PYONGYANG - Korea Utara (Korut) memberikan pernyataan resmi soal aktivitas peluncuran proyektil pada Jumat (2/8) waktu setempat. Korut mengklaim pihaknya melakukan uji tembak untuk sistem peluncur rudal terbaru yang diawasi langsung oleh pemimpin mereka, Kim Jong-Un.
Dalam pernyataan resmi melalui kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), seperti dilansir Detik, Sabtu (3/8/2019), Korut menyebut sistem peluncur terbaru itu mampu meluncurkan beberapa roket atau rudal sekaligus.
Pernyataan Korut via KCNA ini dirilis pada Sabtu (3/8) waktu setempat, atau sehari setelah peluncuran proyektil yang disebut Korea Selatan (Korsel) terjatuh ke perairan Laut Timur. Peluncuran proyektil oleh Korut pada Jumat (2/8) kemarin merupakan yang ketiga, setelah pada 25 Juli dan 31 Juli, dalam sepekan terakhir.
Sistem peluncur rudal itu disebut berpotensi meningkatkan kemampuan Korut dalam menyerang target-target di Korsel dan pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Korsel.
Para pakar menilai peningkatan aktivitas peluncuran rudal Korut dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan terhadap AS dan Korsel terkait perundingan nuklir yang terhenti, juga untuk memprotes latihan militer gabungan AS-Korsel. Peningkatan aktivitas itu juga dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa aksi pamer persenjataan bisa semakin meningkat dalam beberapa bulan ke depan jika tidak ada perkembangan yang dicapai dalam perundingan.
Dalam laporannya, KCNA menyebut Kim Jong-Un menyampaikan 'kepuasan besar' untuk uji coba sistem peluncur rudal pada Jumat (2/8) waktu setempat.
"Uji coba itu mengonfirmasi kinerja pengendalian level ketinggian, kemampuan mengubah jalur, akurasi dalam mengenai target dan kekuatan ledakan pada hulu ledak roket artileri terarah (pada sistem peluncur rudal itu)," demikian pernyataan KCNA.
Kantor kepresidenan Korsel sebelumnya menyebut militer AS dan Korsel berbagi hasil analisis soal peluncuran proyektil oleh Korut pada Jumat (2/8) waktu setempat. Kedua negara menyebut kemungkinan besar Korut meluncurkan rudal-rudal balistik jarak pendek.
Militer Korsel juga tetap menyebut Korut meluncurkan rudal balistik pada Rabu (31/7) lalu meskipun Korut menyebutnya sebagai 'sistem roket terarah kaliber besar untuk beberapa peluncuran sekaligus'.
Dalam pernyataannya pada Jumat (2/8), kantor Kepala Staf Gabungan Korsel menyebut peluncuran dua proyektil dilakukan pukul 02.59 waktu setempat dan pukul 03.23 waktu setempat. Kedua proyektil itu, menurut Korsel, mengudara sejauh 220 kilometer. Jangkauan itu cukup untuk mencapai area metropolitan di sekitar ibu kota Seoul, yang menjadi tempat tinggal separuh penduduk Korsel. Jangkauan itu juga mampu mencapai pangkalan militer AS di luar Seoul.
Otoritas Korut dalam pernyataan via KCNA menyebut uji coba terbaru dimaksudkan sebagai 'peringatan serius' untuk Korsel terkait pembelian persenjataan canggih termasuk jet tempur AS dan rencana latihan militer dengan AS.
Laporan terpisah dari KCNA yang mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut berisi kecaman untuk pernyataan yang dirilis Inggris, Prancis, dan Jerman soal aktivitas balistik Korut. Pernyataan ketiga negara itu mengecam Korut yang disebut melanggar sanksi dan resolusi PBB. Juru bicara itu, seperti dikutip KCNA, menegaskan Korut tidak pernah dan tidak akan mengakui resolusi-resolusi PBB yang dipandangnya sebagai 'provokasi' melawan pemerintahan Korut. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :
