Limbah Jadi Berkah, Kebutuhan Repu Sagu Capai 3.000 Ton per-Bulan
Senin, 11 Maret 2019 - 15:25:26 WIB
SELATPANJANG - Limbah padat sisa pengolahan sagu yang berbentuk ampas yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah repu saat ini sudah bisa dipasarkan.
Tidak tanggung-tanggung, permintaan akan kebutuhan repu tersebut mencapai 3.000 ton perbulannya. Repu yang selama ini menjadi persoalan akan ditampung oleh pengusaha ternak untuk pakan sapi di Ciganjur, Jagakarsa Jakarta Selatan.
Hal tersebut sangat berpotensi meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang selama ini terkena dampak limbah di sekitar areal kilang sagu.
Pelatihan pemberdayaan ekonomi masyarakat itu akan dibahas di dalam Seminar Ekonomi Kerakyatan pada Kamis (14/3/2019) mendatang.
Seminar yang mengangkat tema menciptakan soliditas dan sinergitas dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat menuju masyarakat madani ini digelar oleh Koperasi Hang Tuah Meranti yang bekerjasama sama dengan Disperindag, DLH, dan Dinsos P3AP2KB. Dalam seminar tersebut menghadirkan narasumber dan pakar seperti penasehat KAHMI, Zahirman Zabir, Ketua HIPPI, Jhon Santri, Kepala
Disperindagkopukm, Azza Fahroni dan ketua DPRD Kepulauan Meranti H Fauzi Hasan.
Ketua Koperasi Hang Tuah Meranti Dr Misri Hasanto mengatakan repu yang selama ini hanya menimbulkan persoalan sebenarnya bisa meningkatkan taraf ekonomi dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di mana pihaknya sudah melakukan penjajakan, repu itu dijual kepada peternak di Pulau Jawa.
"Kita sudah melakukan penjajakan beberapa waktu lalu. Dimana repu yang menjadi limbah akan ditampung oleh peternak di Ciganjur untuk pakan sapi. Mereka membutuhkan 3.000 ton per-bulan, saat ini sebanyak 100 ton repu sudah kita press dan dipacking untuk segera dikirim," ungkap Misri.
Sekretaris Dinsos P3AP2KB itu juga mengatakan seminar itu nantinya akan melatih masyarakat di sekitar areal kilang sagu untuk memanfaatkan repu dan akan tampung yang kemudian akan dikirim ke Pulau Jawa.
"Seminar yang dilakukan nanti adalah untuk membuka pikiran banyak orang, bahwa repu ini sebenarnya menghasilkan uang. Kita akan latih masyarakat yang terkena dampak limbah, tahap awal kita jadikan relawan dan kita berikan alat dari UGM untuk mengolah repu agar kadar air menjadi 15- 20 persen seperti permintaan dari sana," ungkapnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan penelitian, kandungan nutrisi pada repu terutama protein kasar terhitung rendah berkisar antara 2,30-3,36 persen, tapi pati dalam ampas sagu masih cukup tinggi yaitu mencapai 52,98 persen.
Selama ini puluhan ton repu yang dihasilkan pabrik sagu dibuang percuma. Hasil ekstraksi limbah dibuang begitu saja oleh pengusaha ke aliran sungai, karena tidak mampu diolah, hal Ini mempengaruhi kondisi lingkungan perairan di Meranti.
"Repu yang awalnya tidak berguna dan merusak lingkungan ternyata nilai jualnya tinggi. Inilah yang dinamakan limbah menjadi berkah, untuk itulah seminar ini dimunculkan. Dukungan semua pihak sangat kita harapkan," ungkapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan Meranti sangat mengapresiasi hal tersebut. Menurutnya langkah yang dilakukan untuk mensuplai repu sebagai pakan ternak ke Pulau Jawa sebagai salah satu solusi untuk mengatasi persoalan limbah yang selama ini terjadi.
"Sangat bagus, ini merupakan salah satu langkah untuk mengatasi limbah sagu yang mencemari lingkungan dan perairan Meranti. Kita sangat bersyukur ada pihak yang menjadi agen untuk memanfaatkan limbah ini. Kedepannya agar bisa berkoordinasi dengan DLH, supaya kita bisa menjembatani kedua belah pihak," ungkap Hendra.
Penulis : Ali Imron
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :