JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara yang paling lambat mengurusi kebutuhan pokoknya terutama masalah pangan. Hal ini diungkapkan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK).
Dia menuturkan, pemerintah saat ini justru lebih banyak fokus pada kebutuhan sandang dibandingkan pangan.
"Itu kesalahan pemerintah dan termasuk saya. Seringkali bicara sandang pangan papan, tapi baru kelar sandang saja," kata JK saat menjadi pembicara di Economic Outlook 2019, di Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Dilansir dari liputan6.com, JK mengatakan, selama ini tidak banyak masyarakat yang mengeluh karena kekurangan sandang atau baju. Akan tetapi, justru banyak orang yang rela melakukan demo karena kebutuhan pangan.
"Ini yang harus diselesaikan. Kebutuhan masyarakat luas ini bisa direspons kalau pendapatan tinggi," imbuhnya.
Namun demikian, Jusuf Kalla mengaku sulit untuk merespons kebutuhan masyarakat yang tinggi. Sebab, sebagian masyarakat masih mengandalkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Karena sehebat-hebatnya dan sekuat-kuatnya petani pendapatannya paling tinggi Rp 1 juta per bulan," imbuhnya.
Sebelumnya, Wapres JK megatakan bahwa salah satu cara untuk mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mendorong industri manufaktur.
Sebab, pertumbuhan di sektor riil ini masih menjadi tulang punggung bagi perekonomian dalam negeri. "Yang bisa memajukan bangsa ini hanya manufaktur. Ekonomi riil itu masih menjadi bagian. Tanpa riil kita akan jadi konsumen dari luar," kata dia.
JK mengatakan, selama ini kontribusi dari beberapa komoditas maupun seluruh sektor unggulan pemerintah tidak menunjukan hal positif.
Ini dapat dilihat dari target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah sebesar 7 persen dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lalu tidak tercapai.
"Itu semua tidak punya efek apa-apa. Kita tumbuh, menengah, tidak tumbuh tinggi 7 persen seperti yang kita harapan. Tapi 5.17 persen. Harapan kita akan lebih baik," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, menyebut industri pengolahan masih menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 2018.
Bahkan, sektor industri tersebut masih di atas angin dari beberapa sektor lain seperti nonmigas dan migas. "Dibandingkan sektor-sektor yang lain industri pengolahan adalah tertinggi yakni 19,89 persen," kata Airlangga.
Dia mengatakan, apabila menginginkan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, maka sektor industri lain harus diperbaiki dan digalakkan kembali. Sehingga, kontribusi PDB secara nasional ke depan akan jauh lebih tinggi.
"Di sini menunjukan bahwa dibandingkan sektor sektor yang lain, sektor industri pengolahan paling tinggi. Kalau kita ingin memperbaiki pertumbuhan ekonomi maka yang jadi prioritas yang diperbaiki faktor pengalihannya besar adalah sektor industri pengolahan atau sektor industri manufaktur," tutur dia. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :