Api di Rangsang Tak Kunjung Padam, Sudah 10 Hari Personel Satgas Tidur di Lokasi Karhutla
SELATPANJANG - Tim Satgas Darat Karhutla Kabupaten Kepulauan Meranti masih berupaya memadamkan api di lahan gambut yang terjadi di Kecamatan Rangsang. Kebakaran ini sudah terjadi selama 10 hari sejak Sabtu (23/2/2020) lalu.
Namun, api yang tak kunjung padam membuat anggota terpaksa tidur di lokasi bekas kebakaran sambil berjaga- jaga.
Bermodalkan tenda, para personel pemadam yang terdiri dari anggota BPBD, TNI dan Polri itu tidur di hutan yang tidak jauh dari lokasi karhutla yang terjadi di tiga Desa di Pulau Rangsang, yakni Desa Telesung, Bungur dan Tanjung Kedabu.
Karena tugas, mereka harus meninggalkan anak dan istri dalam waktu yang lama untuk berjibaku memadamkan api di lahan gambut itu. Upaya pemadaman terus dilakukan, namun karena kendala air dan tiupan angin yang kencang membuat api menjadi besar.
Kepala Seksi Karhutla dan Kecelakaan, BPBD Kepulauan Meranti, Ekaliptus mengatakan banyaknya kendala yang dihadapi petugas, membuat para personel terpaksa tidur di hutan.
"Sebenarnya sudah masuk dalam tahap pendinginan, namun pada malam hari angin selalu bertiup kencang dari arah laut membuat api hidup kembali dan membesar," kata Eka, Rabu (4/3/2020).
Sulitnya pemadaman, sambung dia, karena akses ke lokasi cukup jauh, kondisi kebakaran sudah sangat luas, dan sumber air terbatas. Adapun lahan yang mengalami kebakaran merupakan semak belukar.
"Lokasi kebakaran tanah gambut, jadi agak sulit dikendalikan. Ditambah sumber air yang terbatas," ujarnya.
Walaupun demikian, tambah dia, pihaknya akan terus berupaya maksimal untuk menaklukkan api tersebut.
Saat ini ada dua regu yang melakukan pemadaman, yakni di Desa Telesung dan Tanjung Kedabu.
"Untuk pemadaman hari ini kami bagi dua regu, saya memimpin yang di Telesung dengan tujuh anggota dan Danramil memimpin di Desa Tanjung Kedabu dengan 11 anggota. Kalau disana api masih menyala, kalau disini api sudah bisa dipadamkan dimana tadi malam api dari Desa Bungur balik ke Telesung lagi padahal sudah kami blok sebelumnya," kata Ekaliptus.
Walaupun sudah terlalu lama di lapangan, namun kata Eka pihaknya belum berniat untuk pulang sampai dipastikan api benar-benar sudah padam.
"Angin yang kencang membuat api kembali menyala. Walaupun sudah 10 hari di lapangan kami belum bisa pulang dan tak bisa ditinggalkan sampai api dipastikan benar-benar padam. Kemarin saya baru sesuap nasi masuk ke mulut sudah ada masyarakat melapor jika api kembali menyala, dan terpaksa saya bergegas dan meninggalkan makanan," cerita Eka.
Karena karhutla itu semakin meluas dan sulit dijangkau, pihaknya kemudian melakukan koordinasi ke BPBD Provinsi Riau untuk melakukan water bombing dengan melibatkan dua perusahaan yakni RAPP dan Sinarmas.
"Water Bombing ini sudah tiga kali dilakukan, pertama itu di Desa Bungur yang kedua dan ketiga itu di Desa Tanjung Kedabu. Kebakaran itu tidak terjangkau lagi dari sumber air, sehingga perlu di bombing agar api menjadi terhambat jadi kita bisa mengejar, kalau tidak kita bisa kalah cepat," kata Eka.
Dalam hal ini perusahaan yang tergabung dalam PT Asia Pulp Paper (APP) Sinarmas Forestry Wilayah Riau mempersiapkan satu helikopter water bombing jenis Superpuma dengan kapasitas bucket air 5.000 liter sekali angkut.
"Dalam upaya memadamkan api sebanyak 240 ribu liter air telah dijatuhkan di lokasi kebakaran itu," ujarnya.
Dia juga mengatakan upaya pemadaman itu bentuk kerjasama perusahaan dengan BPBD Riau.
Penulis : Ali Imron
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :