SIAK - Harga sawah di Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak, kini beranjak naik, bahkan lebih mahal dibandingkan dengan salah satu daerah yang ada di Kalimantan. Hal ini dikemukakan Bupati Siak Syamsuar.
"Harga sawah Bungaraya untuk tanaman padi yang berada di pinggir jalan kampung atau di dekat sumber air, sudah mencapai Rp 400 juta sampai Rp 500 juta per hektare. Adapun untuk sawah yang lokasinya lebih ke dalam, harganya berkisar Rp 250 juta sampai Rp 300 juta," ungkap Syamsuar Kamis(17/1/2019).
Dilansir dari antarariau.com, dikatakannya, kalau seorang petani memiliki sawah seluas dua hektare dan berada di pinggir jalan kampung atau di dekat sumber air, asetnya sudah mencapai Rp1 miliar. Tidak sedikit petani Bungaraya yang memiliki lahan seluas 5 sampai 10 hektare.
"Perlahan dan bergerak pasti, padi sawah telah menempatkan petani di Bungaraya yang dulunya bertransmigrasi untuk mencari kehidupan lebih baik, saat ini menjadi miliarder baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya," ungkap Gubernur Riau terpilih ini.
Saat ini saja, petani sawit Bungaraya ingin beralih bercocok tanam padi karena menanam padi lebih menguntungkan daripada berkebun kelapa sawit.
"Penghasilan bersih petani kelapa sawit hanya sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Artinya, pendapatan dari satu hektare kelapa sawit mencapai Rp 1,25 juta sampai Rp 1,5 juta per bulan. Sementara produksi panen padi dengan luas satu hektare dapat mencapai 9 ton gabah di saat lingkungan mendukung. Dengan harga jual gabah sebesar Rp 3.800 per kilogram, sehingga pendapatan kotor petani mencapai Rp 34,2 juta per hektar," ujarnya.
Setelah dipotong pengeluaran untuk modal sebesar Rp6 juta per hektare, penghasilan bersih petani mencapai 28,2 juta per hektare untuk satu musim tanam atau empat bulan.
"Artinya, penghasilan per bulan rata-rata mencapai Rp7 juta per hektare. Apabila luas lahannya dua hektare pendapatan menjadi Rp 14 juta per bulan. Apalagi di saat harga padi mencapai Rpp 4.200 per kilogram, keuntungan petani dapat mencapai Rp8 juta per hektare/bulan. Kalaupun saat ini panen menurun akibat serangan hama wereng, produksi rata-rata masih mencapai 6 ton per hektare,".
Dengan harga gabah Rp3.800 per kilogram, petani masih memperoleh pengasilan sampai Rp22,8 juta per hektare/musim tanam," lanjutnya.
Sekarang ini lebih banyak petani yang ingin membeli lahan sawah daripada orang yang ingin menjual.
Hukum ekonomi pun berlaku. Permintaan yang lebih tinggi otomatis membuat harga menjadi lebih mahal. Itulah sebabnya, mengapa harga lahan sawah di Bungaraya, jauh lebih mahal daripada kebun sawit. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
BERITA LAINNYA |
|
|
Bakal Telan Biaya Rp1,8 Miliar, SDN 83 Pekanbaru Segera Dibangun Pasca Terbakar Harga Komoditas Pertanian di Riau Stabil, Pinang Kering Tetap Rp4.400/Kg Pj Wako Bakal Berganti, Sekdako Tegaskan ASN Pemko Pekanbaru Tetap Produktif Edaran Disdik Riau Melarang Acara Mewah Perpisahan Sekolah, Ini Respon PGRI Riau Genjot Pendapatan Daerah, Bapenda Kepulauan Meranti Upgrade Aplikasi Sitanjak
|
|
Pj Sekdaprov: Otda untuk Kesejahteraan dan Demokrasi Digrebek, Bandar Narkoba Kampung Dalam Pekanbaru Tunggang Langgang Lompat ke Sungai Siak Alumni Angkatan I, Sovia Septiana Wakilkan Caleg Terpilih dari Riau Hadiri Halalbihalal Golkar Institute Sambut Pilkada Serentak 2024, HKR Dorong Generasi Muda Rohul Turut Berpolitik Ikut Halalbihalal Polresta Pekanbaru, Ini Pesan Kapolda Riau untuk Personel
|
Komentar Anda :