DUMAI - Jalan Nelayan Laut Ujung, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat, sekitar lima kilo dari pusat Kota Dumai, Provinsi Riau. Berposisi di pinggiran laut Dumai Barat, terdapat pohon bakau berusia lima puluh tahun dinilai tua. Siapa pun yang melihatnya pasti terposona.
Tempat yang bernama Bandar Bakau ini, sebenarnya tidak punya keistimewaan dibanding wisata lain yang ada di Provinsi Riau. Tetapi populasi mangrove yang hidup hingga lima puluh tahun di daerah itu, telah mengangkat nama kawasan tersebut ke berbagai penjuru.
Terlebih saat ini, setelah dibangunnya jembatan sepanjang 100 meter untuk mengelilingi lokasi tesebut. Bandar Bakau pun kian terbuka dari isolasinya.
Selain mangrove, pesona hutan bakau ini, tak kalah mengagumkan. Nikmati pesona senja laut ini. Saat mentari turun berlahan menuju peraduan, menjadikan perpaduan keindahan alam yang tak terlukiskan.
Safak merah di upuk barat menempias di air laut yang keruh, sesosok sampan melintas gemulai di kejauhan. Tumbuh inspirasi, bangkit potensi sesiapa saja sebagai penyaksi.
Sejak tahun 1999 lahan seluas 11,5 hektar ini telah dilakukan pembibitan. Kini pada tahun 2014, sekitar dua puluh ribu bibit yang terdiri dari sembilan belas jenis bakau, program Pemerintah Kota (Pemko) Dumai kembali ditanamkan dilokasi tersebut.
"Pada tahun 2017 ini, semakin berkembang sebagai kawasan wisata bahari kebanggaan masyarakat Kota Dumai," kata Ketua Pecinta Alam Bahari, Hendra Gunawan (33).
Kawasan hutan mangrove yang dikelola Indra dan 50 orang rekan nya. Kini menjadi destinasi wisata masyarakat Dumai hingga luar Provinsi Riau.
Pengunjung yang ingin menelusuri hutan mangrove sambil melihat bakau tinggi menjulang 15 meter ke langit dan dikagetkan binatang kera dan lutung yang hidup dikawasan tersebut. Bisa datang mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB dengan tiket masuk Rp7.000 per orang dewasa dan Rp3.00 untuk anak-anak.
Selain melihat-lihat pesona bakau. Pengunjung juga bisa bertanya jenis dan mamfaat bakau yang ada dilokasi ini. Mulai dari bakau jenis api-api senia yang cepat tumbuh, bakau kedabu, bakau belukap hingga bakau nyirih yang bisa diolah menjadi pewarna kain.
"Lumpur disini juga menghasilkan lokan (sejenis kerang). Masyarakat setempat boleh mengambil untuk konsumsi. Namun di area tertentu saja," cerita Hendra kepada awak media saat mengunjungi Hutan Mangrove dalam rangka Safari Jurnalistik tajaan PWI Riau sempena Hari Pers Nasional, Sabtu (15/4/2017).
Ia menyebut, perhatian pemerintah tentang hutan ini cukup baik. Ia dan kawan-kawan bertekad menjadikan tempat ini sebagai ikon wisata Kota Dumai.
Pengunjung yang berkelilingi ditempat ini, juga akan dimanjakan dengan wisata air menggunakan pompoman mengelingi hutan dari laut.
Dikatakan Indra, pembibitan tidak hanya ditempat ini saja, kata IndraDi daerah guntung, Basilam dan area perusahaan Pelindo juga dilakukan pembibitan. Pada tahun 2017 ini penamanan 10 ribu bibit sudah terlaksana di Daerah Purnama.
"Anggota berjumlah 10 orang. Dari sekian ribu bibit yang ditanam, sekitar 70 persen yang berhasil hidup," katanya.
Penulis : Novi Kawandi
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :