www.halloriau.com


Ekonomi
BREAKING NEWS :
BRK Syariah Silaturahmi dan Beri Bimbingan untuk Nasabah JCH
 
Tips Agar Tak Boros di Bulan Ramadan
Sabtu, 19 Mei 2018 - 12:38:44 WIB

JAKARTA - Dalam berpuasa, umat muslim diwajibkan menahan hawa nafsu makan dan minum, termasuk perbuatan, untuk meningkatkan ketakwaan. Namun, berpuasa makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam kerap membuat kita lapar mata saat berbuka.

Lapar mata seringnya membuat kita justru banyak jajan di saat bulan puasa. Banyak yang berpikir wajar makan enak dan dalam jumlah banyak sebagai reward setelah menahan makan dan minum selama seharian. Apalagi, ada penganan yang hadir khusus hanya di bulan puasa.

Tidak cuma itu, umumnya pusat-pusat perbelanjaan dan online shop juga menggoda kita untuk belanja lebih banyak dengan menggelar pesta diskon besar-besaran. Seolah-olah, sayang melewatkan diskon jelang Tunjangan Hari Raya masuk kantong.

Alih-alih berhemat di bulan puasa, jika tidak pandai-pandai menahan hawa nafsu berbelanja, bisa-bisa kantong jebol sebelum hari perayaan Idul Fitri.

Gana, misalnya. Pria berusia 27 tahun yang bekerja di bidang administrasi tata graha ini mengaku selalu tekor saat Ramadan. Niat untuk hemat pupus setelah ramai undangan buka puasa bersama. Gana mengaku sekali buka puasa di luar rumah, ia bisa menghabiskan Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.

"Sampai akhirnya saya tidak bisa datang undangan buka puasa bersama karena sudah bokek. Meski, kadang juga tidak bisa hadir karena masih kerja," katanya.

Minimnya penghasilan yang tersisa kadang bikin Gana kalang kabut. Alhasil, ia menjadi tak punya penghasilan untuk disimpan. "Jadi, akhirnya ya menunggu Tunjangan Hari Raya (THR) untuk ditabung," tutur dia.

Setali tiga uang, Rian (29 tahun) juga merasa boros setiap Ramadan. Pria yang bekerja sebagai administrator media sosial ini merasa tidak pernah bisa menabung setiap kali memasuki bulan puasa. Menurut dia, godaan diskon disinyalir menjadi alasan dirinya selalu buntung saat Ramadan.

"Diskonan kan banyak, dan saya tidak suka bawa uang kertas. Jadi, kalau ada apa-apa itu gesek, gesek, gesek (kartu debit) saja. Ternyata, tabungan sudah terkuras habis begitu cek saldonya," terang Rian.

Bahkan pengeluaran Rian makin tebal kala ia memilih berbuka puasa di luar rumah. "Kalau sudah buka puasa di luar rumah, bawaannya ingin pesan ini itu. Makannya sih enak, bayarnya yang nyelekit. Habis itu kadang menyesal sudah makan dengan kalap," jelasnya.

Menahan hawa nafsu saat konsumsi ternyata menjadi kunci pengelolaan keuangan yang baik saat Ramadan. Perencana keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan ledakan konsumsi masyarakat di bulan puasa dipengaruhi dua hal.

Pertama, inflasi. Menjelang hari raya idul fitri, naiknya harga-harga kadang bisa bikin belanja kebutuhan semakin mahal. Kedua, penyebab naiknya konsumsi adalah faktor psikologis.

Saat bulan Ramadan, masyarakat merasa pengeluarannya semakin hemat karena tidak mengonsumsi apa-apa di siang hari. Sehingga, mereka cenderung lebih banyak menghabiskan uang setelah jam buka puasa. Mereka cenderung merasa uang yang dikeluarkan setelah buka puasa nyaris sama dengan pengeluaran mereka di hari-hari biasa.

Padahal, menurutnya, itu adalah konsep yang salah besar. "Justru karena konsumsinya terbatas, masyarakat cenderung balas dendam setelah buka puasa. Beli makanan berlebih, otomatis pengeluaran naik. Kalau sehari sih tidak apa-apa, tapi puasa ini kan sebulan," imbuh Tejasari.

Hal ini bisa semakin parah menjelang hari raya Idul Fitri. Tak jarang diskon hadir tepat dengan masuknya THR. Nah, di sini, hawa nafsu masyarakat kembali diuji.

"Tapi juga perlu diingat, THR ini harus disiasati. Jangan sampai akhir bulan Ramadan, sudah tidak ada lagi penghasilan yang tersisa," terang dia, dikutip cnn.

Caranya, pertama, mengatur niat untuk tahan godaan konsumsi. Kedua, mengatur konsumsi secara berkala. Misal, seseorang sudah mengalokasikan konsumsi rutin sebanyak Rp4 juta dalam sebulan. Seharusnya, uang itu langsung dibagi dalam empat minggu, dengan jumlah masing-masing Rp1 juta. Uang Rp1 juta itu bisa ditarik tunai atau dipindah ke rekening lain sebagai jatah konsumsi selama satu minggu.

Masyarakat perlu memastikan bahwa uang mingguan itu cukup. Apabila konsumsi pada pekan itu masih kurang, maka dia bisa "meminjam" alokasi uang konsumsi pekan depan. Dengan catatan, alokasi uang konsumsi pekan depan nilainya harus berkurang, tak boleh Rp1 juta lagi.

"Kalau konsumsi ini berlebihan, nanti alokasinya harus berkurang di minggu depan. Jadi, harus konsisten," ujarnya.

Sebetulnya, lanjut Tejasari, mengonsumsi lebih banyak bukanlah sesuatu yang haram. Masyarakat bisa mengonsumsi lebih asal juga memiliki penghasilan tambahan yang bisa menutupi seluruh konsumsi itu. Ini demi mencegah hidup pas-pasan setelah Lebaran.

"Kalau memang tak ada penghasilan lain, sebaiknya konsumsinya normal saja. Tapi kalau ada penghasilan lain, kenaikan konsumsinya bisa di-cover dengan itu," papar dia.

Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menyebut sebetulnya, keuangan masyarakat di bulan puasa bisa diatur dengan mudah. Anda cuma perlu menyadari bahwa seharusnya pengeluaran saat Ramadan bisa ditekan karena waktu untuk tidak melakukan konsumsi cukup lama, yaitu dari terbit fajar hingga matahari terbenam.

Sehingga, ada baiknya masyarakat menyisihkan pengeluaran yang seharusnya dilakukan di antara waktu-waktu itu. Sehingga, uangnya tetap diambil dari kantong, namun dipindahkan ke wadah lain.

Dengan hal ini, masyarakat seolah-olah punya pola pikir bahwa mereka mengonsumsi barang layaknya hari biasa. Padahal sebetulnya, mereka tengah menabung.

"Kalau siang hari di bulan Ramadan ini harusnya kan tidak ada pengeluaran. Misalnya, orang jadi tidak merokok atau tidak makan siang. Nah, uang itu harus disisihkan pagi hari, masukkan ke tabungan atau celengan. Lalu hidup normal saja," terang dia.

Di samping itu menurutnya, hal utama yang bisa dilakukan masyarakat adalah menghindari buka puasa di luar rumah. Menurutnya, buka puasa di luar adalah sesuatu yang lumrah. Asal jangan terlalu berlebihan. Apalagi, sekali makan di luar bisa setimpal dengan tiga kali makan di rumah.

"Sebetulnya it's okay saja makan di luar, tapi tidak serta merta juga semua pos pengeluaran jatuh ke situ. Tentu kita harus bisa membatasi diri. Kuncinya tentu saja adalah menahan diri, layaknya esensi ibadah di bulan Ramadan," pungkasnya.(*)



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
JCH Riau nasabah BRK Syariah.(foto: tribunpekanbaru.com)BRK Syariah Silaturahmi dan Beri Bimbingan untuk Nasabah JCH
Ustaz Abdul Somad.(foto: int)Hasil Survei Pilgubri 2024: Ustaz Abdul Somad 'Singkirkan' Para Kandidat Hingga Petahana
Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto hadiri pengukuhan DPP Onur 2023-2027.(foto: mcr)Hadiri Pengukuhan DPP Orahua Nias Nusantara Periode 2023-2027, Ini Harapan Pj Gubri
  Ketua KONI Riau, Iskandar Hoesin.(foto: mcr)KONI Riau Optimis Venue PON XII 2024 di Aceh-Sumut Siap Tepat Waktu
Asisten II Setdaprov Riau M Job Kurniawan, bersama Kepala BI Riau Panji Ahmad saat launching Riau Sharia Week 2024.(foto: mcr)BI Launching Riau Sharia Week 2024: Perkuat Ekonomi Syariah dengan Sinergi
Bupati Pelalawan hadiri Konfercab IV NU Pelalawan.(foto: andi/halloriau.com)Bupati Pelalawan Dorong Keberadaan NU di Tengah-tengah Masyarakat
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Sepanjang Jalan Rajawali Rusak Parah
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved