www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
BBPOM Pekanbaru Temukan Ribuan Kardus Kosmetik dan Obat Ilegal di Bekas Gudang Semen
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Manggala Agni, Pertaruhkan Nyawa Demi Ibu Pertiwi
Senin, 13 Mei 2019 - 19:30:41 WIB

BEBERAPA orang terlihat masih berada di hamparan lahan luas yang panas dengan aroma lahan terbakar yang teramat menyengat. Tanah gambut itu masih hangat, bahkan terasa panas jika terinjak meski sudah gunakan sepatu tebal, karena masih menyisakan banyak bara api di mana-mana. 

Sekumpulan orang itu adalah tim Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Siak. Melantas panas, bertaruh nyawa tanpa banyak yang tahu. Tapi merekalah ujung tombak negeri ini dalam menghadapi kebakaran hutan yang suatu saat muncul semaunya.

Mereka ini sudah siaga memadamkan Karhutla sejak awal Januari. Bahkan jauh sebelum Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat bencana asap. Mereka menjadi garda terdepan tiap dilaporkan terjadi kebakaran, yang mayoritas terjadi di lahan milik masyarakat.

"Kalau lahan sudah terbakar begini, tak ada yang berani mengaku milik siapa. Pokoknya kalau sudah terbakar, lahan jadi milik kami untuk segera dipadamkan,'' kata Komandan Regu (Danru) tiga Manggala Agni Daops Siak, Alijal beberapa waktu lalu.

Kebakaran yang terjadi hampir 99 persen diakibatkan oleh ulah tangan manusia. Selebihnya adalah faktor alam yang sudah menjadi takdir.

"Percayalah kebakaran hutan dan lahan 99 persen diakibatkan oleh manusia itu sendiri, faktor alam seperti petir dan lain sebagainya hanya 1 persen saja," ujar Alijal. 

Lahan gambut yang terbakar ini punya keunikan. Terlihat sekilas memang tak ada api. Tapi di bawahnya tersimpan bara yang menyala. Jadi proses pendinginan tak kalah sulit dibanding pemadaman. Bahkan ada yang bertahan tinggal di lokasi hanya untuk proses pendinginan.

Di antara asap, debu pekat, dan bara api di dalam gambut itu, pasukan Manggala Agni Daops Siak terus beringsut maju untuk mematikan bara api dibawah keringnya gambut. Ketersediaan sumber air yang minim pun membuat proses pemadaman menjadi agak terhambat.

Lokasinya yang sulit dan tak bisa diakses kendaraan membuat tim Manggala Agni harus menggendong seluruh peralatan dengan berjalan kaki. 

Untuk membantu proses pemadaman dengan debit air yang sedikit, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah membekali tim Manggala Agni di lapangan dengan zat adiktif. Bahan kimia ini akan dicampur dengan air, dan disemburkan menggunakan alat pemadam bernama nozzle air.

Dengan alat ini air bercampur bahan kimia yang ramah lingkungan, disemburkan dengan tiga posisi. Melintang, menyebar, dan satu lagi dengan posisi seperti 'disuntikkan' ke dalam tanah atau lahan gambut.

''Zat ini sangat membantu mempercepat proses pemadaman maupun pendinginan, karena menutup sumber oksigen api,'' terang Alijal.

Ketika penat menghampiri, tim Manggala Agni seketika belum bisa beristirahat jika kobaran api masih menyala.

"Waktu istirahat kita manfaatkan sebaik mungkin, karena jika hari ini memadamkan api, besok harus dilakukan pendinginan, jadi tenaga banyak terkuras," kata Alijal.

17 tahun silam, umurnya baru menginjak 23 tahun, namun dia sudah menjadi bagian dari tim Manggala Agni Daops Siak pada tahun 2002.

Alijal, sudah setia dengan pekerjaannya saat ini, walaupun jauh dari kata cukup untuk gaji perbulannya, namun didalam pikirannya tidak pernah terbesit untuk meninggalkan pekerjaannya yang mulia itu.

Menurutnya pekerjaan yang dilakoninya  bersama teman saat ini adalah bagian dari amal ibadahnya selama hidup di atas dunia.

"Saya ingin bertahan di Manggala Agni sampai kapanpun, tidak pernah saya terpikir untuk meninggalkan pekerjaan ini. Karena ini adalah bagian dari amal  ibadah selama saya hidup di dunia, karena pekerjaan ini membantu banyak orang, kami direkrut untuk membantu banyak orang, pokoknya selagi masih dipakai, kami akan terus membantu masyarakat," kata Alijal.

Bertahannya ayah tiga orang anak ini bukan karena santai pekerjaan yang dilakoninya. Sebaliknya pekerjaan ini sangat beresiko dan mempertaruhkan nyawa. Karena menghadapi jilatan dan kobaran api yang siap membakar hidup-hidup.
 
Alijal menambahkan, tanggung jawab dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan pada akhirnya sudah menjadi bagian hidupnya dan tiap personil Manggala Agni. Logo segi empat bujur sangkar dengan gambar mascot Si Pongi dan nyala api serta tulisan Manggala Agni di bawahnya diartikan sebagai pelecut semangat para personil Manggala Agni dalam memadamkan api.

"Kalau kecelakaan memang bisa tak bisa dielak, pekerjaan ini sangat beresiko, namun inilah pekerjaan yang menjadi bagian dari amal ibadah kami," kata Alijal.

Berbagai kisah, cerita dan peristiwa yang dialami dalam diri tiap personil Manggala Agni. Mereka tak pernah tahu, apa yang terjadi kedepannya saat berjibaku dengan api dan terkepung dalam asap yang memedihkan mata.

Meski tak sampai merenggut nyawa atau membuat cacat seumur hidup, namun apa yang pernah dialaminya itu menjadi pelajaran mahal agar peristiwa itu tak kembali terulang.

Kepala api yang menjadi biang kebakaran bisa meluas, itu yang menjadi sasaran utama mereka. Belum lagi saat dihadapi dengan lokasi kebakaran yang jauh, pasokan logistik yang molor dari jadwal serta yang paling mengiris hati adalah saat perasaan rindu dengan anak, istri atau suami di rumah.

"Saya menjadi anggota Manggala Agni sejak saya masih bujangan dan belum menikah, sampai saya dikaruniai tiga anak saya masih bersemangat untuk menjalani sebagai personil Mangala Agni sampai kapanpun," ujar pria yang lahir 40 tahun silam ini.

Diganggu Bisikan Suara Gaib di Tengah Hutan

Ketika berada ditengah hutan pada malam hari usai memadamkan api, tim Manggala Agni Daops Siak bermaksud ingin segera beristirahat untuk melepaskan lelah. Namun Alijal dan kawan - kawan merasa istirahatnya terganggu dengan adanya suara teriakan. Dia berusaha untuk tidak menghiraukan teriakan itu, namun suara itu terus saja mengganggu.

"Api dapat dipadamkan ketika hari mulai gelap, usai membersihkan tubuh, kami langsung merebahkan badan untuk beristirahat agar tubuh kembali fit untuk kembali melakukan pendinginan pada esok harinya, namun ketika mata akan terlelap, kami dikejutkan dengan suara aneh yang berada di tengah hutan," ujarnya.

Karena masih ada tugas berat yang menanti esok harinya, Alijal dan kawan- kawannya tidak terpengaruh lagi dengan suara aneh tersebut.

"Kami hanya memikirkan tugas untuk esok harinya jadi tidak terlalu memikirkan hal itu, namun suara gaib yang kerap mengganggu sering kami rasakan ketika berada ditengah hutan. Karena ini tugas, mau tak mau harus dijalani," ujar Alijal, pria yang sudah 17 tahun mengabdi di Manggala Agni ini.

Mengejar Api yang Menjalar dan Hampir Terbakar

Tak hanya kisah di luar logika yang harus dialami oleh para ksatria penakluk api itu dalam memburu kobaran api serta menjaga hutan, kisah tentang harapan hidup yang menipis saat kepasrahan pada tuhan semakin meninggi karena terkepung kobaran api, pernah juga dialami oleh mereka personel Manggala Agni Daops Siak

Laki-laki asli Siak ini pernah sampai dua kali terkepung api saat melakukan pemadaman. Tak ada kata jera dalam kamus hidupnya meski jika diingat hawa panas api saat dirinya terjebak di tengah kepungan api, masih terasa.      

"Waktu itu kami sedang ditugaskan di Pusako Siak melakukan pemadaman. Saya berada di kelompok satu yang melakukan pemadaman di lokasi paling depan. Kami fokus mengejar api dengan melakukan penyisiran, saat itu angin bertiup sangat kencang, membuat api kembali membesar dan mengepung. Kami terkurung oleh api, saat itu sumber air minim, akhirnya kami balik ke belakang, karena kami juga dianjurkan untuk mengutamakan keselamatan," ujarnya.

Tanpa ada kata menyerah, ia terus menjinakkan kobaran api melakukan pemadaman dengan teknik-teknik yang telah dipelajari.

"Pemadaman itu kami lakukan untuk mencari jalan terobosan dari kepungan api dan asap supaya selamat. Alhamdulillah, kami semua selamat dan akhirnya bisa bergabung dengan tim lainnya," ujarnya.

Lebaran di Tengah Hutan

Tidak ada kue, dan tidak ada lontong ketupat di pagi hari raya. Sejumlah personel Manggala Agni Daops Siak pernah harus merasakan lebaran di tengah hutan, memadamkan api.

Di saat umat muslim lainnya bersama-sama dengan sanak keluarga merayakan hari Kemenangan Umat Islam dengan berlebaran bersama sanak-saudara dan tetangga, mereka malah berlebaran dengan selang, deru mesin pemompa air, asap dan kobaran api.

"Pernah suatu ketika hari raya tiba, kami juga harus menjinakkan api. Usai melaksanakan sholat Ied saya dan personil lainnya langsung bertukar pakaian dan bergegas menuju hutan untuk memadamkan api. Kalau untuk bulan puasa sudah tidak terhitung lagi kami berada didalam kobaran api. Itu sudah resiko kami. Saat panggilan untuk melakukan pemadaman, kami harus secepatnya tiba di lokasi dan memadamkan api. Mau tak mau, suka tak suka, saya harus berangkat lagi," kata Alijal.

Beberapa personel mengaku bahwa terkadang ada hal-hal sentimentil yang harus disingkirkan, jika tugas telah memanggil. Perasaan tidak enak hati  untuk sementara waktu harus dilepaskan dahulu, karena para personel Manggala Agni tahu persis jika mereka kalah dengan hal-hal sentimentil seperti itu maka betapa banyak luas lahan yang akan terbakar. 

"Walaupun harus memikirkan keluarga, namun perasaan yang membuat hati tidak enak apabila terjadi apa- apa terhadap anak istri itu harus dibuang terlebih dahulu. Karena kita pergi berjuang untuk keselamatan orang banyak," ungkap Alijal.

Tim Manggala Agni saat menerima panggilan untuk pemadaman hutan dan lahan. Begitu menerima panggilan, tim langsung terjun ke lapangan dengan mengirimkan sejumlah personel untuk melakukan ground chek (pengecekan di lapangan, red). Ground chek ini tujuannya menganalisa lokasi, seberapa besar kebakaran terjadi sehingga tim berikutnya akan mengetahui peralatan dan jenis mesin apa saja yang harus dibawa.

"Pekerjaan ini pasti beresiko, namun karena kita memiliki dasar-dasar mengendalikan api yang dipelajari saat diklat, jadi kita tahu apa yang harus dilakukan," ujarnya.

Tidak hanya Alijal dan kaum adam lainnya, empat Srikandi Manggala Agni yang dimiliki Daops Siak, tak kalah gesitnya dengan kaum laki-laki. 

Kiprah perempuan dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) turut mewarnai gaung Hari Perempuan Sedunia yang diperingati tanggal 8 Maret dan hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April lalu.

Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Manggala Agni, di Indonesia melibatkan sejumlah perempuan dalam keanggotaannya.

Dari siaran pers KLHK, sekurangnya lima persen dari jumlah anggota Manggala Agni yang tersebar pada 33 daerah operasional (Daops) di Indonesia adalah perempuan. Sriyanti (34) adalah salah satu dari empat wanita yang bertugas di Manggala Agni Daops Siak.

Wanita yang akrab dipanggil Santi ini ditempatkan sebagai yang mengurus urusan peralatan dan logistik. Segala yang berkaitan dengan alat pemadaman dan 'urusan perut' para personel menjadi bagian dari tanggung jawabnya.

Dalam keseharian tugasnya, Santi jalani dengan tekun dan penuh semangat. Berbagai tugas di pundaknya berhasil ditunaikan dengan baik.

“Ketika awal bergabung menjadi Manggala Agni, saya sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang akan saya lakukan penuh tantangan dan beresiko tinggi. Seiring berjalannya waktu, Manggala Agni telah membentuk karakter dan jati diri saya. Dan terus belajar bagaimana berinteraksi dengan masyarakat dan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengendalian kebakaran," ungkap Santi.

Demi tugas, pernah ibu satu orang anak ini harus meninggalkan anaknya yang saat itu masih berumur enam bulan yang masih bergantung dengan ASI.

Beberapa minggu dia harus menahan rindu pada bayinya itu untuk melakukan pemadaman di lapangan.

"Sebelum berangkat saya sempat meneteskan airmata. Bagaimana tidak, naluri seorang ibu tidak bisa dibohongi, saya harus meninggalkan bayi yang masih membutuhkan ASI saya demi tugas memadamkan api," kata Santi.

Kondisi seperti itu tidak menyurutkan semangat Santi dan anggota Manggala Agni lainnya untuk menjinakkan si jago merah. Pantang pulang sebelum padam menjadi tekad tertanam pada brigade yang berjuluk panglima api ini.

"Yang membuat saya masih bertahan di Manggala Agni adalah faktor ekonomi, karena waktu masuk saya masih gadis dan belum menikah. Selain itu saya sangat menyukai tantangan, berpetualang," ujar Santi.

Dikatakannya, setelah menikah ia pun masih tetap semangat menjadi bagian dari Manggala Agni walaupun mandah (berlama - lama tak berada di rumah) harus ia jalani.

"Sebelum menikah, saya sudah membuat perjanjian dengan suami, jika setelah berkeluarga saya tidak ingin keluar dari Manggala Agni yang sudah menjadi bagian dari hidup saya," ujarnya.

Selain itu, kebersamaan yang dijalani sejak masa muda membuat dia enggan untuk berpisah dengan korps terdepan dalam mengendalikan api ini.

"Jiwa korsa dan kebersamaan rekan-rekan Manggala Agni di lapangan yang sangat kuat membuat saya tetap semangat dalam bekerja sehingga semua rasa penat dan letih itu menjadi hilang," jelasnya.

Lebaran yang menjadi hari kemenangan bagi umat Islam juga dirayakan Santi dengan susah payah ditengah hutan. Dimana pada pagi hari raya dia mendapat panggilan untuk bertugas memadamkan api.

"Selain banyak suka, dukanya personil Manggala Agni juga banyak, dimana kita tidak bisa santai seperti kebanyakan orang. Ketika kita lagi santai bersama keluarga, dan ada panggilan untuk memadamkan api, mau tak mau kita harus berangkat," ujar Santi.

"Pernah satu ketika, di pagi hari raya, saya sedang mempersiapkan Ketupat lebaran untuk keluarga, namun tiba- tiba saya mendapat telepon untuk segera memadamkan api, baju kurung yang saya pakai berganti baju pemadam," kata Santi menutup ceritanya. Wanita yang mengabdi di Manggala Agni selama 10 tahun ini berharap semoga Riau senantiasa bebas kabut asap dan langitnya tetap biru.

Harapan yang sama dengan anggota Manggala Agni lainnya juga diutarakan oleh Santi. Dia menginginkan agar ada peningkatan kesejahteraan dengan diangkatnya menjadi ASN. Bukan ingin menuntut banyak, namun apa yang menjadi permintaan tidak bertolak belakang dengan tugas yang ia jalani.

Selain itu, wanita berjilbab ini juga menginginkan adanya dokter khusus menanggani tim Manggala Agni yang sakit dengan ketersediaan obat yang lengkap.

"Kalau bisa kami ingin diangkat jadi PNS agar masa depan lebih jelas. Selain itu kita menginginkan adanya dokter khusus yang menangani para personil Manggala Agni. Karena selama ini obat yang kami pakai dibeli menggunakan dana pribadi," ujarnya. 

Perjuangan Santi menjadi warna tersendiri dalam kisah pengabdian Manggala Agni yang diisi kebanyakan kaum laki-laki. Kiprah mereka beserta puluhan srikandi lainnya terus mewarnai perjuangan Brigade Panglima Api ini, untuk terus mencegah kerusakan lingkungan dari kebakaran, dan menjaga masyarakat dari bencana asap yang menyengsarakan.

Kekuatan Daops Siak ada 59 orang yang terdiri dari 4 regu. Wilayah pekerjaannya tidak cuma di Siak, tapi menjelajah hingga Bengkalis dan dan Kepulauan Meranti. 

Daops Siak memiliki wilayah kerja di  dua kabupaten lainnya yakni Bengkalis dan Kepulauan Meranti yang memiliki luas masing- masing 7.793,93 km²  dan

3707,84 km². Memiliki wilayah kerja yang luas membuat hampir setiap hari pasukan Manggala Agni turun ke lokasi, mulai dari yang bisa diakses roda empat, roda dua, akses jalan kaki, bahkan harus menggunakan kapal laut.

Sebenarnya, Manggala Agni yang kala itu berada di bawah Kementerian Kehutanan hanya fokus ke Konservasi saja. Namun seiring digabungnya Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, tupoksi Manggala Agni merambah ke kawasan hutan dan lahan. Dengan tanggung jawab yang lebih besar namun ironisnya hal itu tak diimbangi dengan jumlah personel yang memadai.

Sepenggal pengalaman hidup yang harus dilalui dengan perjuangan yang keras tidak menyurutkan langkah mereka. Atau berusaha mengadu nasib ditempat lain. Meskipun bekerja tanpa perlindungan seperti jaminan hari tua ditengah bekerja dengan paparan asap ataupun asuransi kesehatan baginya tak masalah. Belum lagi status yang bukan karyawan tetap atau Aparatur Sipil Negara namun hanya bekerja sebagai relawan dan tenaga kontrak.

Bagi mereka Manggala Agni adalah sebuah kebanggaan, bangga bekerja mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam.

Serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

'Kami memang jauh dari pemberitaan, karena terkadang bekerja di lokasi yang jauh dari penglihatan dan jangkauan. Bagi kami tak masalah, karena yang terpenting adalah titik api bisa segera dipadamkan,'' ujar Kepala Daops Manggala Agni Siak Syailendra.

Penegasan Kepala Daops Manggala Agni Siak itu diamini oleh semua personel Manggala Agni yang ada.

Taruhan nyawa serta perasaan rindu pada anak istri dan suami saat bertugas berhari-hari dalam pemadaman api, tertindih dengan  tugas serta tanggung jawab sebagai seorang Manggala Agni. Dengan status tenaga kontrak yang disandang oleh mereka, rasanya hal itu tak sebanding dengan pengorbanan serta pengabdian yang mereka jalani. Dan itu yang menjadi harapan serta impian yang dicita-citakan Manggala Agni di seluruh pelosok negeri ini yakni status tenaga kontrak berganti menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

"Berharap status tenaga kontrak kami ini dinaikan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar masa depan kami lebih terjamin. Atau paling tidak dikontrak perlima tahun sekali. Jika terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan pada kami saat mempertaruhkan hidup untuk menjinakkan api,  setidaknya ada yang bisa kami tinggalkan untuk anak istri," kata Alijal mewakili rekan-rekannya. 

Menyaksikan langsung para personil Manggala Agni memadamkan api  memercikkan optimis dan harapan kehadiran Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan yang selalu menjadi garda terdepan dalam melakukan pemadaman, meskipun pekerjaan yang dilakoni penuh dengan resiko.

Pada akhirnya, senantiasa ada orang-orang di negeri ini yang mencintai Indonesia dengan caranya sendiri, seperti Manggala Agni yang memiliki jiwa tangguh berjibaku dengan api, bertaruhkan nyawa demi Ibu Pertiwi***

Penulis: Ali Imroen
Editor: Yusni Fatimah
   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
BPOM grebek bekas gudang semen di Siak II Pekanbaru.(foto: mcr)BBPOM Pekanbaru Temukan Ribuan Kardus Kosmetik dan Obat Ilegal di Bekas Gudang Semen
Ade Hartati bersama pengurus GPM-IKM Riau.(foto: mimi/halloriau.com)Usai Resmikan Sekretariat GPM-IKM Riau, Ade Hartati Bulatkan Tekat Maju Pilkada Pekanbaru 2024
Wakil Ketua DPRD Pekanbaru, Tengku Azwendi Fajri memberikan kejutan Ultah Sekjen PWI Riau, Doni Dwi Putra.(foto: mimi/halloriau.com)Sekjen PWI Riau Ultah ke-37, TAF Harap Doni Dwi Putra Beri Inspirasi untuk Jurnalis Muda
Paripurna DPRD Dumai.(foto: bambang/halloriau.com)DPRD Dumai Gelar Paripurna Laporan Hasil Kerja Pansus B dan C Terkait 2 Ranperda
Bupati Siak, Alfedri berkunjung ke SMK Yamatu.(foto: diana/halloriau.com)Bupati Alfedri harap Lulusan SMK Yamatu Siak Bisa Langsung Kerja
  Kapolda Riau saat hadiri pembukaan UKW Angkatan XXIII PWI Riau.(foto: mcr)UKW Angkatan XXIII PWI Riau Digelar, Ini Pesan Kapolda Irjen Pol M Iqbal
Bus TMP Pekanbaru tak laik jalan masih tetap dioperasikan.(foto: dini/halloriau.com)Ngeri! Bus TMP Pekanbaru Tetap Beroperasi Meski Pintu Tak Bisa Ditutup Sempurna
Rombongan Komisi IV DPRD Pekanbaru ditolak saat sidk ke PT Sumatera Kemasindo terkait dugaan pencemaran lingkungan.(foto: mimi/halloriau.com)Komisi IV DPRD Pekanbaru Geram PT Sumatera Kemasindo Tak Kooperatif
Bupati Siak, Alfedri memukul kompang saat pembukaan MTQ ke-42 Riau di Dumai.(foto: int)Bupati Siak: Jadikan Momentum MTQ ke-42 Riau Sebagai Ajang Uji Kompetensi
Kadis PUPR Bengkalis, Ardiansyah.(foto: zulkarnaen/halloriau.com)Bengkalis Songsong Jembatan Megah, Ini Instruksi Bupati Kasmarni untuk PUPR
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Sepanjang Jalan Rajawali Rusak Parah
 
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved