Pemerintah AS Takuti Teknologi TikTok, Sampai-sampai Tentaranya Disuruh Lakukan Hal Ini
Selasa, 07 Januari 2020 - 11:39:05 WIB
JAKARTA - Induk TikTok, Bytedance, dikabarkan telah membenamkan teknologi serupa deepfake di dalam aplikasinya. Fitur ini disebut sebagai Face Swap dalam aplikasi TikTok dan Douyin.
Fitur ini bisa mengganti wajah seseorang dengan orang dalam video. Hal ini bisa dilakukan karena TikTok dan Douyin meminta pengguna untuk memindai wajah dari berbagai sisi dan bisa memilih opsi untuk menggunakan wajah tersebut pada video lain yang dipilih pengguna.
Berdasarkan laporan Techcrunch yang dikutip Selasa (7/1/2020), kode deepfake ini ditemukan startup Israel Watchful.ai. Aplikasi ini dapat mengaktifkan code di TikTok dan Douyin untuk mendapatkan tangkapan layar (screenshot) di fitur tersebut. Fitur ini memang belum tersedia secara umum.
CEO Watchful.ai Itay Kahana mengatakan sangat jarang melihat aplikasi sosial besar membatasi fitur baru yang canggih untuk pengguna 18 tahun ke atas.
"Aplikasi deepfake ini mungkin menyenangkan di permukaan tetapi seharusnya tidak boleh menjadi kuda trojan (penyusup) yang membahayakan data pribadi terutama data pribadi anak di bawah umur yang sebagian besar pengguna terbesar TikTok saat ini," jelasnya, dikutip dari CNBC Indonesia.
Ketika dikonfirmasi, juru bicara TikTok membantah adanya deepfake maker pada aplikasinya, dan menyatakan tidak ada rencana untuk meluncurkannya.
"Fragmen kode yang tidak aktif itu sedang dihapus untuk menghilangkan kebingungan di antara pengguna," kata juru bicara tersebut.
Sebelumnya, Angkatan laut Amerika Serikat (US Navy) telah melarang pasukannya untuk menggunakan aplikasi berbagi video asal Tiongkok, TikTok. Aturan tersebut telah disampaikan pada bulan Desember 2019 yang lalu.
Setelah munculnya aturan tersebut, kini giliran angkatan darat AS (US Army) yang dilarang menggunakan aplikasi pembuat video pendek tersebut. Alasan dilarangnya aplikasi ini karena dianggap mengancam keamanan nasional Amerika Serikat karena diduga meneruskan informasi ke pemerintah Tiongkok.
"Ini (TikTok) dianggap sebagai ancaman siber," ujar seorang juru bicara angkatan darat AS. "Kami tak membolehkannya di ponsel-ponsel yang diberikan oleh pemerintah."
Sebelumnya, pada Desember lalu para tentara angkatan darat AS telah diminta menghapus aplikasi TikTok dari ponsel yang diberikan oleh pemerintah. Meski demikian, mereka masih bisa menggunakannya di ponsel milik pribadi.
Larangan penggunaan Tiktok untuk angkatan darat ini muncul setelah senator Demokrat AS Charles Schumer dan Senator Republik AS Tom Cotton menulis surat kepada Direktur Intelijen Nasional AS Joseph Maguire untuk melakukan penyelidikan tentang keamanan Tiktok.
"Dengan adanya kekhawatiran ini, kami meminta Komunitas Intelijen melakukan penilaian risiko keamanan nasional yang ditimbulkan oleh TikTok dan platform konten asal China yang beroperasi di AS," tulisnya dalam surat tersebut. Senator Marco Rubio sebelumnya mengklaim bahwa TikTok sebelumnya telah berusaha menyensor konten di AS agar sejalan dengan kepentingan pemerintah Tiongkok.
"(Aplikasi asal China) semakin banyak digunakan untuk menyensor konten dan membungkam diskusi terbuka tentang topik-topik yang dianggap sensitif oleh Pemerintah China dan Partai Komunis," sambung Rubio. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :