KABUL-Kelompok teror Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan mengerikan pada pusat budaya Tabaya pro-Iran di Kabul, Kamis (28/12/2017). Selama beberapa kali, serangan ISIS menyasar kaum Syiah di Afghanistan.

Mushtaq Rahim, seorang pakar keamanan regional, mengakui ada beberapa anggota komunitas Syiah Afghanistan di daerah tersebut. "Kaum Syiah Afghanistan telah menjadi sasaran di Afghanistan sepanjang 2017," katanya.

Sementara Direktur Asia Selatan Amnesty International Biraj Patnaik mengatakan serangan hari Kamis merupakan pengingat akan lemahnya keamanan negara tersebut.

"Serangan mengerikan ini menggarisbawahi bahaya yang dihadapi warga sipil Afghanistan. Dalam salah satu tahun paling mematikan ini, wartawan dan warga sipil lainnya terus-menerus menjadi sasaran kelompok bersenjata," katanya.

"Di ibu kota Afghanistan sekali lagi, tidak ada yang bisa mengklaim bahwa Kabul aman. Pemerintah Eropa yang mendesak fiksi berbahaya ini dengan secara paksa mengembalikan orang-orang Afghanistan membuat hidup mereka dalam bahaya," Patnaik.

Komite Keselamatan Jurnalis Afghanistan (AJSC) mengecam keras serangan tersebut. Baru-baru ini, AJSC melaporkan lonjakan serangan terhadap wartawan, dengan setidaknya 73 kasus tercatat pada 2017, meningkat hingga 35% dibandingkan dengan 2016.

Pada Kamis (28/12/2017), Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan tersebut dan menyampaikan ucapan belasungkawa yang terdalam kepada para korban dan keluarga mereka.

"Amerika Serikat berdiri teguh dengan pemerintah dan rakyat Afghanistan dan akan bekerja sama dengan Pemerintah Persatuan Nasional untuk membawa para pelaku serangan kejam ke pengadilan. Musuh-musuh Afghanistan tidak akan berhasil dalam upaya mereka untuk menghancurkan negara tersebut dan memecahbelah warga Afghanistan, yang tangguh dan berkomitmen untuk membangun perdamaian dan stabilitas," kata pernyataan tersebut. (*)