SELATPANJANG - Manajemen PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) tahun 2016 ini kembali membuat terobosan dalam meningkatkan kepedulian warga desa untuk memelihara kondisi hutan dan lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan memberikan penghargaan berupa uang senilai Rp300 juta kepada masing-masing tiga desa atas keberhasilan mereka menolkan titik api dalam rentang waktu tiga bulan.
Media Relation Head Budi Firmansyah, didampingi tim Corporate Communications RAPP Disra Alldrick mengatakan saat ini ada program dari perusahaan dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan (Karlahut). Bagi desa yang berhasil menzerokan selama 3 bulan (Januari - Maret, red), akan diberi reward sebesar Rp100 juta.
Dikatakan Budi, tiga desa di Meranti yang masuk program dari PT RAPP ini antara lain Desa Putripuyu, Desa Lukit, dan Desa Tanjungpadang. Dipilihnya 3 desa ini karena dianggap rawan terjadinya Karlahut.Dalam pemberian reward ini tidak berbentuk uang tunai,namun berbentuk program yang masuk ke desa bersangkutan.
Namun untuk mendapatkan uang ratusan juta ini, harus benar-benar tidak ada terjadinya Karlahut. Sebab kalau ada Karlahut lebih dari 1 hektar, maka peluang untuk mendapatkan uang ratusan juta dalam bentuk pembangunan infrastruktur sirnalah sudah.
"Kalau ada kebakaran kurang dari 1 hektar dan itu bisa dipadamkan dalam waktu 1 x 24 jam, maka desa tersebut hanya dapat Rp50 juta," ujar Budi Firmansyah, Kamis (4/2/2016).
Budi juga mengatakan ini adalah program pertama di Kepulauan Meranti. Namun, program ini dinilai sangat berhasil apabila dilihat dari tahun sebelumnya saat dijalankan di Kabupaten Pelalawan.
Dimana, tahun 2014 lalu, dari 9 Desa Pelalawan, terjadi kebakaran seluas 618 hektar. Setelah adanya program ini, terjadi penurunan drastis luas lahan yang terjadi kebakaran yaitu hanya 53 hektar. Dari 9 desa di Pelalawan itu, 3 desa mendapat Rp300 juta, ada juga beberapa desa yang mendapat Rp50 desa.
"Dilihat sangat berhasil, program ini akhirnya dilanjutkan dan alhamdulillah tahun ini di Meranti ada 3 desa yang berpeluang mendapatkannya," tambah Budi.
Sementara itu, Disra Alldrick mengatakan ada 5 kegiatan dari program desa bebas api ini. Antara lain, reward bagi desa yang berhasil mencegah adanya kebakaran, pembentukan crew leader (ketua Tim Desa), dibina dilatih untuk memonitor kebakaran dilengkapi fasilitas mesin pemadam, transport, pelatihan, dan seragam lalu elakukan sosialisasi ke desa, crew leader bekerjasama dengan beberapa LSM, adanya bantuan membuka lahan pertanian seluas 20 hektar serta memasang alat haze monitoring pemantauan kualitas udara yang didatangkan dari Selandia Baru.
"Pusatnya di pelalawan, tapi kita bisa memantau kualitas udara di Meranti," kata Disra pula.
Selain program Desa bebas Api, dikatakan Disra lagi, ada juga yang namanya program Desa Siaga Api. Dimana, dari program ini tidak ada reward sebagaimana Desa Bebas Api. Namun, dalam program ini crew leader dibekali perlengkapan dan peralatan untuk memantau kebakaran.
Ada 8 desa di Meranti yang masuk program Desa Siaga Api ini antara lain Desa Pelantai, Desa Mekarsari, Desa Selatakar, Desa Baganmelibur, Desa Mayangsari, Desa Mekardelima, Desa Dedap, dan Desa Tanjungpisang. "Secara keseluruhan tahun ini ada 50 desa siaga api, dan 20 desa bebas api se Riau," ujar Disra.
"Semoga upaya kita semua dalam mencegah terjadinya Karlahut ini bisa memberikan hasil maksimal," harapnya. Penulis : Ali Editor : Unik Susanti
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)