www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Geger, Ribuan Bangkai Ayam Terapung di Sungai Musi Rawas Sumsel, Polisi Turun Tangan
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


"Menjual" Pesona Eksotis Tujuh Hantu Bono
Senin, 25 Juli 2016 - 15:16:18 WIB

Oleh: Andy Indrayanto

"Inilah gelombang Bono itu!" tunjuk seorang guide local, Anton, pada rombongan turis yang datang dari Benua Eropa.

Salah seorang turis mencubit lengannya. Terasa sakit. Dia tak bermimpi menyaksikan semua ini. Deru gelombang Bono begitu memukau penglihatannya sekaligus meletupkan rasa petualangannya, bergulung-gulung menghempaskan apa saja yang menghalanginya. Ini membangkitkan adrenalinnya untuk menjajal kedahsyatan gelombang Bono yang sudah menjadi buah bibir di kalangan para surfer mancanegara.

Dan siang itu, di pertengahan Maret lalu, di tengah gemuruh gelombang Bono, sayup-sayup teriakan tiga surfer dari Australia bagai ingin memecah deburan ombak sungai Kampar. Sorak-sorai ketiga surfer Australiau yakni James Cotton, Zig Van Der Sluys dan Roger Gamble, seperti ingin mengalahkan suara gemuruh serta gulungan ombak Bono yang menderu menyeramkan. Di pertengahan Maret itu, ketiga surfer Australia berhasil memecahkan rekor mampu berselancar tanpa jatuh dengan kalkulasi jarak sejauh 37,2 km (satu jam dua menit). Bahkan James Cotton menorehkan namanya sebagai peselancar perorangan terjauh, dengan jarak 17,2 km tanpa jatuh.

Dengan torehan angka ini, tiga bule tersebut mengklaim berhasil memecahkan rekor dunia untuk surfing di sungai terlama yang pernah dilakukan, dimana 2013 lalu tiga orang dari Inggris bernama Steve King, Nathan Maurice dan Steve Holmes hanya mengukir jarak sekitar 20,12 Km namun itu pun "cacat" karena beberapa kesalahan.

James Cutton dan timnya mencatat rekor fantastis dari lokasi berselancar yang terkenal dengan fenomena ombaknya yang langka, lantaran terbentuk pada aliran sungai, yakni di muara Sungai Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau. Ombak langka ini disebut dengan istilah seven ghost, atau bahasa setempat dinamakan Ombak Bono.

"Di sini ombak favorit saya, tempat berselancar sungai paling unik, dan kemarin (Kamis, 10/3/2016), kami pecahkan rekor (surfing) terlama tanpa jatuh. Saya sendiri sesuai catatan, juga berhasil melampaui jarak terlama yang pernah dibuat untuk peselancar perorangan," kata James Cutton, saat menceritakan soal pemecahan rekornya, kala itu.

Wisata gelombang Bono saat ini memang sudah semakin dikenal oleh para pesurfer lokal maupun dunia. Betapa tidak, selancar yang biasanya dilakukan di pantai-pantai seperti Bali, Hawaii atau tempat-tempat berselancar terkenal lainnya, tapi ini berselancar di sebuah sungai bernama Kampar. Gulungan ombak bercampur pasir dalam balutan air sungai yang kecoklatan, menjadi keunikan dan tantangan tersendiri. Dan ini yang membuat selancar di Sungai Bono menjadi sesuatu yang luar biasa, dan menantang adrenalin para surfer mancanegara untuk mencoba mencumbui papan selancar mereka di Bono.

Ini juga diakui oleh sang Guiness Book of Record Bono yakni James Cotton. Katanya, ombak Bono yang dijuluki Tujuh Hantu adalah gelombang tujuh tingkat yang sudah melegenda dan bisa ditaklukkan berjamaah. Itu terjadi lantaran Sungai Kampar bisa menciptakan 21 buah gelombang secara bersamaan. Sehingga jika puncak Bono terjadi, maka 21 surfer bisa berselancar bersamaan. Alasan itulah yang membuat peselancar Australia itu berhasrat untuk memecahkan rekor dunia surfing di Sungai Kampar, dan akhirnya berhasil pecahkan rekor di Guiness Book of Record, menggantikan rekor Steven King di tahun 2013.

Ya, gelombang Bono dengan segala kedahsyatannya  adalah sebuah fenomena alam yang menakjubkan. Ia bagaikan "surga tersembunyi" bagi daerah yang baru menjadi kabupaten di tahun 1999. Sebuah anugerah tak terhingga dari Sang Pencipta bagi Kabupaten Pelalawan, khususnya Kecamatan Teluk Meranti. Apalagi gelombang Bono yang tercipta di Sungai Kampar, cuma ada dua di dunia ini. Sungai Amazon yang mengalir di Benua Amerika bagian selatan adalah satunya lagi yang memiliki fenomena yang menakjubkan ini. Tapi untuk kualitas ombak, Kampar lebih hebat daripada Amazon.

Bono ialah air pasang yang amat tinggi, yang seolah-olah disorong dari laut oleh kekuatan yang luar biasa dan masuk ke dalam muara sungai, hingga 3 atau 4 tingginya dengan kecepatan 10-30 Kilometer per jam. Secara ilmiah, Bono terjadi karena Selat Malaka itu makin ke selatan semakin sempit. Di bagian yang sempit itulah terletak Kepulauan Riau. Air pasang yang datang dari lautan Hindia mengalir masuk ke Selat Malaka, dan di bagian yang sempit itu terhalang perjalanannya.

Sebagian air mengalir terus melalui selat-selat di antara pulau-pulau itu dan sebagian lagi mengalir kembali ke utara. Nah, air yang dari sebelah utara itu didorong kembali ke selatan oleh arus berikutnya yang datang dari Lautan Hindia. Maka masuklah air itu ke dalam muara Sungai Rokan dan Kampar dengan kekuatan besar.

Jika air pasang, kira-kira seperempat jam air sungai dalam kondisi tenang. Tapi beberapa saat kemudian, barulah kelihatan Bono yakni air yang menggulung-gulung dengan dahsyatnya di atas beting yang dangkal. Setelah Bono berlalu, baru kemudian datang kepala arus yaitu arus sungai deras yang menjadi "kusir" sungai. Karena tumpuan Bono itu ke teluk dan pantai di sepanjang sungai, ini membuat gulungan air yang besar menuju kembali ke muara menyambut arus, yang disebut Pemulang. Tumpuan Pemulang itu menuju ke tepi pantai, menjadikan pula air yang membuncah ke tengah, disebut Pelembak.

Gelombang Bono atau Beno - begitu lidah masyarakat setempat menyebutnya - sendiri mulai kelihatan dan bertambah besar mengacu pada peredaran bulan tanggal 9 atau 10 sampai 18 (hari bulan Kamsiah). Dan kemudian mulai mengecil tanggal 26 atau 28 sampai paling besar tanggal 3 hari bulan, dan kembali mengecil pada tanggal 19, 20 sampai 24 jika pasang mati, lalu Bono itu tidak ada lagi.

Bagi masyarakat setempat, sejak ratusan silam, gelombang Bono dianggap sebagai perwujudan tujuh hantu yang bergentayangan di sepanjang muara Sungai Kampar. Dan tujuh hantu tersebut kerapkali membolak-balikkan kapal serta memakan korban. Dari cerita Melayu lama berjudul Sentadu Gunung Laut, disebutkan bahwa setiap pendekar Melayu pesisir harus dapat menaklukkan ombak Bono untuk meningkatkan keahlian bertarung mereka.

Namun sekarang, masyarakat Teluk Meranti dan Kuala Kampar menganggap Bono sudah sebagai anugerah alam yang diberikan bagi daerah ini. Penduduk yang berani akan 'mengendarai' Bono dengan sampan mereka, tidak dengan menggunakan papan selancar pada umumnya. Bahkan kala itu, mengendarai sampan di atas ombak Bono menjadi suatu kegiatan ketangkasan. Tetapi kegiatan ini memiliki resiko tinggi karena ketika salah mengendarai sampan, maka sampan akan dapat dihempas oleh ombak Bono, bahkan tak jarang ada sampan yang hancur berkeping-keping.

Bagi masyarakat sekitar yang sudah terbiasa dengan kedatangan Bono dan bernyali besar. Kedatangannya malah disambut dengan memacukan sampan lalu meluncur ke lidah ombak di punggung Bono bagaikan pemain selancar, dan atraksi ini oleh penduduk tempatan disebut Bekudo Bono yaitu suatu bentuk kearifan lokal masyarakat setempat yang hampir punah. Jika diperhatikan, Bekudo Bono itu memang mirip dengan atraksi seorang joki yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar.

"Ketangkasan Bekudo Bono ini sebenarnya sudah jauh dilakukan oleh orang tua-orang tua kita. Dulu, mereka bermain ombak bono hanya dengan menggunakan sampan bukan dengan papan selancar yang seperti kita kenal saat ini, dan biasanya mereka sengaja menunggu bono setelah siap memasang jaring atau mengangkat jaring. Supaya cepat sampai rumah dan tak capek mengayuh sampan yang dahulu tak dilengkapi dengan mesin, rupanya mereka memanfaatkan gelombang bono ini untuk menyorong sampan mereka," jelas Kepala Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pelalawan, H Zulkifli S.Ag, beberapa waktu lalu.

Sekarang, perwujudan tujuh hantu yang kini lebih dikenal sebagai the Seven Ghost of The Kampar River itu justru dinanti-nanti oleh masyarakat setempat karena sebagai pembawa berkah. Banyaknya wisman dan domestik serta adanya komunitas surfer local saat ini yang datang ke Teluk Meranti hanya untuk 'menjajal' keganasan the Seven Ghost, makin menyadarkan masyarakat dan pemerintah setempat bahwa tujuh hantu yang ditakuti itu ternyata hanyalah fenomena alam biasa, bahkan mampu menarik wisatawan. Meski Bono terletak di salah satu hutan rawa gambut yang tersisa di Indonesia dan butuh waktu berjam-jam mencapainya jika lewat daratan, namun potensi dan pesona keeksotisan Bono yang pertama kali ditemukan oleh World Stormrider Guide's Mastermind, Antony Colas, bersama-sama dengan sekelompok peselancar Perancis, pada bulan September 2010 itu, kian waktu kian memikat para pesurfer luar negeri.

Didasari berbagai fenomena yang menakjubkan inilah, HM Harris sebagai orang nomor satu di daerah ini, sejak awal menjabat Bupati Pelalawan di tahun 2011 lalu, tak bosan-bosannya "menjual" pesona eksotis Bono di tiap kunjungannya; baik lokal, nasional maupun internasional. Sebagai penduduk asli di daerah ini, ia menyadari kedahsyatan wisata Bono yang mampu dan bisa dijual ke mancanegara sebagai pendongkrak wisata di daerah ini. Pemikiran visionernya pun berjalan. Karena itu, sejak dilantik menjadi Bupati Pelalawan bersama Drs H Marwan Ibrahim sebagai wakilnya di periode pertama jabatannya sebagai Bupati Pelalawan tahun 2011, pesona eksotis yang dimiliki Bono sudah menarik perhatiannya. Bahkan tak tanggung-tanggung, destinasi wisata Bono ini kemudian masuk dalam tujuh (7) program prioritas unggulan dalam masa jabatannya, baik periode pertama dan periode kedua jabatannya saat ini, dengan label Pelalawan Eksotis.

Dan untuk menggenjot lebih maksimal wisata Bono, pertengahan November di tahun 2013, Pemkab Pelalawan menggelar Festival Bekudo Bono dengan skala Internasional. Dalam festival ini, Wakil Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf) Republik Indonesia saat itu, DR Sapta Nirwandar, berkenan membuka langsung festival dengan tema "Bono Menyapa Indonesia dan Dunia".

Pada kesempatan tersebut, Wamen Parekraf  menyatakan pujiannya secara terbuka terkait fenomena gelombang Bono. Menurutnya, gelombang bono adalah suatu nikmat dan anugerah dari Tuhan, karena bono ini tidak dimiliki semua daerah atau negara yang memiliki sungai dan mempunyai gelombang yang bisa dijadikan surfing.

"Ke depan, semoga gelombang Bono bisa menjadi wisata andalan di Kabupaten Pelalawan. Sepengetahuan saya, hanya ada lima gelombang unik ini di dunia, yakni, di Brazil, Inggris, Alaska, China dan Indonesia. Dan Bono Indonesia asal Pelalawan ini gelombangnya di atas dari empat yang ada di dunia. Jadi ini mesti dijaga sebagai aset Pelalawan dan Provinsi Riau," ujarnya.

Dari Promosi hingga Pembangunan Infrastruktur

Kedahsyatan dan fenomenal wisata Bono terus mengundang decak kagum dari berbagai lembaga dan instansi pemerintah dan swasta, seiring promosi yang gencar dilakukan HM Harris dalam "menjual" pesona eksotis tujuh hantu Bono. Gayung pun bersambut dari Pemprov Riau, karena destinasi Bono kemudian masuk dalam paket "Riau Menyapa Dunia" bersama empat event wisata lainnya yang menjadi andalan di Riau yakni event Pacu Jalur Kuansing, Tour de Siak, Pacu Jalur Kuansing, Bakar Tongkang di Rohil, Gema Muharam di Indragiri Hilir dan Riau Marathon.

Calender of Event Riau 2016 yang bertajuk Riau Menyapa Dunia ini dilaunching di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata (Kemenpar), akhir Mei lalu. Menteri Pariwisata, Arief Yahya, yang hadir langsung dalam event "menjual" pariwisata Riau itu menyambut baik adanya launching "Calender of Event Riau 2016" ini. Menurutnya, ini sebagai wujud tekad Provinsi Riau menjadikan wisata sebagai sektor andalan selain minyak sawit dan gas.

Dalam launching paket wisata bertajuk "Riau Menyapa Dunia" itu, wisata Bono berhasil menjadi wisata unggulan bersama dengan empat wisata lainnya yang ada di Riau. Keberhasilan wisata Bono menjadi wisata unggulan di Riau ini dikarenakan obyek wisata Bono memang sudah mendunia dan infrastrukturnya pun sudah dimulai. Tindak lanjut dari itu, Pemprov Riau kemudian memutuskan wisata Bono di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Riau.

"Ini termasuk mendukung adanya program kami yakni mendatangkan 12 juta wisman ke nusantara. Kami berharap segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan wisata di Riau, benar-benar digarap. Mulai dari infrastruktur sampai promonya juga," kata Menpar Arief Yahya, pada kesempatan tersebut.

Tak hanya itu, Menpar Arief Yahya juga mengakui bahwa sensasi Bono bisa menjadi destinasi wisata yang unik, karena selancar di muara sebuah sungai bukan di pantai-pantai pada umumnya.

"Ini jelas destinasi wisata yang unik dan memiliki nilai jual dan potensi bagi Kabupaten Pelalawan khususnya dan Riau umumnya," katanya.

Diakui oleh orang nomor satu di Kementerian Pariwisata RI itu, saat tiga peselancar dari Australia berhasil memecahkan Guiness Book of Record yang selama ini dipegang Steven King, ia menilai bahwa dari sisi atraksi, Ombak Bono itu istimewa. Pasalnya, tidak semua daerah di Indonesia punya tempat dengan ombak di sungai sepanjang itu. Namun Amenitas dan Akses menuju ke lokasi itu yang harus mendapatkan perhatian. Namun Syarat destinasi layak untuk dipromosikan bagus adalah 3A, atraksi, amenitas dan akses.

"Dan problem Ombak Bono adalah akses dan amenitas. Jika dua itu dipenuhi dan diurus dengan baik, maka Kemenpar akan mempromosikan lebih gencar lagi," kata Menpar Arief Yahya, seperti dikutip jpnn.com, pertengahan Maret lalu.

Prasyarat yang disampaikan oleh Kemenpar RI itu langsung ditindaklanjuti oleh Pemrov Riau dan Pemkab Pelalawan sendiri. Pasalnya, dengan masuknya Bono dalam paket wisata Riau Menyapa Dunia, memang harus ada persyaratan untuk menjadikan wisata tersebut menjadi objek wisata unggulan. Diantaranya, dengan adanya penunjukan kawasan Bono yang harus dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda). Kemudian, adanya wisata Bono yang menjadi kawasan strategis yang harus ditetapkan di Peraturan Bupati (Perbup).

"Semua itu sudah kita lakukan. Soal penyelenggaraan kepariwisataan Bono sudah ada Perda-nya, yakni Perda Nomor 6 tahun 2015 tentang penyelenggaraan kepariwisataan. Juga tentang bono sebagai kawasan strategis pariwisata Pelalawan sudah dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 27 tahun 2016," papar Zulkifli.

Selain tak bosan-bosannya Bupati Pelalawan HM Harris "menjual" pesona eksotis Bono dalam berbagai kunjungannya, Pemkab Pelalawan juga terus berupaya membenahi infrastruktur jalan dan lainnya. Diantaranya, pembangunan gedung tourism yang pada tahun lalu kontraknya diputuskan karena habis waktunya, akan kembali dilanjutkan. Kemudian pembangunan Jalan Lintas Bono sepanjang 7 Kilometer dengan anggaran sekitar Rp40 miliar yang berada di Dinas Cipta Karya Provinsi Riau.

Tak hanya itu, Bupati Pelalawan HM Harris bersama pihak Bappenas, beberapa waktu lalu telah meninjau jalan Lintas Bono tahun lalu dan menentukan titik jalan yang akan dibangun. Di samping itu, penyediaan genset serta lampu menggunakan tenaga matahari (PLTS), juga dianggarkan di tahun 2016 untuk Wisata Ombak Bono.

Di samping itu, Pemkab Pelalawan telah mempersiapkan lahan seluas 600 Ha untuk kawasan objek wisata bono. Posisi lahan Kawasan Objek Wisata Bono tersebut berada pada posisi strategis karena hampir berhadapan langsung dengan dua buah negara, yaitu Malaysia dan Singapura.

Infrastruktur lainnya yang kini sudah ada di lokasi Bono adalah tersedianya alat penunjang keselamatan (Life Vest) bagi pengunjung/penonton bono, penyediaan alat transportasi air (jetski) untuk kunjungan dan rescue. Pagelaran seni budaya di kawasan objek wisata bono setiap tahun. Pembangunan (semenisasi) jalan lingkungan di Desa Teluk Meranti oleh Dinas PU & Cipta Karya tahun 2013 dan 2014. Adanya pembinaan serta penyuluhan sadar wisata  dan sapta pesona bagi masyarakat tempatan, pembekalan kemampuan berbahasa asing (Inggris) bagi masyarakat lokal. Adanya pendampingan kelompok masyarakat di Teluk Meranti Tahun 2014 serta adanya Festival Bekudo Bono di tahun 2103.

"Bantuan rehab untuk homestay tahun 2013, pembukaan jalan dari Jalan Lintas Bono ke Tanjung Bau Bau sepanjang 3,2 Km oleh Dinas PU Kabupaten Pelalawan Tahun 2013. Expedisi Johor - Tanjung Balai Karimun - Pelalawan (Bono) di bulan Juni 2014," beber Kadisbudpora Pelalawan, H Zulkifli.

Tak hanya itu, jauh-jauh hari Pemkab Pelalawan telah melakukan penyusunan Detil Engineering Design (DED) Kawasan Objek Wisata Bono dan Desain Animasi  di tahun 2014 yang dikerjakan oleh PT Nusa Karya Dupama (NKD), khusus untuk pengembangan obyek wisata Bono, beberapa waktu lalu.

Tujuan dari penyusunan Rencana Tehnik Terinci Kawasan Pariwisata Bono ini adalah tersusunnya dokumen rencana yang bersifat teknis dan terperinci, yang akan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan di dalam kawasan pengembangan wisata Bono tersebut.

Dan sasaran dari penyusunan DED ini sendiri adalah tersusunnya suatu rencana teknis yang benar-benar terperinci, dari mulai besaran skala pembangunan, pembiayaan serta tahapan pembangunan dari setiap komponen dan obyek wisata, sebagaimana yang telah ditetapkan pada Rencana Induk atau masterplan pembangunan kawasan Pariwisata Bono. Secara global, kawasan wisata Bono nantinya akan terbagi menjadi tiga (3) zona besar yakni pertama adalah Zona Utama, kedua Zona Desa Wisata dan ketiga Zona Eko Wisata.

"Sehingga dengan begitu, nantinya di kawasan itu akan terlaksana pembangunan Kawasan Wisata secara komprehensif dari setiap sarana dan prasarana yang dibangun di kawasan Wisata Bono itu," ujarnya.

Sedangkan upaya yang dilakukan Pemprov Riau diantaranya adalah pembangunan jembatan yang menghubungkan desa Teluk Binjai dan Teluk Meranti Tahun 2012-2013, sosialisasi Sapta Pesona Tahun 2013 (Disparekraf), pengerasaan Jalan Lintas Bono sepanjang 16 Km lebar 7m, Tahun 2015 (Bina Marga), peningkatan Jalan Teluk Meranti-Gintung oleh Dinas Tahun 2015 (Bina Marga) dan pembinaan Desa Wisata.

Secara nama dan promosi, objek wisata Bono memang sudah sangat dikenal. Satu program andalan milik Kabupaten Pelalawan ini sudah di ambang mata untuk mengantarkan kesuksesan mendatangkan wisatawan mancanegara. Namun sangat disayangkan, jika hasrat yang kuat pada wisatawan masih terganjal akan terjalnya jalan dan sulitnya medan yang sampai saat ini belum terealisasi sepenuhnya.

Ke depan, jika potensi wisata Bono khususnya dan wisata-wisata lainnya yang ada di Riau disinergikan dengan sarana dan prasarana yang memadai serta infrastruktur yang representatif, dengan melibatkan lintas sektoral, baik Pemkab Pelalawan, Pemprov Riau dan Pemerintah Pusat serta dengan menggandeng perusahaan-perusahaan yang ada di Riau, bukan tak mungkin legenda tujuh hantu Bono tak hanya menjadi salah satu wisata andalan daerah ini saja atau Riau, tapi juga bisa menjadi salah satu ujung tombak potensi wisata di Indonesia. Dengan begitu, harapan orang nomor satu di daerah ini yang "menjual" Wisata Bono dengan segala kedahsyatannya untuk masuk menjadi tujuan destinasi nasional dapat tercapai. Semoga! ***
   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Ribuan bangkai ayam potong dibuang ke aliran sungai di Desa Sungai Pinang (foto/ist)Geger, Ribuan Bangkai Ayam Terapung di Sungai Musi Rawas Sumsel, Polisi Turun Tangan
Ilustrasi tapir besar masuk permukiman penduduk di Pekanbaru (foto/int)BKSDA Riau Tinjau Lokasi Tapir Masuk Pemukiman di Pekanbaru
Pj Gubri, SF Hariyanto menerima piagam penghargaan dari Kepala Perwakilan Ombudsman RI di Provinsi Riau, Bambang (foto/int)Pemprov Riau Raih Penghargaan Kepatuhan Penyelenggaraan Pelayanan Publik 2023 dari Ombudsman
Wabub Pelalawan Nasaruddin menyerahkan penghargaan yang diterima langsung CD Head RAPP F Leohansen Simatupang (foto/ Andy)RAPP Kembali Raih Penghargaan Program CSR Terbaik dalam Musrenbang, Ini Kata Wabup Pelalawan
Diskusi Bertema "Jakarta Pasca Bukan Menjadi Ibukota Republik Indonesia" di Hotel Horison Ultima (foto/ist)Ombudsman Menilai Jakarta Tetap Menjadi Daerah Khusus, Meski Ibu Kota Sudah Pindah
  Ilustrasi program magang ke Jepang tahap II Disnakertrans Riau dibuka (foto/int)Dibuka Sampai Agustus 2024, Ini Syarat Program Magang ke Jepang Tahap II Disnakertrans Riau
Bupati Kepulauan Meranti, Asmar saat meninjau alat penanganan Karhutla (foto/ist)Tetapkan Siaga Bencana, Pemkab Kepulauan Meranti Ingatkan Bahaya Karhutla
Pj Gubri, SF Hariyanto menerima piagam penghargaan dari Kepala Perwakilan Ombudsman RI di Provinsi Riau, Bambang (foto/int)Pemprov Riau Raih Penghargaan Kepatuhan Penyelenggaraan Pelayanan Publik 2023 dari Ombudsman
Pasukan Manggala Agni Daops Siak terlihat melakukan pendinginan terhadap lahan yang terbakarTim Manggala Agni Siang Malam Berjibaku Padamkan Api di Pulau Rangsang
PT Bumi Siak Pusako (BSP) menggelar buka puasa bersama jurnalis dan perusahaan media di Riau (foto/budy)Perkuat Silaturahmi, PT BSP Buka Puasa Bersama Jurnalis dan Asosiasi Perusahaan Pers
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Sepanjang Jalan Rajawali Rusak Parah
 
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved