PARIS - Ada gejala bernama femisida (femicide), yakni pembunuhan terhadap perempuan dilatarbelakangi isu gender. Dalam setahun, ratusan perempuan dibunuh pasangannya di Prancis. Demonstrasi besar digelar untuk memprotes hal itu.
Dilansir AFP, Minggu (24/11/2019), ribuan orang berunjuk rasa demi menghentikan kekerasan berbasis gender dan femisida, pada Sabtu (23/11) waktu setempat. Kurang lebih, 116 perempuan tewas di tangan pasangannya pada setahun terakhir.
Iring-iringan (long march) dimulai dari arah gedung opera. Orang-orang mengusung spandung dan plakat, umumnya berwarna ungu, isinya adalah mengutuk femisida.
"Hentikan patriarki!" bunyi salah satu spanduk yang mereka usung. "Hentikan sikap bungkam, bukan perempuan," bunyi spanduk lainnya.
Sekitar 30 iring-iringan telah dihelat di seluruh Prancis. Ada 70 kelompok, partai politik, dan serikat pekerja yang terlibat.
"Ini adalah iring-iringan yang bersejarah," kata salah seorang koordinator aksi, Caroline De Haas.
Paris bagian tengah menjadi 'lautan ungu', warna yang diusung dalam aksi protes kalii ini. "Dengan aksi ini, kami akan membuat otoritas melakukan langkah yang diperlukan," kata salah satu koordinator aksi di Facebook.
Pemerintah diharapkan mengumumkan 40 langkah pada Senin (25/11) besok untuk mengakhiri gejala yang merenggut banyak nyawa itu. Berdasarkan investigasi AFP, 116 perempuan dibunuh di Prancis, dilakukan oleh suami, kekasih, atau mantan pasangan.
Tiap tiga hari, ada satu perempuan terbunuh di Prancis oleh pasangan atau mantan pasangannya. Kekerasan dalam hubungan pernikahan melanda 220 ribu perempuan Prancis tiap tahunnya.
"Sistem kami tidak berjalan untuk melindungi perempuan," kata Menteri Kehakiman Nicole Belloubet. Menurut PBB pada 2017, ada 87 ribu perempuan dewasa dan gadis yang terbunuh, termasuk oleh anggota keluarga mereka sendiri.(*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :