www.halloriau.com


Ekonomi
BREAKING NEWS :
Karena Perusahaan Sawit SLS di Pelalawan, Asril: Saya Merasa Kaya Raya
 
Benarkah Orang Baik Lebih Mudah Bangkrut?
Kamis, 18 Oktober 2018 - 08:18:13 WIB

JAKARTA - Selama ini kita selalu dinasehati untuk menjadi orang baik, ramah, suka berbagi, dan lainnya. Kini riset menemukan sisi kurang menguntungkan menjadi orang baik.

Menurut penelitian, orang baik cenderung memiliki masalah keuangan dan nilai kredit rendah. Bahkan, mereka berisiko tinggi untuk mengalami kebangkrutan.

Menurut periset, ini terjadi karena orang baik biasanya tidak menghargai uang seperti rekan mereka yang memiliki sikap kurang menyenangkan.

Orang-orang baik cenderung suka berbagi dan menganggap uang bukan sebagai hal yang utama, sehingga keuangan mereka umumnya lebih buruk.

Dilansir dari kompas.com, Joe Gladstone, salah satu periset, mengatakan, dalam riset, keramahan terkait dengan indikator kesulitan keuangan, karena mereka tidak hemat (baca: tidak pelit), dan tidak gigih menabung.

"Hubungan ini tampaknya didorong oleh fakta bahwa orang-orang yang menyenangkan kurang peduli tentang uang, dan karena itu berisiko lebih tinggi mengalami kesalahan dalam keuangan," ucapnya.

Sebagai contoh, kata Gladstone, orang-orang baik lebih kecil kemungkinannya untuk memeriksa laporan keuangan mereka dan mempertahankan anggaran yang bertanggung jawab.

Sebaliknya, orang-orang yag dinilai 'jahat', menurut Gladstone, memiliki sikap kompetitif dan lebih pelit sehingga hasil keuangannya lebih baik.

Sandra Matz, selaku pemimpin riset, mengatakan riset yang telah diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology ini dilakukan untuk memahami mengapa orang-orang yang baik tampaknya selalu bernasib malang.

"Kami tertarik untuk memahami apakah memiliki kepribadian yang baik dan hangat, apa yang dikatakan oleh akademisi dalam penelitian kepribadian sebagai kesetujuan, terkait dengan hasil keuangan negatif," katanya.

Peneliti juga ingin menentukan apakah kesulitan keuangan yang cenderung menyerang orang baik, didorong oleh gaya negosiasi 'kooperatif' mereka atau penilaian rendah mereka pada keuangan.

Para peneliti menganalisis informasi lebih dari 3 juta orang menggunakan dua panel online, survei nasional, data rekening bank, dan data geografis.

"Penelitian sebelumnya menunjukkan keramahan dikaitkan dengan skor kredit dan pendapatan yang lebih rendah," kata Matz.

Menurutnya, periset ingin melihat apakah asosiasi itu berlaku untuk indikator keuangan. Oleh karena itu, periset juga ingin melihat mengapa orang-orang yang baik tampaknya tidak bisa menjadi sangat kaya.

Penelitian sebelumnya juga menemukan hubungan antara kepribadian neurotik dan hutang yang lebih tinggi ditambah dengan peningkatan belanja kompulsif.

Sementara itu, pribadi yang teliti atau berhati-hati lebih mungkin untuk menghemat uang dan menghindari utang.

Namun, periset menggarisbawahi bahwa masalah keuangan tidak mempengaruhi semua orang baik secara setara. Pendapatan tetap menjadi prediktor kunci mengenai kesehatan finansial seseorang.

"Hubungan antara kebaikan dan kesulitan keuangan lebih banyak ditemukan untuk individu berpenghasilan rendah, yang tidak memiliki sarana keuangan untuk mengompensasi dampak merugikan dari kepribadian mereka yang menyenangkan," kata Gladstone.

Berdasarkan data dari riset terkait yang meneliti orang di atas 25 tahun, peneliti juga menemukan tingkat kebaikan atau sikap menyenangkan seseorang di masa kecil bisa menjadi prediktor untuk masalah keuangan di masa dewasa.

"Hasil riset membantu kami untuk memahami satu faktor potensial yang mendasari kesulitan keuangan, yang dapat memiliki implikasi serius bagi kesejahteraan masyarakat," kata Matz. 

Menjadi baik memang berdampak pada keuangan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki sarana untuk mengimbangi kepribadian mereka.

Baca juga: Punya Banyak Uang Bikin Orang Sulit Berbagi, Benarkah?

Para peneliti berharap pekerjaan mereka dapat memiliki aplikasi praktis dengan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab keuangan untuk orang-orang baik yang mungkin rentan terhadap masalah keuangan.

"Jika kita memahami siapa yang lebih mungkin menderita masalah keuangan maka kita mungkin tahu siapa yang akan diberi bantuan," kata Gladstone.

Ia juga mengatakan program pemerintah, amal atau pendidikan bisa menjadi solusi untuk membantu mengatasi masalah ini.

Walau begitu, tidak disarankan untuk berhenti menjadi orang baik. Hanya saja lebih berhati-hatilah dalam menggunakan uang. (*)


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Karyawan Logistik & Quality Control (LQC) PT SLS, Asril (foto/Andy)Karena Perusahaan Sawit SLS di Pelalawan, Asril: Saya Merasa Kaya Raya
Mobil nyaris masuk jurang di lokasi longsor kawasan Sitinjau Lauik, Padang-Solok (foto/Instagram)Longsor Lintas Padang-Solok, Ada Mobil Nyaris Masuk Jurang
Wakil Ketua DPRD Pekanbaru Ir Nofrizal MM (foto/int)Rapat Banmus DPRD: Bahas Perjalanan Dinas Hingga HUT Pekanbaru
  Ilustrasi hotspot di Riau masih nihil (foto/int)Titik Api di Riau Nihil, BMKG: Hotspot Sumatera Terbanyak di Sumut
T. Imbang Tata Alam (ITA) kembali menyalurkan bantuan pendidikan kepada 25 mahasiswa berprestasi dan kurang mampu di STKIP MerantiSudah Tahap 7, PT ITA Kembali Salurkan Bantuan Pendidikan Untuk Mahasiswa STKIP Meranti
Politisi PKB Sugianto optimis maju menuju Pilkada Riau serentak 2024 sebagai bacalon Bupati Siak (foto:istimewa)Janji Sugianto Jika Terpilih Jadi Bupati Siak, Bakal Tambah ADD Rp1 Miliar Per Desa
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Kajati Riau Ditabalkan Gelar Adat di Balai Adat LAMR
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved