KINI semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental. Bahkan mereka berusaha mencegah agar jangan sampai mengalami depresi. Caranya bisa dengan mengelola stres, liburan untuk melepaskan penat, melakukan hal-hal yang disenangi, dan masih banyak lagi.
Namun sebenarnya, ada kemungkinan setiap orang mengalami depresi yang tidak disadari. Salah satunya adalah distimia atau gangguan depresi persisten yang merupakan bentuk depresi kronis jangka panjang.
Orang yang mengalaminya mungkin kehilangan minat dalam aktivitas normal sehari-hari, merasa putus asa, kurang produktivitas, kelelahan, putus asa, sulit mengambil keputusan, menghindari kegiatan sosial, mudah marah, perasaan bersalah atau khawatir terhadap masa lalu, dan memiliki harga diri rendah serta perasaan tidak mampu secara keseluruhan.
Gejala distimia biasanya datang dan pergi alias kadang ada, kadang tidak. Gejalanya bisa hilang sama sekali dalam waktu dua bulan, namun kemudian berulang lagi dan begitu seterusnya. Kondisi ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan secara signifikan dapat mengganggu hubungan, sekolah, pekerjaan, serta kegiatan sehari-hari lainnya.
Seseorang yang memiliki distimia bisa mengalami kesulitan untuk merasa ceria bahkan pada saat-saat bahagia. Tak jarang hal itu membuat orang lain berpikir dirinya memiliki kepribadian yang suram, senang mengeluh terus-menerus, dan tidak mampu bersenang-senang.
Bila dilihat, kondisi ini memang tidak separah depresi berat, tapi untuk mengatasi gejalanya bisa menjadi tantangan karena membutuhkan kombinasi terapi bicara (psikoterapi) dan obat-obatan.
Melansir Mayo Clinic, Selasa (25/6/2019), belum diketahui penyebab pasti terjadinya distimia. Namun ada kemungkinan melibatkan lebih dari satu penyebab seperti perbedaan biologis yang memengaruhi perubahan fisik di otak, zat kimia di otak, sifat bawaan, dan peristiwa kehidupan. Selain itu, ada beberapa faktor risiko lainnya yang dapat mengembangkan atau memicu distimia.
Faktor risiko itu antara lain memiliki kerabat tingkat pertama yang mengalami gangguan depresi mayor atau gangguan depresi lainnya, peristiwa kehidupan yang traumatis atau penuh tekanan, memiliki kepribadian atau karakter yang negatif seperti harga diri rendah, terlalu tergantung pada orang lain, kritis terhadap diri sendiri, dan pesimistis, serta riwayat gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kepribadian.
Pada akhirnya, distimia dapat menyebabkan komplikasi meliputi berkurangnya kualitas hidup karena depresi berat, gangguan kecemasan, dan gangguan suasana hati lain, penyalahgunaan zat atau obat-obatan terlarang, memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan orang lain, sering mengalami konflik dengan keluarga, penurunan produktivitas, serta pikiran untuk bunuh diri.
Jika Anda merasa mengalami hal-hal yang disebutkan di atas, tak ada salahnya untuk segera mencari bantuan tenaga profesional. Entah itu psikolog maupun dokter jiwa. Sebab sama seperti depresi berat, distimia perlu diatasi. Terlebih kondisi ini bisa terjadi dalam jangka waktu bertahun-tahun dan menjadi bagian dari kehidupan. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :