PEKANBARU - Gelandangan dan pengemis (Gepeng) masih banyak melakukan aksinya di Kota Pekanbaru. Berbagai macam cara dilakukan mereka untuk menarik simpati si pemberi.
Para Gepeng secara terang-terangan meminta kepada pengendara yang berhenti di persimpangan jalan. Saat lampu merah menyala, mereka meminta dengan cara menadahkan tangannya kepada si pemberi.
Selain itu, mereka juga ditemui dengan menggunakan pakaian badut. Kemudian juga ada dengan bermodal kemoceng untuk membersihkan kaca mobil dan meminta imbalan kepada pengendara, dan banyak cara yang dilakukan Gepeng untuk menarik simpati masyarakat.
Aksi Gepeng ini dapat dilihat di sejumlah persimpangan lampu merah di Kota Pekanbaru. Mereka beraksi di Simpang Jalan Jenderal Sudirman - Tuanku Tambusai, Simpang Empat Mall SKA dan Living World, di bawah terowongan penyeberangan antara Mall SKA dan Living World, Simpang Tiga Tabek Gadang.
Kemudian di Simpang Tiga Jalan Diponegoro - Gajah Mada, Simpang Empat Jalan Soekarno-Hatta - Durian, Simpang Tiga Jalan Kaharuddin Nasution - Tengku Bey, serta Simpang Tiga Soekarno-Hatta - Kaharuddin Nasution atau Simpang Arhanud.
Terkait aksi Gepeng tersebut, Kepala Dinas Sosial Kota Pekanbaru Idrus mengatakan, bahwa pihaknya secara rutin melakukan razia setiap harinya. Mereka melakukan razia tiga kali dalam satu hari.
"Kita tetap melakukan razia rutin, tiga kali sehari, malam dua kali. Tapi pada saat razia, Gepeng ini tidak ada. Ketika kita sudah pergi, mereka muncul. Jadi memang kita keterbatasan tenaga," ujar Idrus, Selasa (17/10/2023).
Karena itu, pihaknya juga bekerjasama dengan dinas terkait diantaranya Satpol PP sebagai untuk penertiban umum dan Dinas Perhubungan.
"Kita juga kerja sama dengan Dishub, Satpol PP. Karena untuk penertiban umum itu kan Satpol PP. Bahkan Dishub juga membantu, karena kita juga sekalian merazia Pak Ogah," ungkapnya.
Ia menyebut, pada tahun 2022 lalu Gepeng yang ditangkap Dinsos Pekanbaru dilakukan pendataan dan assesment. Mereka yang ditangkap tidak hanya sekedar ditanya tentang asal usul mereka, namun juga menggali bakat mereka.
"Dalam pendataan ini kita menggali potensi dirinya, kita gali bakatnya, setelah diketahui, kita berikan pelatihan. Kita beri modal usaha, dengan harapan setelah dilatih dan sudah diberi modal, kita berharap mereka berusaha dan tidak lagi turun ke jalan," jelasnya.
"Jadi memang segala seuatunya kita coba berangsur-angsur. Bukan hanya orang yang sehat saja, orang yang cacat juga kita bantu. Contohnya kemarin dia buta, tapi dia punya bakat di tukang urut ya kita bantu, jadi kita latih dan kita serahkan peralatan itu ke dia," tambahnya.
Menurutnya, jika dibandingkan tahun 2022 lalu, data Gepeng di Kota Pekanbaru jauh berkurang. Ia menyebut, pada tahun 2022 lalu ada sekitar 245 orang yang diamankan Dinsos. Sementara pada tahun ini hanya sekitar 60 orang lebih.
"Ini berkurang ni, tahun 2022 kemarin 245 orang, tapi tahun ini sampai sekarang baru sekitar 60 an, berarti ini banyak yang berkurang. Dulu itu kita antarkan pulang kampung semuanya, dulu itu kita buat pernyataan, perjanjian. Bisa jadi ini yang mengakibatkan mereka tidak turun lagi," sebutnya.
Ia juga mengaku, banyaknya Gepeng di Pekanbaru karena ada yang berasal dari luar daerah seperti dari kabupaten/kota tetangga dan bahkan dari luar provinsi.
"Kalau yang kita dapati itu orang luar, khusus kabupaten tetangga kita yang antar pulang. Tapi kalau mereka dari luar provinsi kita serahkan ke dinas sosial provinsi yang mengantar. Tapi kalau KTP Pekanbaru, inilah yang kita lakukan assesment dan kita lakukan pembinaan hingga dikasih modal awal usaha," pungkasnya.
Penulis: Rahmat
Editor: Riki
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :