Ribut-ribut Pakai Hazmat Standar WHO hanya untuk Penyemprotan Disinfektan di Desa Bandul, Ini Penjelasan Camat
SELATPANJANG - Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) atau baju hazmat standar dari WHO di Desa Bandul, Kecamatan Tasikputri Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti, sempat menjadi sorotan karena dinilai bentuk pemborosan. Hal itu juga sempat ramai dibahas di media sosial.
Sebab, tim Gugus Tugas penanganan Covid-19 di Meranti pun mengaku masih kekurangan. Khususnya yang memiliki kualitas standar dari WHO.
Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Kepulauan Meranti, Muhammad Fahri SKM mengaku bahwa saat ini, ketersediaan APD masih ada. Namun begitu, ia juga tetap masih membutuhkan APD untuk memaksimalkan upaya penanganan Covid-19 di daerah.
"Saat ini, APD masih ada. Tapi kalau dibilang masih kurang, kami juga masih kurang," ucapnya, Selasa (19/5/2020).
Menurutnya penggunaan APD dengan kualitas terbaik sebaiknya mulai dari proses tracking. Namun jika stoknya terbatas, digunakan saat penanganan pasien positif Covid-19 saja.
"Proses tracking juga harus menggunakan APD dengan kualitas terbaik. Karena jika saat tracking terdapat masyarakat yang positif, tentunya petugas bisa lebih aman," katanya.
Terkait penggunaan APD saat melakukan upaya penyemprotan disinfektan, Fakhri menganjurkan hal tersebut. Walaupun begitu, ia memastikan resiko petugas yang melakukan penyemprotan dengan melakukan tracking berbeda. Sebab saat penyemprotan disinfektan tidak kontak langsung dengan orang, sementara saat tracking melakukan kontak langsung.
"Walaupun resiko petugas penyemprotan disinfektan tidak sebesar petugas yang melakukan tracking, namun dianjurkan tetap menggunakan pelindung diri," ucapnya.
Fahri mengaku hal tersebut cukup mubazir. Sebab APD juga masih terbatas. Namun hal itu dapat dimakluminya juga jika memang ketersediaan APD kualitas baik tersebut jumlahnya sangat banyak di sana (Kecamatan Tasikputri Puyu).
"Memang tak harus pakai APD terbaik juga. Tapi pelindung itu harus. Atau mungkin mereka punya banyak, makanya pakai APD terbaik untuk melakukan penyemprotan disinfektan," ujarnya.
Camat Tasikputri Puyu, Sugiati yang dikonfirmasi wartawan Rabu (20/5/2020) mengakui bahwa bantuan APD tersebut diberikan kepada pihaknya dan dipergunakan untuk penyemprotan di rumah warga yang positif Covid 19.
Karena penyemprotan dilakukan di dua rumah orang positif Covid- 19, sehingga selayaknnya dilakukan menggunakan APD. Bahkan untuk penggunaan APD tersebut pihaknya juga berkoordinasi dengan pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
"Karena yang disemprot itu rumah orang yang positif, secara penularannya rumah orang positif itu sama dengan orangnnya, karena dia batuk di situ, tidur di situ," ujarnya.
Bahkan dikatakan Sugiarti saat itu tidak ada orang yang mau melakukan penyemprotan di rumah warga yang positif Covid-19. "Dan pas memakai (APD) itu saya koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan, dr Misri, dan dia bilang penyemprotan itu harus menggunakan APD karena rumah orang yang disemprot itu, rumah orang-orang yang positif," ujarnya.
Terkait sempat adanya kisruh pemakaian APD tersebut, Sugiati mengatakan menyayangkan karena tidak ada yang meminta penjelasan darinya. "Makanya saya bilang kita satu tim, kita harus menjaga diri kita juga," ujarnya.
Dirinya juga mengakui bahwa APD tersebut diterimanya melalui pihak kepolisian untuk diserahkan kepada pihak Camat dan Puskesmas. "Kapolsek pada saat menyerahkan itu (APD), dia bilang itu diserahkan kepada kantor camat dan Puskesmas​ tapi yang menyerahkan itu stafnya," ujarnya.
Sebelumnya, pasangan suami istri (Pasutri) di Kepulauan Meranti, Robert Martias dan Rozita Rusdi, menyumbangkan ratusan Alat Pelindung Diri (APD) kepada tenaga medis yang bertugas pada 8 Puskesmas di Meranti. APD berupa baju hazmat lengkap kacamata pelindung ini disiapkan atas dasar prihatin ke tenaga medis.
"Saya melihat mereka (tenaga medis, red) mengenakan jas hujan, ini sesuatu yang sangat memprihatinkan. Kita ingin tenaga medis semuanya menggunakan pakaian yang aman ketika menangani pasien di tengah pandemik seperti sekarang ini," ujar Robert yang juga ketua komunitas sepeda Selatpanjang Gowes United (Sagu).
Ditambahkannya lagi, atas dasar prihatin itu, ia bersepakat bersama istrinya, Rozita Rusdi, untuk menyiapkan 100 baju hazmat lengkap kacamata pelindung. Untuk membeli ratusan APD ini, Robert dan Rozita yang merupakan guru PNS di SMA N 2 Tebingtinggi terpaksa harus menggunakan dana tabungan dan THR istrinya. Tahun ini, Robert dan keluarga sudah sepakat untuk tidak merayakan lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.
Penulis: Ali Imroen
Editor: Yusni Fatimah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :