www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Ribuan Tamu Undangan Ramaikan Halalbihalal di Rumah Walikota Dumai
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Korban Diduga Penganiayaan Aparat Polres Meranti
Keluarga Afriadi Pratama Desak Polda Riau Segera Buka Hasil Otopsi
Kamis, 01 September 2016 - 12:46:44 WIB

SELATPANJANG - Pihak keluarga Afriadi Pratama, korban tewas diduga akibat penganiayaan aparat Polres Kepulauan Meranti mendesak Kapolda Riau, Brigjen Supriyanto, untuk segera membuka hasil otopsi tim forensik yang dilakukan terhadap jasad korban.

Keluarga juga berharap hasil tersebut tidak dimanipulasi agar apa yang sebenarnya terjadi dapat terungkap. "Jelas kita meragukan hasilnya. Karena bisa saja ada yang dirubah agar meringankan mereka (polisi, red)," kata kakak kandung korban, Nur Afny, saat ditemui wartawan di rumahnya, Gang Abadi, Selatpanjang, Rabu (31/8/2016) sore.

Dia sangat berharap pihak kepolisian segera membuka hasil tersebut kepada publik, terutama masyarakat Kepulauan Meranti. Dia juga mengaku sudah meminta langsung ke Kapolda, namun ditolak dengan dalih akan dibuka di persidangan. "Sampai hari ini belum ada kejelasan apa-apa dari Polda maupun Polres. Tersangka yang ditetapkan juga tidak jelas apa perannya," sebut Afny.

Dengan keluarnya hasil otopsi tersebut, pihak keluarga bisa mengetahui apa yang menjadi penyebab kematian Afriadi Pratama. Sebab keluarga menduga kuat adanya tindak penganiayaan berat, setelah salah satu adik kandungnya, Rian Hidayat, melihat langsung kondisi jasad abangnya saat dimandikan. "Tubuh abang penuh luka dan lebam. Wajahnya bengkak, kepalanya juga begitu," cerita Rian.

Dia juga membeberkan leher dan kedua tangan abangnya dalam keadaan patah. Di kepala bagian belakang, pipi dan kaki juga terdapat luka lecet seperti bekas seretan. Kemudian jakun korban juga terbenam kedalam dan ada bekas luka dalam di telapak kaki kiri.

"Biasanya mayat kaku, tapi leher dan tangan abang tidak. Saat kita luruskan pasti kembali lepas atau terkulai. Karena memang leher dan tangannya sudah patah," beber adik kandung korban dengan wajah sedih.

Rian Hidayat yang menolak tawaran Kapolda Riau menjadi polisi ini, juga sempat menceritakan kronologis penangkapan abangnya setelah membunuh Brigadir Adil S Tambunan, Anggota Polres Meranti.

Sekira pukul 01.30, Kamis (25/8/2016), beberapa anggota polisi mendatangi rumahnya untuk menanyakan keberadaan abangnya. Setelah dijawab tidak tahu, polisi tersebut Rian membangunkan ibunya yang sedang tidur saat itu.

"Waktu mak bangun, polisi itu langsung menanyakan dimana abang. Kemudian dia bilang anak ibu sudah membunuh anggota kami sambil menunjukkan foto korban yang dibunuh," cerita anak keempat itu.

Dalam keadaan terguncang dan sempat ingin pingsan, polisi itu berkata akan membawa ibunya untuk dimintai keterangan di Mapolres Meranti. Namun salah satu abang sepupunya meminta polisi membawa dirinya, karena ibu dari Afriadi dalam kondisi sakit dan lemah.

"Malam itu banyak polisi yang datang. Ada yang bawa kayu bloti. Mereka menggeledah rumah dua kali," ceritanya.

Kemudian, pagi sekitar pukul 06.20, pihak keluarga mendapat informasi dari kerabat yang mengatakan Afriadi sudah tertangkap dan dalam keadaan babak belur saat dibawa ke RSUD Selatpanjang. Mendapat informasi itu, kakak kandung korban, Nur Afny langsung mendatangi ruang IGD untuk melihat kondisi adiknya namun tidak berhasil karena dihalangi polisi yang berjaga.

"Saya sempat didorong dan dibentak. Kami juga berhak marah, kata mereka. Kalau mau ketemu adikmu, nanti 4 hari lagi," cerita Afny menirukan perkataan polisi saat itu.

Tidak berhasil menemui adiknya, dia pun kembali pulang ke rumahnya untuk memberitahukan keluarga yang lainnya. Kemudian sang paman langsung mendatangi klinik Polres Meranti karena menurut informasi korban dibawa kesana namun lagi-lagi tidak dibolehkan.

"Baru sekitar jam 8 kami dapat kabar dari teman kalau Adi sudah meninggal dan dibawa ke RSUD. Setelah meninggal pun kami tidak dibolehkan melihat jasadnya. Bahkan Polisi menolak menandatangani surat visum sampai terjadi bentrokan dan Kapolda turun kesini," ungkap anak tertua dari 6 bersaudara itu.

Ibu kandung Afriadi Pratama, Nur, masih terbaring lemah di kasurnya. Dia terlihat depresi berat dan enggan bicara banyak sejak malam rumahnya digeledah polisi untuk mencari anaknya. "Saya cuma mau keadilan. Tolong hukum pembunuh anak saya," ucapnya dengan suara lirih dan pelan.

Sejauh ini Polda Riau sudah memanggil 38 orang anggota Polres Meranti untuk diperiksa Propam, tiga diantaranya telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun belum jelas peran dari ketiga anggota yang berpangkat Brigadir dan Brigadir Dua (Bripda) itu.

Hal senada juga disampaikan, Rudi. Paman dari Isrusli, korban tewas saat bentrokan berdarah di depan Mapolres Meranti saat aksi massa menuntut keadilan atas kematian Afriadi Pratama, Kamis (25/8/2016). Dia meyakini kematian ayah tiga anak itu bukanlah disebabkan batu sesuai alasan yang disampaikan AKBP Asep Iskandar, penjabat Kapolres saat itu.

"Kami yakin itu terkena tembakan. Apa mereka pikir masyarakat bodoh. Bagaimana mungkin lemparan batu bisa langsung tewas dengan luka begitu. Sangat tidak masuk akal, apalagi keluarga melihat bekas lukanya seperti menembus ke belakang kepala," jelasnya.

Untuk itu pihak keluarga meminta Polri serius dan tidak tendensius dalam menyelidiki kasus tersebut. Menurutnya, saat ini pihak keluarga dan masyarakat Meranti pada umumnya menunggu ketegasan sesuai komitmen Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kapolda Riau Brigjen Supriyanto.

"Tolong sampaikan hasil visum dokter itu sesuai fakta. Saat ini keluarga dan masyarakat diam karena kami percayakan pada Polri. Tapi percayalah, diam ini seperti api dalam sekam," tegasnya.

Penulis  : Ali Imroen
Editor    : Unik Susanti

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Walikota Dumai bersama rombongan PWI Dumai saat halalbihalal.(foto: bambang/halloriau.com)Ribuan Tamu Undangan Ramaikan Halalbihalal di Rumah Walikota Dumai
Bupati Bengkalis, Kasmarni.(foto: zulkarnaen/halloriau.com)Kasmarni Deklarasikan Maju Pilkada Bengkalis 2024
Simpang SKA Pekanbaru.(foto: int)DPRD Pekanbaru Ingin Rencana Pelebaran Jalan Simpang SKA Terealisasi Tahun ini
Suasana Bandara SSK II Pekanbaru.(foto: mcr)Meningkat Pesat, Penumpang Bandara SSK II Pekanbaru Selama Idulfitri Capai 157.480 Orang
Indra Gunawan Eet (kiri) dan Syahrial (kanan) (foto:ist) Golkar Siapkan Eet dan Syahrial Maju di Pilkada Bengkalis 2024
  Konsumen Suzuki Jakarta, Yoga Nirmolo.(foto: istimewa)Hadirkan Jimny 5-Door, Suzuki Sukses Memanjakan Pecinta Offroad di Indonesia
Bupati Bengkalis, Kasmarni serahkan hadiah lomba lampu colok dan pawai takbir 2024.(foto: zulkarnaen/halloriau.com)Bupati Bengkalis Serahkan Hadiah Lomba Lampu Colok dan Pawai Takbir 2024
Sebanyak 20 putra Riau mengikuti Pelatihan dan Sertifikasi Welder di BLK Kemenaker RI, Serang, Banten.(foto: istimewa)Pelatihan Vokasi Welder PHR, Jadikan Pemuda Riau Siap Kerja
Pembersihan Jalan Lintas Perkantoran Batu Enam pasca banjir sungai rokan.(foto: afrizal/halloriau.com)DLH Rohil Bersihkan Lumpur Pasca Banjir Sungai Rokan
Anggota DPRD Pekanbaru, Zulkarnain.(foto: int)Selalu Bermasalah, DPRD Minta Disdik Perbaiki Sistem PPDB
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Sepanjang Jalan Rajawali Rusak Parah
 
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved