Apa Itu Virus Covid-19 Varian Delta? Berikut Penjelasan dr Yopi dari Eka Hospital
Kamis, 15 Juli 2021 - 14:56:13 WIB
DOKTER Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital Pekanbaru, dr Indra Yovi, SpP (K), mengatakan tren kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak akhir bulan Mei 2020.
Tidak hanya itu, saat ini Covid-19 disertai munculnya virus corona varian Delta. Virus corona varian Delta memiliki nama kode B.1.617.2 dan pertama kali terdeteksi di India pada akhir 2020.
Penelitian menunjukan bahwa varian delta dikaitkan dengan risiko penularan yang diperkirakan 60% lebih tinggi daripada varian Alfa, yang sudah jauh lebih menular daripada versi asli virus. Jumlah kasus rawat inap pun meningkat akibat varian ini, tak terkecuali di Indonesia. Sebagian orang mungkin masih asing dengan Delta Covid-19. Apakah gejalanya sama dengan virus varian pertama?
Simak penjelasan dr Indra Yovi, SpP (K)- Dokter Spesialis Paru & Pernapasan Eka Hospital Pekanbaru.
Varian Delta: Ancaman Baru
Varian delta merupakan perkembangan lebih lanjut dari mutasi SARS CoV-2. Varian ini lebih
banyak ditemukan pada dewasa muda. Transmisi varian delta 60% lebih tinggi dari varian alfa.
Varian delta menghasilkan penyakit lebih berat. Diketahui efektivitas vaksin terhadap varian
delta ini lebih rendah dalam mencegah Covid-19 bergejala. Satu dosis vaksin AZ atau prizer
hanya 33 efektif tehadap delta (50% terhadap alfa), sedangkan 2 dosis vaksin AZ 60% efektif
terhadap delta.
Bagaimana cara virus varian delta menular?
Virus bisa menular dengan beberapa cara, antara lain:
• Transmisi droplet, sangat ditekankan dalam penggunaan masker.
• Transmisi udara (aerosol), sangat disarankan untuk melakukan kegiatan seperti rapat
di dalam ruangan terbuka dan tetap menggunakan masker.
• Transmisi fomit, sangat ditekankan untuk pentingnya melakukan cuci tangan.
Apa saja gejalanya?
Gejala Covid-19 varian delta sangat bervariasi mulai dari gejala yang ringan hingga yang
kritis.
1. Gejala ringan berupa demam, batuk, nyeri tenggorokan, anoreksia, dan sakit kepala.
2. Gejala sedang, meliputi gejala pneumonia (demam, batuk, sesak nafas, nafas cepat).
3. Gejala berat seperti demam ditambah salah satu dari frekuensi nafas >30x/menit,
distres pernafasan, saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.
Kapan harus memeriksakan diri untuk PCR?
Swab PCR menjadi cara untuk mengetahui kondisi kesehatan terkait Covid-19. Lalu, kapan
waktu yang tepat untuk melakukan tes Covid-19 ini?
1. Setelah kontak erat dengan pasien Covid-19
Dikatakan kontak erat apabila bertatap muka dengan pasien Covid-19 atau gejala
kemungkinan Covid-19 dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih. Kemudian
bersentuhan fisik dengan pasien Covid-19 atau gejala kemungkinan Covid-19. Serta
perawatan pasien atau gejala kemungkinan Covid-19 tanpa menggunakan APD
standar.
2. Saat timbul gejala
Jika timbul gejala Covid-19 sebaiknya segera lakukan PCR.
Mengapa Harus Isolasi Mandiri?
Tujuan isolasi mandiri adalah untuk memutuskan mata rantai penularan Covid-19. Jika tidak
dilakukan isolasi mandiri maka jika seorang terkonfirmasi positif Covid -19 dan tetap
melakukan aktivitas, maka dia akan menularkan virus tersebut kepada rekan kerja, teman,
keluarga serta orang lain di lingkungan sekitar.
Isolasi mandiri bisa dilakukan jika PCR positif dan tanpa gejala (sesak). Namun jika memiliki
gejala sesak napas lebih dari 24 kali dalam satu menit dan saturasi oksigen < 94 persen harus
dirujuk ke Rumah Sakit.
Berapa lama waktu Isolasi Mandiri?
Lamanya waktu isolasi mandiri diklasifikasikan menjadi 4, sebagai berikut:
1. Tanpa gejala: 10 hari sejak pengambilan test Covid-19.
2. Gejala ringan: 10 hari ditambah 3 hari bebas gejala apapun.
3. Gejala sedang: 10 hari sejak timbul gejala ditambah 3 hari bebas gejala.
4. Gejala berat: 1x PCR negatif ditambah 3 hari bebas gejala. Pemantauan lanjutan isolasi
mandiri 7 hari.
Jangan lupa tetap kontrol ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau klinik
setelah selesai isolasi). Untuk pemeriksaan PCR di akhir isolasi mandiri tidak perlu dilakukan.
Pada saat melakukan isolasi mandiri, lakukanlah aktivitas harian seperti di bawah ini:
1. Buka jendela kamar untuk cahaya matahari masuk dan sirkulasi udara.
2. Berjemur matahari 10-15 menit antara jam 07.00 -07.15.
3. Memakai masker saat bertemu keluarga atau orang lain di rumah.
4. Rutin cuci tangan dengan air mengalir atau hand sanitizer.
5. Olahraga rutin 3-5 kali seminggu.
6. Makan bergizi seimbang 3 kali sehari secara terpisah dengan keluarga.
7. Pisahkan cucian kotor dengan pakaian kotor keluarga lainnya.
8. Bersihkan kamar setiap hari, gunakan APD (minimal masker).
9. Cuci alat makan sendiri setelah selesai digunakan.
10. Periksa suhu tubuh dan saturasi oksigen setiap pagi dan malam.
11. Tidur di kamar pribadi yang terpisah dengan anggota keluarga lain.
Apa saja vitamin yang dibutuhkan?
Menjaga daya tahan tubuh sangat penting bagi tubuh mencegah berbagai penyakit, terutama
di masa pandemi Covid-19. Mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral dapat
membantu kita untuk tetap sehat melawan virus dan bakteri pembawa penyakit. Berikut
sejumlah vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan imun tubuh:
1. Vitamin C dan D.
2. Lanjutkan minum obat sesuai kondisi penyerta. Misalnya pasien memiliki hipertensi,
maka konsumsi obat hipertensi dilanjutkan.
3. Khusus bagi yang bergejala ringan bisa mengonsumsi obat antivirus (hanya dengan
resep dokter), serta pengobatan sesuai gejala, misalnya demam maka boleh minum
paracetamol.
Berapa lama dapat sembuh dari Covid- 19?
Menurut WHO untuk kasus ringan masa penyembuhan selama 2 sampai 3 minggu (14-21
hari). Sementara untuk kasus berat dan kritis berkisar 3 sampai 6 minggu.
Bagaimana setelah sembuh dari Covid- 19?
Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari covid- 19 tidak akan menularkan covid- 19 lagi
ke orang lain. Akan tetapi bagi seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari covid 19 tetap
punya risiko kecil kembali tertular. Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah terdapat kekebalan
terhadap covid-19 sehingga penting untuk tetap menjalankan protokol kesehatan walaupun
sudah sembuh.
Profil
Dr. Indra Yovi, SpP (K), adalah seorang dokter spesialis paru dan pernapasan (konsultan) di
Eka Hospital Pekanbaru. Beliau aktif mengikuti berbagai pelatihan dan workshop mengenai
penanggulangan tuberculosis. Selain berpraktik di Eka Hospital Pekanbaru, dokter yang
merupakan lulusan Universitas Indonesia ini bertugas menjadi juru bicara Satuan Tugas
(Satgas) Covid-19 di Provinsi Riau.(rilis)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :