SELATPANJANG - Dengan menggunakan becak motor, ribuan warga Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Riau tumpah ruah bermain air di jalan. Kegiatan ini merupakan Iven tahunan Festival Perang Air sempena Perayaan Imlek.
Festival tahun 2020 ini dibuka oleh Wakil Bupati Kepulauan Meranti Drs H Said Hasyim. Iven wisata yang meraih Anugerah Pesona Indonesia Kategori Wisata Terpopuler tersebut dipusatkan di Halaman Hotel Grand Indo Baru, Selatpanjang, Senin (25/1/2020).
Turut hadir dalam acara ini Kepala biro Kesra Sekdaprov Riau H Masrul Kasmy, Presiden Institute Otonomi Daerah Prof Dr. Djohermansyah Johan, Ketua DPRD Kepulauan Meranti, Ardiansyah, Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Taufik Lukman Nurhidayat, Danramil Selatpanjang Mayor Inf Irwan, para pejabat dan rombongan wisman Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Thailand dan Malaysia yang pernah dibentuk oleh Kemenparekraf tahun 2019 lalu.
Seperti disampaikan oleh Ketua Panitia yang juga salah seorang pencetus iven festival Perang Air di Kepulauan Meranti, Raden Ulun Permadi Salis. Dia mengatakan iven perang air telah dilaksanakan sejak tahun 2013 lalu, iven perang air ini sengaja diangkat untuk memelihara dan melestarikan serta menumbuhkembangkan potensi wisata daerah yang mendunia.
Wakil Bupati Kepulauan Meranti Drs H Said Hasyim mengawali sambutannya mengucapkan selamat pulang kampung kepada warga Tionghoa Kepulauan Meranti dari seluruh penjuru dunia. Dimana diketahui iven ini kerap dijadikan momen pulang kampung warga Tionghoa asal Kepulauan Meranti dari berbagai penjuru dunia. Dari catatan Dinas Pariwisata Meranti tiap tahun sedikitnya 25 ribu wisatawan masuk ke Kota Selatpanjang, mereka berasal dari Tiongkok, Malaysia, Singapura, Australia dan lainnya.
"Selamat datang, selamat balik kampung kepada saudara Tionghoa, mari bersukaria dalam acara Cian Cui ini," ucap Said yang disambut gembira oleh semua peserta.
Lebih jauh dikatakan wakil Bupati, sebagai warga Kepulauan Meranti harus berbangga karena daerah ini telah dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Yakni iven wisata perang air yang sudah dikenal sejak dahulu kala oleh masyarakat Kepulauan Meranti.
Diceritakan Said, perang air sudah dikenal oleh masyarakat Kepulauan Meranti sejak dulu untuk mengekspresikan kegembiraan perayaan Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air, berangkat dari kebiasaan itu kini oleh masyarakat Tionghoa kembali disemarakan dengan nama perang air yang bertepatan dengan perayaan Imlek.
"Jadi Perang Air ini tidak ada hubungan dengan ritual keagamaan mana pun tetapi lahir dari kearifan lokal yang merupakan kebiasaan masyarakat sejak puluhan tahun lalu yang dikemas sedemikian rupa oleh masyarakat Tionghoa dan kebetulan bertepatan dengan perayaan Imlek," jelas Wakil Bupati.
Untuk itu ia berharap kepada seluruh masyarakat Meranti khususnya peserta Perang Air, untuk dapat menjaga iven tersebut dengan baik tidak menodainya dengan hal yang negatif. Dan Pemkab Kepulauan Meranti sendiri ditegaskannya siap mendukung kegiatan ini dan berharap kepada dinas terkait untuk semakin mengembangkannya.
"Kedepan kita akan meningkatkan lagi kualitas perang air ini, untuk itu mohon dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk mensukseskannya," kata Said.
Tak lupa Said juga mengajak seluruh masyarakat dari berbagai golongan untuk bersatu padu dalam kebinekaan bersama-sama membangun Meranti melalui pelaksanaan berbagai iven wisata di Kepulauan Meranti.
Sekedar informasi, perang air telah berhasil menciptakan kegembiraan bagi seluruh warga Kepulauan Meranti, baik yang berasal dari suku Melayu atau Suku Tionghoa dan suku lainnya. Semuanya berbaur menjadi satu bersuka ria menikmati suasana Perang Air yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun.
Dampak dari perang air ini sangat luar biasa bagi perekonomian di Kepulauan Meranti dimana hotel penuh, rumah makan dan transportasi becak ramai, tiket kapal habis, serta pusat-pusat perbelanjaan ramai dan tentunya ini sangat menguntungkan bagi masyarakat.
Iven ini menjadi yang terunik di dunia, karena merupakan satu-satunya di Indonesia dan hanya ada dua di dunia, Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti dan Thailand. Hebatnya lagi, jika di Thailand hanya berlangsung satu hari, di Meranti digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau Tahun Baru Cina.
Kegiatan Perang Air di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, dimulai pada sore hari tepatnya pukul 16.00 Wib-17.30 WIB.
Dalam perang Air itu kelompok warga berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga yang menanti korbannya dipinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air seperti jalan Ponegoro, Kartini, Imam Bonjol dan Teuku Umar.
Siapapun yang melewati jalan tersebut tak luput dari sasaran tembak warga lainnya hingga basah kuyup, hebatnya tak ada emosi dalam iven ini kelompok warga maupun perorangan yang melakukan aksi itu sudah siap untuk ditembak dan menembak, hebatnya lagi semakin basah kuyup suasana menjadi semakin seru dan semarak.
Setiap tahunnya, warga keturunan Tionghoa dari berbagai daerah di Indonesia bahkan manca negara berbondong bondong mendatangi Kota Selatpanjang untuk mengikuti perang air atau hanya sekedar untuk menyaksikan iven terunik di dunia ini. Dari informasi dari Dinas terkait jumlah wisatawan yang datang ke Meranti saat iven itu mencapai 20 ribuan orang. Biasanya para wisatawan yang sudah pernah mengikuti perang air di Selatpanjang tak akan melewati iven ini ditahun tahun berikutnya.
Penulis : Ali Imron
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :