JAKARTA - Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) terhadap pegawai KPK dalam proses alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) telah selesai. Hasilnya, 75 orang dinyatakan tak lolos tes tersebut. Nasib mereka masih menggantung.
TWK ini disorot sejumlah pihak karena pertanyaan-pertanyaannya yang dinilai tidak sesuai dengan tupoksi KPK. Selain itu, tes ini dinilai sejumlah pihak hanya untuk mengganjal mereka yang berintegritas.
"Ini saya lihat ada akal-akalan, upaya untuk menyaring mereka-mereka yang dianggap tidak bisa kooperatif dengan pimpinan KPK hari ini, terutama ketua KPK," kata Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo, dalam diskusi polemik, Sabtu (8/5/2021), dilansir kumparan.
Pertanyaan dalam TWK disorot sejumlah pihak. Sebab, pertanyaan macam "sudah umur segini, kok, belum menikah?" hingga "salat Subuhnya pakai qunut?" disebut muncul dalam tes itu.
Selain itu, adanya tes dalam proses alih status ini dinilai tak sesuai. Sebab, dalam UU KPK Nomor 19 Tahun 2019 hingga PP 41 Tahun 2021 yang merupakan turunnya, tidak ada syarat alih status harus melewati tes.
Ketua KPK Firli Bahuri menyatakan nasib ke-75 orang tersebut akan ditentukan usai berkoordinasi dengan BKN dan KemenPAN-RB. Namun, Adnan menilai apabila pimpinan KPK memiliki sikap yang jelas, polemik ini bisa dihindari.
"Sebenarnya kalau pimpinan KPK yang lain lurus dan punya sikap, sebenarnya polemik ini tidak harus muncul. Artinya kan pimpinan KPK tidak tegas sikapnya. Padahal dalam UU, leadership-nya kolektif kolegial, pengambilan keputusannya kolektif kolegial," ucap Adnan.
"Taruh kalau yang mau ini cuma Pak Firli, dan 4 lainnya menolak, sebenernya selesai kok. Dan diproses dengan mekanisme yang ada langsung dialihkan sebagai PNS. Sehingga kalau ada tes, itu hanya sebagai deskline saja, dan tesnya itu harusnya diukur capaian-capaian kinerja mereka selama ini," sambungnya.
Adnan pun yakin apabila Firli mengikuti tes wawasan kebangsaan dan integritas, eks Kapolda Sumsel itu tak akan lolos. Sebab, Firli pernah dinyatakan melanggar etik terkait penggunaan helikopter mewah saat berkunjung ke kampung halamannya.
"Kalau ditesnya dengan yang sekarang, saya yakin pak Firli enggak lulus itu, karena pak Firli itu pernah melanggar kode etik di KPK. Nah sekarang malah dia yang menjadi orang yang menentukan mereka-mereka yang punya integritas tinggi," ucapnya.
"Jadi saya kira ini terbalik. Akan tetapi ya realitasnya karena ini adalah satu tahap untuk buat KPK benar-benar hancur lebur maka upaya itu dilakukan meski tak masuk akal," pungkasnya.
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)