JAKARTA - Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat kedua kalinya membahas konflik Israel-Palestina di New York, AS, pada Rabu (12/5/2021) waktu setempat.
Namun pertemuan itu tak menghasilkan pernyataan bersama karena tentangan dari Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu utama Israel.
Dikutip dari AFP, menurut beberapa sumber, 14 dari 15 anggota DK PBB setuju mengadopsi deklarasi bersama yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan Israel-Palestina.
Berdasarkan penuturan para diplomat, AS melihat pertemuan DK PBB sebagai bentuk keprihatinan sudah cukup. Namun para diplomat menilai sikap AS tidak akan "membantu meredakan" situasi.
"Amerika Serikat telah secara aktif terlibat dalam diplomasi di belakang layar dengan semua pihak, dan di seluruh kawasan, untuk mencoba meredakan situasi. Pada tahap ini, pernyataan Dewan akan menjadi kontraproduktif," kata salah satu sumber menirukan ucapan AS dalam rapat DK PBB.
Tak menemui titik temu, 4 anggota DK PBB dari Eropa yakni Norwegia, Estonia, Prancis, dan Irlandia, akhirnya mengeluarkan pernyataan bersama. Keempat anggota DK PBB itu menyerukan agar kekerasan segera dihentikan di kedua belah pihak.
"Kami mengutuk penembakan roket dari Gaza terhadap penduduk sipil di Israel oleh Hamas dan kelompok lainnya yang sama sekali tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan," kata pernyataan itu.
"Jumlah besar korban sipil, termasuk anak-anak, dari serangan udara Israel di Gaza, dan kematian Israel akibat roket yang diluncurkan dari Gaza, mengkhawatirkan dan tidak dapat diterima. Kami menyerukan Israel untuk menghentikan aktivitas pemukiman, pembongkaran dan penggusuran, termasuk di Yerusalem Timur," lanjut pernyataan itu.
Adapun juru bicara DK PBB, Stephane Dujarric, berharap segera ada pernyataan bersama menyikapi konflik Israel-Palestina. Ia menambahkan bahwa "situasi internasional apa pun akan selalu mendapat manfaat dari suara yang kuat dan bersatu dari Dewan Keamanan."
Sedangkan utusan PBB untuk Timur Tengah, Tor Wennesland, telah memperingatkan bahwa "situasi telah memburuk sejak Senin ... ada risiko spiral kekerasan," menurut sumber diplomatik.
Sementara saat pertemuan darurat pertama pada Senin (10/5), AS juga menolak untuk mendukung teks yang diusulkan oleh Tunisia, Norwegia, dan China yang meminta semua pihak untuk menahan diri dari provokasi.
Ketegangan antara Palestina dan Israel bermula dari penggusuran yang dilakukan Israel di Sheikh Jarrah dan peristiwa kekerasan jemaah salat di Masjid Al-Aqsa, masjid suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi.
Banyak warga Palestina terluka akibat serangan aparat Israel pada 7 Mei 2021 tersebut. Bentrokan berlanjut hingga beberapa hari selanjutnya.
Hamas, penguasa Jalur Gaza, membalas kekerasan itu dengan menembakkan roket ke arah Israel. Israel membalasnya dengan serangan udara ke Jalur Gaza.
Sejauh ini, ketegangan tersebut membuat 65 orang tewas di Gaza, termasuk 16 anak-anak, dan 7 korban jiwa di Israel, termasuk seorang tentara dan warga negara India. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :