang tersebut.
"Kami berharap pemerintah bisa memberikan solusi agar ada penekanan terhadap harga bahan baku yang di butuhkan UMKM yang berproduksi menggunakan bahan baku sagu sehingga kami bisa terus berproduksi ," harapnya.
Terhadap naiknya harga bahan baku sagu, para pengusaha UMKM berencana menaikkan harga jual mie sagu, langkah ini dibuat agar tidak merugi.
"Kami berencana menaikkan harga jual mie sagu menjadi Rp 8.000 perkilogram dan sudah menyurati dinas bersangkutan. Namun belakangan ini karena susah menjualnya, kami pun membuat strategi yakni dengan mengurangi timbangan agar konsumen juga tidak merasa keberatan. Jika kemaren perbungkus dengan berat 4 ons saat ini kami kurangi menjadi 350 gram dengan harga tetap yakni Rp 4 ribu," pungkasnya.
Sementara itu Kepala Bidang Perindustrian, Miftahulaid mengatakan pihaknya sudah dua kali memfasilitasi pengusaha UMKM dengan pemilik kilang sagu untuk mencarikan solusi terkait hal itu.
"Sudah dua kali kita panggil pemilik kilang dan pelaku UMKM dan menyampaikan keluhan yang dihadapi, kita menyampaikan kepada pemilik kilang untuk berpihak kepada sektor UMKM. Terkait adanya kenaikan harga sagu, pihak kilang menyampaikan adanya beberapa kompenen yang ikut naik seperti tual Sagu yang biasanya 45-50 sekarang jadi 60 pertual belum lagi harga solar dan gaji pekerja, terkait hal itu pemilik kilang tetap bersikukuh menaikkan harga," kata Miftahulaid.
Sementara itu terkait langkanya tepung sagu, Miftah mengungkapkan jika pemilik kilang memproduksi untuk Pulau Jawa dan melupakan kuota untuk Kepulauan Meranti.
"Kita tekankan kepada pemilik kilang jika harga tetap dinaikkan paling tidak kuotanya terjamin dan dijaga distribusinya untuk Kepulauan Meranti. Dari ribuan ton sagu yang dibawa ke Cirebon paling hanya 15 persen kebutuhan untuk UMKM," ujarnya.
Diceritakan Miftah, sagu asal Kepulauan Meranti memang menjadi primadona untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa. Tepung sagu yang dikirim mencapai 2.000 ton perbulannya, disana sagu ditumpuk dan ditampung oleh pengepul.
Para pengusaha sagu di Kepulauan Meranti sudah sejak lama terjebak sistem Ijon oleh para pengepul disana, sehingga turun naiknya harga sagu ditentukan dan dimainkan oleh para pengepul.
Harga yang diatur oleh penampung tepung sagu di Pulau Jawa ternyata memberi dampak yang signifikan, dimana dampak tersebut yakni mempengaruhi harga tepung sagu dan kuota lokal yang dijual eceran.
Bisa dikatakan bahwa antara kilang dan pengepul di Cirebon sudah terikat kontrak, dimana uang akan dikirim dahulu, sedangkan tepung sagu bisa menyusul kemudian.
"Jadi terkait langka nya tepung sagu di Kepulauan Meranti hingga saat ini dikarenakan para pengusaha kilang sagu memproduksi untuk pengepul yang berada di Cirebon karena saat ini permintaan sedang tinggi. Pengusaha disini pun harus bisa mengirim sesuai permintaan karena mereka dimodali terlebih dahulu," ungkapnya.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :