SELATPANJANG - BPBD Kabupaten Kepulauan Meranti meragukan data yang diungkapkan oleh peneliti yang diturunkan BRG, Peneliti Pusat Studi Bencana (PSB) Universitas Riau tentang luas Karhutla di Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur yang terjadi pada awal Februari lalu.
Kepala BPBD Kepulauan Meranti, M Edy Afrizal mengatakan data tersebut sangat tidak masuk akal dan Irasional.
Edy Afrizal juga mempertanyakan teori seperti apa yang digunakan para peneliti dalam melakukan pengukuran dan jenis drone yang digunakan.
Seperti diketahui, peneliti independen yang diturunkan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) dari Peneliti Pusat Studi Bencana (PSB) Universitas Riau mengungkapkan bahwa kebakaran lahan karet milik masyarakat bahkan juga merambat ke lahan sagu milik perusahaan PT National Sago Prima (NSP) sejak 9 Februari 2018 silam luasannya mencapai 1.224 hektar, sedangkan catatan BPBD hanya sekitar 218 hektare saja.
"Itu data dari mana. Dan bagaimana cara pengukurannya, mereka tak ada koordinasi dengan kita baik dengan Pemkab melalui BPBD, Kapolres mau pun Danramil. Kita akan lakukan pengukuran ulang setelah anggota selesai pendinginan karena anggota masih di lapangan, setelah itu nanti baru dapat data pasti," kata Edy, Jumat (2/3/2018).
"Kami di lapangan yang berjibaku memadamkan api saja melihat hanya sekitar 200an hektare saja. Itu pun sudah termasuk lahan konsesi tanaman kehidupan PT NSP. Data mereka yang mencapai 1.224 ini tidak masuk akal," ujar Edy Afrizal lagi.
Ia juga menyayangkan sikap BRG yang mengutus peneliti independent tanpa ada koordinasi dengan pihak BPBD.
Kemudian hasil pengukuran mereka yang kontroversial tersebut diumbar ke publik.
"Kami jadi ditegur oleh sejumlah pihak, kesannya kerja kami asal-asalan. Kalau begitu biar saja mereka yang melakukan pengukuran luas lahan yang terbakar jika ada kasus lagi," ujarnya.
Memang diakui Edy Afrizal, pihaknya belum melakukan pengukuran luas Karhutla di Desa Lukun.
Hal itu lantaran mereka masih fokus dengan pendinginan lahan dan pemadaman Karhutla di sejumlah lokasi.
"Namun, dalam waktu dekat ini kami pasti akan melakukan pengukuran lahan bersama menggunakan drone kami. Dalam melakukan pengukuran luas lahan, kami akan mengunakan teori yang lazim digunakan oleh BKSDA dan KLHK," ujarnya.
Edy juga mempertanyakan jenis drone yang digunakan untuk mengukur dan teori yang digunakan oleh tim independen itu.
"Kalau memang benar hasil mereka, berarti drone yang mereka gunakan sangat canggih dan teori mereka juga baru. Kita akan belajar kepada peneliti independen itu terkait teori yang mereka terapkan dan drone jenis apa yang mereka gunakan," ujarnya.
Penulis: Ali Imroen
Editor: Budy
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :