APRIL Paparkan Prinsip 4C di IndoGreen Environment dan Forestry Expo 2016
Jumat, 27 Mei 2016 - 10:25:42 WIB
JAKARTA-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK) mengatakan pelaksanaan IndoGreen Expo, bukan hanya sekedar pameran biasa yang akan terlupakan begitu saja ketika berakhir.
Namun, kegiatan tersebut merupakan strategi KemenLHK dalam rangka menjalin komunikasi antara tiga pihak, meliputi Pemerintah, Pemrakarsa Sumber Daya atau Dunia Usaha dan Masyarakat. Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Bidang Lingkungan dan Hubungan Antar Lembaga, KemenLHK, Ilyas Asaad, saat pembukaan IndoGreen Environment & Forestry Expo, Kamis (26/5/2016), di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
"Ketiga pihak tadi memiliki fungsi di antaranya pemerintah, perlu menyusun kebijakan pro lingkungan dan kehutanan, kemudian, dunia usaha dalam operasionalnya patut mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan, serta masyarakat dapat melaksanakan kegiatan tentang lingkungan dan kehutanan," kata Ilyas Asaad.
Dalam pameran ke-8 ini, dapat membangkitkan penghargaan terhadap potensi-potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki negeri ini, sehingga masyarakat dapat melihat dan memahami apa saja potensi SDA yang ada dan dimanfaatkan oleh dunia usaha serta pemerintah.
"Selain itu, adanya nilai-nilai edukasi yang dibangun dari potensi sumber daya alam yang kita miliki ini, seperti tadi diperagakan beragam kekayaan budaya, seperti adanya tarian dengan pakaian mirip satwa-satwa dan keanekaragaman lainnya, ini patut kita apresiasi dan pahami bersama," tambahnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Managing Director APRIL Indonesia Operation yang juga Presiden Direktur PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas yang turut hadir dalam kegiatan pembukaan expo tahunan tersebut mengatakan dalam kegiatan operasionalnya, APRIL/ RAPP berpegang pada prinsip 4C yakni Good for Community, Good for Country, Good for Climate dan Good for Company.
"Empat prinsip ini menjadi pedoman bagi APRIL dalam beroperasi, yang salah satunya diwujudkan dalam komitmen satu banding satu (1 : 1.red), dimana ketika kita kelola satu hektar maka kita konservasi satu hektar," kata Tony Wenas.
Tony menambahkan pihaknya juga tengah melakukan kegiatan Restorasi Ekosistem Kubah Gambut yang berada di kawasan Semenanjung Kampar seluas 150 ribu hektar dengan investasi sebesar US$ 100 juta dalam jangka waktu 10 tahun.
"Artinya apa, itu merupakan paru-paru dunia, sehingga manfaatnya bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk dunia secara global, karena prinsip kita harus baik untuk masyarakat, baik untuk negara, baik untuk iklim dan baik untuk perusahaan, empat pedoman ini yang kita pegang supaya lingkungan hidup menjadi lebih baik tanpa merugikan bisnis itu sendiri," katanya lagi.
Tony berharap melalui kegiatan ini para stakeholder kehutanan bisa lebih mengembangkan kontribusinya terhadap pembentukan pertumbuhan produk nasional Indonesia.
Editor : Yusni Fatimah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :