www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Diguyur Hujan, Sore ini Masih Terpantau 1 Hotspot di Riau
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Warga Kepulauan Meranti Resah, Dilema Antara Nyawa Manusia dan Habitat Buaya
Senin, 26 Desember 2022 - 22:31:41 WIB

SELATPANJANG - Dua pekerja yang merakit tual sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti diduga tewas diterkam buaya. Peristiwa terjadi di Sungai Suir dan Sungai Penyagun.

Warga yang mencari keberadaan korban, kemudian menangkap buaya yang diyakini sebagai pemangsa. Kemudian warga membelah perut buaya, tetapi tidak ada tubuh korban di dalamnya.

Kepala Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Anwar Din mengatakan korban bernama Slamet Ma'arif (37), warga Desa Kriting, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Ia bekerja di kilang sagu di desanya, naas menjadi korban keganasan buaya pada Sabtu, (24/12/2022) kemarin.

Buaya yang diduga memangsa Slamet sudah ditangkap bahkan perutnya dibelah pada Minggu (25/12/2022). Anwar Din menyebut bahwa pawang sudah meyakinkan bahwa Buaya tersebut bukanlah yang memangsa Slamet, tetapi warga tetap tidak peduli.

"Buaya itu ditangkap menggunakan keahlian pawang dan kita bawa ke darat. Melihat perut buaya yang besar, warga mengira ada jasad korban berada di dalamnya. Padahal sang pawang sudah mengingatkan bahwa Buaya yang ditangkap bukan merupakan buaya yang memangsa, namun warga tak peduli. Kami sangat sedih," kata Anwar.

Tindakan warga itu pun dikecam Komunitas Pencinta Satwa Riau. Namun Anwar memastikan tidak ada niat dari warganya untuk membunuh buaya.

"Bukan kita membunuh, namun warga hanya ingin memastikan bahwa ada korban di dalamnya. Kami melihat perut Buaya itu membesar, makanya dibelah, itu saja," tuturnya.

Setelah dua hari dilakukan pencarian, jasad Slamet akhirnya ditemukan, jauh dari tempat ia diterkam Buaya. Jasad korban sudah ditemukan, Senin (26/12/2022) pagi sekira pukul 09:00 WIB dalam keadaan utuh.

Terkait kejadian ini, Kepala Desa Lukun itu merasa sangat dilema. Menurutnya sudah menjadi aktifitas warganya beraktifitas di sungai yang bekerja sebagai perakit tual Sagu (pohon Rumbia) sebelum dibawa ke kilang.

Anwar juga memastikan jika warganya tidak mengganggu yang menjadi habitat buaya.

"Sudah beberapa kali warga kami menjadi korban keganasan buaya, sekarang kejadian lagi. Kami tidak tahu lagi harus berbuat apa, semua pekerja sagu mengeluh. Padahal selama ini kami menganggap, kami tidak pernah merusak habitatnya, kita hidup berdampingan," ungkapnya.

Selang satu hari setelah kejadian di Sungai Suir, Buaya kembali memangsa korbannya yang juga seorang pekerja sebagai perakit tual Sagu di Sungai Penyagun, Kecamatan Rangsang.

Korban bernama Zainal Bin Tahar (50) Warga Desa Penyagun, ia diterkam Buaya ketika sedang mengikatkan tual sagu di dalam sungai, Minggu (25/12/2022) sore.

Kejadian yang menimpa korban pada pukul 16:00 WIB, itu dibenarkan oleh saudara kandungnya.

"Kejadian saat itu, dimana adik saya sedang bekerja untuk mengikatkan tual sagu ke pohon dan pada saat itu langsung diserang oleh Buaya," kata abang kandung Zainal, Muhammad Nur.

Sementara itu Kepala Desa Penyagun, Syaiful yang dikonfirmasi wartawan mengatakan jika warganya yang menjadi korban tersebut ditemukan pada Minggu (25/12/2022) malam.

Dibeberkan, korban ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Kondisi kakinya sebelah kanan sudah putus akibat terkaman Buaya tersebut.

"Saya yang pertama kali menemukannya, jaraknya sekitar 200 meter dari tempat kejadian. Saat ditemukan, jasad korban dijaga oleh Buaya di tepi sungai dekat pohon Nipah, kami pun mengusir buaya tersebut dengan cara menggoyangkan air di sungai. Setelah Buaya lari, kami pun buru- buru menarik jasad korban ke atas kapal," tuturnya.

Sebelumnya, buaya yang dianggap memangsa Zainal juga telah ditangkap berkat kepiawaian Pawang. Namun, setelah perut buaya itu dibelah, potongan tubuh korban juga tidak ditemukan.

"Buaya yang ditangkap akhirnya dibelah oleh warga. Keinginan warga yang membelah bukan untuk membunuh, namun untuk mencari potongan tubuh korban yang hilang akibat digigit Buaya tersebut. Ternyata setelah dibelah juga tidak ditemukan. Jadi sekali lagi bukan kita mau dan bermaksud mau membunuh, karena anggota tubuh yang kita temukan ada yang tak lengkap yakni kakinya sebelah kanan yang hilang dari lutut ke bawah," jelasnya.

Disebutkan Syaiful, bahwa dirinya memastikan jika tidak ada warganya yang merusak habitat buaya tersebut. Terkait kejadian tersebut, ia pun merasakan dilema dan duka yang mendalam.

"Sungai Penyagun ini panjangnya hampir 20 kilometer, sangat banyak Buaya nya. Saya memastikan tidak ada habitatnya terganggu, mungkin korban memang sudah ajalnya, korban pun tahu buaya tu mengintai, orang itu juga sudah waspada. Namun mau bagaimana lagi, sudah nasibnya," ungkapnya.

Mewakili masyarakat, dirinya sebagai kepala desa mengharapkan agar pihak terkait seperti BBKSDA Riau memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Karena buaya tersebut tentunya bertambah terus, namun tidak boleh dibunuh.

"Apakah dipindahkan ke penangkaran, atau ada solusi lain," tukasnya.

Sementara itu, Kepala Besar (Kababes) BKSDA Riau, Genman Suhefti Hasibuan SHut, MM yang dikonfirmasi melalui panggilan telpon genggam mengaku prihatin, dua korban meninggal diterkam buaya di Kepulauan Meranti.

Namun persoalan yang wajib ia kedepankan lebih kepada rusaknya habitat reptil air yang dilindungi tersebut. Sehingga memicu sifat buaya yang buas menjadi lebih buas hingga menimbulkan korban jiwa.

Walau buaya memangsa manusia hingga tewas. Namun keberadaan buaya dilindungi oleh undang-undang nomor 25 Tahun 1990.

"Buaya dilindungi Undang-undang, oleh karena itu siapapun yang berada di wilayah hukum Indonesia, berkewajiban melakukan perlindungan terhadap Buaya. Kita mengimbau untuk tidak melakukan upaya anarkis terhadap hewan tersebut. Artinya siapapun orangnya yang berada diwilayah hukum Indonesia wajib melindungi keberadaan Buaya. Untuk itu kami mau tak ada pihak yang melakukan perbuatan anarkis kepada hewan ini. Karena besar ancamannya hingga berujung pidana" ungkapnya.

Genman tak menampik tidak ada manusia yang tidak terganggu terhadap keberadaan buaya di dekatnya. Bahkan buaya juga demikian.

"Pastinya buaya merasa terganggu, walau habitatnya tidak rusak dan warga juga merasa tidak merusak, kita kan belum tahu. Habitatnya Buaya itu luas, sepanjang wilayah sungai. Karenanya kita mengimbau masyarakat agar berhati-hati beraktifitas di sungai," ujarnya.

Kepala BKSDA berharap warga bisa beradaptasi dengan kehidupan buaya di sungai. Di mana sungai memang jadi tempat berkembang biak buaya muara.

"Kita berharap warga beradaptasi. Artinya beraktifitas jangan sembarangan, jangan turun ke sungai atau menyentuh air. Karena tidak mungkin juga buaya ditangkap semua. Penangkaran buaya itu memang ada, namun bukan lantas buaya itu ditangkap dan diletakkan di penangkaran. Justru sebenarnya yang diharapkan, hewan liar itu di alam. Jika habitat dan alamnya masih bagus, pasti Buaya tersebut tidak akan menggangu, kan begitu prinsipnya," ujarnya lagi.

Tidak menjadi kondisi yang tabu, jika masyarakat sudah mengetahui jika sepanjang sungai adalah rumah bagi kehidupan buaya. Hendaknya manusia yang wajib berhati-hati untuk beraktivitas di sana.

"Karena dari dulu buaya itu sudah di situ. Bahkan jauh sebelum ada permukiman warga di situ. Dengan begitu masyarakat yang harus beradaptasi, hidup berdampingan. Melindungi satwa liar ini bukan hanya menjadi tugas BKSDA, namun sudah menjadi kewenangan bersama," bebernya.

Malah kata dia peran pemerintah daerah benar-benar diharapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pemda melalui Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Lingkungan Hidup Kepulauan Meranti harus berperan aktif. Dengan pengawasan terhadap kilang sagu yang beroperasi di dalam sungai yang menjadi habitat buaya. Agar tidak lagi membuang limbah ke dalam sungai.

"Maka dari itu disinilah keberadaan pemerintah benar benar diperlukan. Seperti mengatur jalannya usaha di sana sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Seperti keberadaan usaha kilang sagu yang berpotensi menimbulkan rusaknya ekosistem sungai," ujarnya.

"Dinas terkait disana membina para pengusaha sagu. Itulah pentingnya pemerintah disana mengatur agar ampas sagu jangan dibuang langsung ke sungai, biasanya industrikan ada pengolahan limbah. Kita sangat prihatin dengan kejadian ini, walau warga tidak merasa merusak habitat buaya. Namun secara tidak langsung limbah membuat buaya terganggu. Katakan buaya tidak mati, namun makanannya yang mati. Jika sudah begitu semua diserangnya, termasuk manusia," ungkapnya.

Ia mengajak untuk bersama-sama menjaga lingkungan sekitar. Agar satwa bisa berkembang biak dengan baik, serta manusia dapat hidup berdampingan.

Penulis: Ali Imron
Editor: Riki

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Titik api dan titik panas di Riau.(ilustrasi/int)Diguyur Hujan, Sore ini Masih Terpantau 1 Hotspot di Riau
Bekerja sama dengan SGS Indonesia, ICDX beri literasi tentang ISO 27001 ke anggota bursa (foto/ist)ICDX Beri Literasi Soal ISO 27001 ke Anggota Bursa
Ketua KPU Inhu, Ronaldi Ardian saat memberikan sambutan usai melantik PPK (foto/Dasmun)70 Anggota PPK Dilantik, Ini Pesan Ketua KPU Inhu
Suasana salah satu kamar di The Premiere Hotel Pekanbaru.14 Tahun Properti The Premiere Hotel Pekanbaru Masih Jadi Market Leader di Kotanya
Belasan santriwati di Pesantren Bidayatul Hidayah masih dirawat di RS Athaya Ujung Tanjung (foto/afrizal)1 Santriwati di Rohil Meninggal Diduga Keracunan Makanan, Belasan Lainnya Masih Dirawat
  Bupati Pelalawan saat penanaman padi di Desa Sungai Solok.(foto: andi/halloriau.com)Bupati Pelalawan: Tanggul untuk Program Penanaman Padi IP200 Bakal Dibangun Tahun ini
Ilustrasi Suzuki punya tips supaya handal menggunakan rem motor (foto/ist)Suzuki Beri Tips Praktis Rem Motor untuk Hindari Bahaya Kecelakaan
The Cafe Restaurant by The Premiere Hotel kembali menyajikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagiu Anda. Foto IST The Cafe Restaurant by The Premiere Hotel Hadirkan Konsep Kuliner Baru
Indosat salurkan bantuan untuk korban bencana banjir lahar dingin di Sumbar (foto/ist)Indosat Salurkan Bantuan Darurat ke Korban Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar
ilustrasi overlay jalan.Overlay Tuntas, Proyek Perbaikan Jalan Taman Karya Capai 90 Persen
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Pj Gubri SF Hariyanto Lepas CJH Riau
 
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved